Art belong to owner
Komen jangan lupa bestie, selamat berpuasa.
***
"Apa kau puas? Utahime?"
"Bagaimana mungkin kau melakukan hal semacam itu?"
"Kau benar-benar jahat, membunuh seorang yang tidak bersalah karena kecemburuanmu itu, kau monster menakutkan yang pernah aku temui."
Semua ucapan itu, membuat Utahime mundur beberapa langkah, nafasnya naik turun, wajahnya pucat, dan ia menatap teman-temannya yang menyudutkan nya atas apa yang baru saja dilakukan oleh kedua tangannya sendiri.
Ia menutup kedua kupingnya, menangis, saat Lelaki berambut putih dengan mata biru, yang seolah memimpin barisan, menatapnya dengan tatapan tajam, dan itu berhasil mencabik pertahanan Utahime dan mendorongnya pada jurang ketakutan.
"Apa kau puas sekarang, Utahime? Jawab!!"
Kedua tangan Utahime bergetar hebat, ia menatapnya lamat saat ia baru menyadari ia penuh dengan darah, darah Shoko, yang baru saja ia habisi dengan kedua tangannya sendiri.
"Kau tidak bisa lari, Utahime."
Satu tamparan mendarat tanpa ampun di pipi kiri Utahime, membuatnya tersungut ke samping dan hampir menyentuh tanah, ia berteriak pelan, meminta maaf dengan tubuh bergetar ketakutan.
"Maafkan aku, Satoru, maafkan aku."
Tidak ada tanggapan, Utahime menatap teman-temannya yang lain seolah meminta tolong, tapi, siapa yang perduli pada wanita yang senang menganggu sepertinya? seolah mereka semua sudah muak dan Utahime menyadari tidak ada pengampunan untuknya hari ini.
"Ma.."
Tubuh Utahime ditarik paksa oleh Satoru, mendorong wanita itu ke arah pagar, belum sempat Utahime mencerna apapun, ia merasakan sesuatu menghujam jantungnya, oleh pagar besi sebagai pembatas akademi mereka dari hutan liar diluar, pagar besi diujung nya yang seperti tombak, menembus jantung Utahime dan membuat nafasnya terpotong di tempat.
Ia menangis, seolah meminta untuk diampuni, matanya yang sudah mengabur menatap Satoru, rambut putih kelaki itu terkibas terbawa angin, dengan rahang mengeras tanpa belas kasih. Tatapan dinginnya seolah menambah rasa sakit ditubuh Utahime dan ia dengan nafas yang tersisah hanya mampu menangis saat Satoru, bersama yang lain, meninggalkan nya dalam keadaan sekarat di sana.
"Matilah, tidak akan ada yang perduli, Utahime."
Dengan nafas yang kian tersengal, kepala Utahime memberat dan tidak lagi mampu terangkat, pasokan oksigennya menurun membuat otaknya mencapai batas akhir untuk kembali bekerja, dengan sisah nafas yang bisa hilang kapan saja, mata sayu Utahime melihat langkah kaki yang mendekat, ia tidak bisa mengenali siapapun saat kaki itu berdiri di depan tubuhnya yang tertancap, meraih tangannya dengan seringaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Timeline (GojoHime) END
Short StoryMimpi itu seperti penyakit, datang tanpa bisa ia cegah begitu juga dengan cara menghilangkan nya yang tidak bisa ia cerna. Utahime menyadari itu, nafasnya menjadi sesak saat membayangkan kematiannya sendiri dan ia memilih untuk beralih, berharap de...