1. Menikah??

836 21 0
                                    


“NIKAH??” Seru Almira ketika mendengar penuturan kedua orangtuanya. Bagaimana tidak? Almira yang sudah lemah lesu tak berdaya karena telah melewati hari yang cukup melelahkan. Saat tiba di rumah secara tiba-tiba ayah dan bunda memberitahu bahwa dia harus segera menikah.

“Aku masih terlalu muda untuk menikah yah, aku masih 25 tahun, masih mau mengejar karir” Jawabnya sedikit kesal.

Bunda menghela napas. “Mira, 25 tahun itu usia yang pas untuk menikah dan memiliki anak. Sudah waktunya kamu menikah nak, bunda sama ayah juga ingin segera menimang cucu” ucap bunda, sedangkan ayah masih terdiam.

“Bunda pengen cucu? Suruh aja Mas Rasyid segera menikah, toh Mas Rasyid juga udah punya kak Dinda. Kenapa harus Mira? Mira juga belum ada pandangan calon” Almira berbicara sembari menunjuk ke arah pintu kamar Rasyid yang sedikit terbuka. Dia tahu Rasyid di dalam mendengar semua ini. Biarlah dia menganggap Mira egois. Ini semua demi masa depan Mira.

Bunda yang melihat anak perempuan satu satunya mulai emosi, kemudian menarik Mira untuk kembali duduk dan berbicara tanpa nada keras “Rasyid masih belum siap dari segi ekonomi, dia harus ningkatin karirnya lebih dulu”

“Mas Rasyid boleh ngejar karir, trus kenapa Mira ngga boleh?” sungutnya.

“Rasyid laki laki Ra, dia akan jadi kepala rumah tangga, ekonominya harus bener bener stabil, sedangkan kamu perempuan, kamu yang akan di nafkahi oleh suamimu. Memangnya kamu ngga malu ditanyain mulu sama tetangga? Di bilang perawan tua?” Almira benar benar tidak mengerti. Kenapa mereka membeda-bedakan antara laki laki dan perempuan? Apakah kesempatan hanya diberikan untuk laki laki? Bukankah perempuan juga memiliki hak yang sama?

“Jangan dengerin kata tetangga bun, kita makan ga minta mereka”

“Kamu makan minta bunda, tapi kamu ngga dengerin bunda” Almira terdiam mendengar ucapan bundanya. Rasanya sesak ketika bunda berbicara seperti itu, ia tahu kalau ia harus berbakti pada mereka, Mira juga tahu ia harus mendengarkan semua perintah mereka. Namun menikah adalah sesuatu yang berbeda. Menikah adalah ibadah terlama. Prinsipnya adalah menikah sekali seumur hidup. Almira ingin menikah dengan orang yang ia cintai.

“Bunda” Ayah menggelengkan kepalanya. Mengisyaratkan pada bunda agar tidak melanjutkan ucapannya. Sepertinya Ayah tau ucapan itu sedikit menyakiti Mira.

“Mira, maafin ayah. Ayah sebenarnya tidak ingin melakukan ini. Tapi keluarga kita berhutang budi pada bu Ana dan bu Ana ingin kamu menjadi istri dari cucunya. Ayah ngga bisa menolaknya karena kita bisa  sampai di titik ini karena beliau. Jadi ayah mohon untuk kali ini kabulin permintaan ayah ya” Ayah berbicara sembari menggenggam tangannya. Almira tidak bisa berkata-kata lagi setelah mendengar semua penuturan ayah.

“Ayah kan ngga pernah minta apa apa sama kamu, bisa kah kamu melakukannya untuk yang satu ini” Ayah memandangnya dengan mata yang penuh harap. “Besok malam keluarga mereka akan datang ke sini dan secara resmi melamar kamu, besok jangan lembur ya, sekali lagi maafin ayah. Tapi ayah yakin calon suami kamu akan membahagiakan kamu” lanjut Ayah sambil mengelus rambutnya.

Kini giliran bunda mengenggam tangan Almira “Seenggaknya kamu harus balas budi dengan orang tua yang telah membesarkanmu, bunda dan ayah susah payah membesarkanmu dan kamu pun belum bisa ngasih apa-apa sama bunda dan ayah. Kamu bisa menebusnya dengan ini. Cukup turuti permintaan kita kali ini” Ucapan bunda membuat Wanita berumur 25 tahun itu tertegun sebentar. Kemudian ia tertawa getir. Ternyata selama ini Almira hanya menjadi investasi bagi mereka. Dimana memiliki anak hanya untuk tabungan masa depan. Berharap kelak ketika sudah dewasa menjadi ATM berjalan.

Mira menarik tangannya dari genggaman bundanya dan berdiri “Aku tidak minta dilahirkan. Kalian yang memilih untuk memiliki ku, dan sekarang apa? Balas budi hahaha” Mira tertawa pahit. Wajah mereka terlihat panik. Sepertinya mereka menyadari bahwa perkataannya benar benar menyakiti anaknya.

“Bukan begitu maksud bunda Mira” bunda mencoba kembali meraih lengan Mira namun ia menepisnya. Matanya terasa panas, memberikan tanda bahwa air matanya sebentar lagi akan jatuh. Ia tidak mau menangis di depan kedua orang tuanya. Dengan segera, Almira beranjak menuju kamar  tanpa mengucap sepatah kata pun. Ia mendengar bunda memanggil namanya, namun sang ayah mencegah dan memberikan Mira ruang untuk sendiri.

Kenapa ia harus mendengar perkataan seperti itu dari bunda? Bunda yang melahirkannya. Tanpa diminta pun pasti ia akan memberikan yang terbaik untuk orang tua. Namun Almira masih belum mampu. Maka dari itu  ia tidak ingin menikah terlebih dahulu dan lebih mementingkan karier agar bisa segera membahagiakan mereka.

Almira menahan suara tangisnya agar mereka tidak mendengarnya. ia menangis dalam diam hingga tenggorokannya terasa sakit. Bahkan di kehidupan yang cuman sekali ini, ia tidak dibiarkan memilih.

Kenapa harus dia yang berkorban? Dia tidak mau menikah dengan orang yang bahkan tidak ia kenal. Ia harus bagaimana? Apakah Mira harus kabur agar tidak jadi di jodohkan? Tapi pasti ayah dan bunda sangat kecewa jika ia melakukan itu. Tapi bagaimana dengannya? Bagaimana dengan perasaannya? Kenapa mereka memutuskan ini tanpa mempertimbangkan keputusannya?

Knock Knock Knock

“Ra, mas masuk ya, mas bawa mie ayam kesukaan kamu nih” suara laki laki menyapa di balik pintu. Rasyid, kakak laki laki Almira. Ia membuka pintu kamar dan menghampiri adiknya yang sedang berbaring membelakanginya, ia duduk di sisi ranjang.

“Mira lagi pengen sendirian mas” jawab Mira dengan suara parau

“maafin mas ya, ini semua gara gara mas, kalau mas waktu itu ngga kecelakaan dan ngga harus operasi, pasti ngga akan gini” ujar Rasyid

Bukan tanpa sebab Rasyid mengatakan itu. Pada waktu itu ketika Rasyid berumur 18 tahun, ia mengalami kecelakan hebat yang mengakibatkan Rasyid harus di operasi dan ganti rugi keluarga korban. Biaya operasi yang sangat besar dan ganti rugi ditambah ekonomi keluarga mereka yang saat itu sedang memburuk membuat ayah mau tak mau meminta bantuan pada orang lain. Ayahnya bilang bu Ana sangat baik, bahkan bu Ana tidak mau menerima uang tersebut saat ayah ingin mengembalikannya. Namun ayah salah, ternyata bu Ana juga menginginkan balas budi dalam bentuk lain.

“Mas yakin bunda ngga bermaksud ngomong gitu, bunda cuma takut kalo mas masuk penjara. Bu Ana bilang kalo kamu ngga menikah dengan cucunya, mas bakal masuk penjara”

Penjara? Atas dasar apa mereka bisa memasukkan Mas Rasyid dalam penjara?

Jangan Lupa Vote dan Comment ya
itu bener bener jadi semangat buat para penulis.

Certa ini juga ada versi AU nya.
Kalian bisa lihat di akun tik tok @itsmealita2

See you next part

Bahtera KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang