5. Overthinking

219 8 1
                                    

Kepercayaan dalam hubungan layaknya pondasi.
Kepercayaan bisa memperkuat suatu hubungan begitu juga sebaliknya.

"Hai guys, ada tamu nih” sapa Aisyah saat memasuki ruangan diikuti dengan Almira. Di sana ada Hamzah dan dua orang laki-laki yang sedang duduk bersama. Almira tahu mereka. Mereka adalah rekan kerja Hamzah. Bisa dibilang teman seperjuangan karena mereka membangun perusahaan ini bersama-sama

Laki laki bertubuh tinggi dengan wajah riang yang duduk di sebelah kiri Hamzah adalah Fauzan teman dari SMP hingga kini. Meskipun Fauzan terpaut 2 tahun lebih muda dari Hamzah, terkadang Fauzan bersikap lebih dewasa daripada Hamzah. Maka dari itu pertemanan mereka awet hingga bertahun-tahun. Sedangkan laki laki di sebelah kanan Hamzah bernama Dewangga. Laki laki yang cukup berotot dengan tatto di tangan kanannya namun memiliki tampang baby face. Meskipun tampak sangar namun kelakuannya menggemaskan seperti bayi persis seperti wajahnya. Tak heran karena ia adalah yang termuda disini. Umurnya masih 25 tahun sama dengan Almira.

“Wah ada Almira, sini Ra makan bareng” sapa Fauzan ramah.
“Eh aku cuma mau nganterin ini aja kok, kalian makan aja” Almira segera menghampiri Hamzah dan menyerahkan berkas yang sedari tadi ia bawa.

“Terima kasih” Hamzah memberi kode pada Fauzan agar pindah tempat duduk. Fauzan pun mengerti. Setelah Fauzan berpindah, Hamzah langsung menarik lengan Almira agar duduk di sampingnya. “Makan dulu Ra”

“Aku makan di luar aja, kan kalian pesennya pasti pas”

“Ngga kok Ra, kita kalo pesen pasti lebih, soalnya disini ada tikus yang makannya banyak” ucap Aisyah sembar tersenyum melirik Dewangga.

Dewangga yang merasa disindir langsung melotot tak terima “Wah parah banget!! Masa gue di samain sama tikus”

“Tapi gue kan ga sebut nama, lo aja yang ke GR an wlee” Aisyah menjulurkan lidahnya mengejek Dewangga.

Dewangga hanya memutarkan bola matanya kesal. Almira yang melihat keakraban mereka tersenyum tipis. Ia merassa di terima di lingkungan Hamzah.

Aisyah mengambil tempat duduk di samping kanan Hamzah menggeser Dewangga. Kini Hamzah diapit oleh dua perempuan. Almira disebelah kiri dan Aisyah di sebelah kanan. Mereka mulai membuka makanan yang mereka pesan dan mulai memakannya dengan diiringi beberapa obrolan dan candaan.

“Zah, cobain ini deh, enak banget sumpah” Aisyah menyuapkan sebuah dimsum isi udang pada Hamzah dan diterima baik oleh Hamzah. Almira sedikit terganggu dengan interaksi mereka berdua. Suaminya disuapi makanan oleh wanita lain di depan matanya. Almira tahu mereka mungkin sudah menjadi teman dekat namun sedekat apapun tentunya harus menjaga batasan. Terlebih lagi mereka beda gender dan salah satunya sudah menikah.

Mereka selalu seperti ini? Bahkan ketika mas Hamzah sudah menikah?. Batin Almira

Fauzan berdehem untuk mengingatkan mereka berdua bahwa ada Almira disini. Hamzah dan Aisyah menyadari itu. Mereka langsung melirik Almira yang melanjutkan makan seolah tidak terjadi apa-apa. Di tengah menyantap makanan dengan pikiran yang berkecamuk, tiba-tiba Hamzah meletakkan semua dimsum miliknya diatas piring Almira.

Almira menoleh heran membuat Hamzah langsung menjelaskan “Kesukaan kamu kan?” semua mata memandang mereka berdua karena sikap Hamzah yang tiba-tiba

“Tapi mas juga suka kan?” tanya Almira. Mengingat tindakan Aisyah yang mengatakan bahwa dimsum itu kesukaan Hamzah.

“Gapapa, aku udah sering makan ini” jelas Hamzah kembali melanjutkan makannya. Situasi menjadi hening hingga mereka selesai makan. Almira merasa mereka semua tiba tiba canggung sejak kejadian itu. Entah karena memang kejadian itu atau itu hanya perasaan Almira saja?

Almira memutuskan untuk pergi dengan alasan ada janji temu dengan Ghani. Semakin lama Almira disini, semakin banyak pula pikiran-pikiran negatif tentang Hamzah dan Aisyah. Ia tidak ingin mengembangkan pikiran-pikiran itu. Hal itu akan menjadi pemicu keretakan hubungan mereka. Toh semua pemikiran itu belum tentu kebenarannya.

*****


Almira baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut basah. Ia memiliki kebiasaan mandi sebelum tidur karena menyegarkan dan bisa membuat ia tertidur nyenyak. Ia duduk di meja rias untk mengeringkan rambutnya. Sesekali Almira melirik Hamzah melalui kaca rias. Suaminya itu sedang fokus dengan tabletnya di atas ranjang. Ia hendak menanyakan perihal Aisyah. Jujur saja akhir-akhir ini Almira selalu memikirkan hubungan mereka berdua hingga membuatnya tidak fokus melakukan pekerjaannya.

Sekarang Almira memiliki pekerjaan baru. Sepertinya tidak bisa dibilang pekerjaan tetapi hobi baru. Dia sedang mencoba menulis untuk mengisi waktu luangnya di rumah. Karena dia tidak bekerja dan masih belum memiliki anak sehingga waktu luangnya terlalu banyak membuatnya mencari kegiatan baru.

Setelah rambutnya kering. Almira beranjak menuju ranjang dan berbaring membelakangi Hamzah yang masih sibuk dengan tabletnya. Ia mengurungkan niatnya untuk bertanya dan memilih tidur lebih dulu. Hamzah melirik istrinya sejenak, kemudian ia memutuskan untuk mematikan tabletnya dan menaruhnya di atas nakas yang terletak tepat di samping ranjang mereka. Tak lupa pula ia mematikan lampu utama dan menyalakan lampu tidur.

Almira berbalik melihat Hamzah yang sudah bersiap tidur “loh udah kerjanya?” Hamzah mengangguk “Kamu kan ga bisa tidur kalo lampunya masih terang” jawab Hamzah enteng.

Almira Speechlees dengan jawaban yang di lontarkan pria berkulit putih itu. Hamzah menghentikan kegiatannya karena Almira. Tentu saja Almira sangat senang dengan tindakan Hamzah. Perutnya terasa tergelitik memikirkan semua perlakuan Hamzah. Almira sekarang mengert bahwa Hamzah adalah laki-laki act of service. Hamzah tidak terlalu banyak bicara namun mengekspresikannya langsung melalui tindakan.

“Mas, aku boleh tanya ngga?”Almira berbaring miring menghadap Hamzah yang tidur telentang.

“Apa?”

“Mba Aisyah itu udah punya cowo ngga sih?” spontan Hamzah menoleh pada Almira. Ia memandang wajah polos istrinya. Hamzah tau cepat atau lambat Almira akan menanyakan perihal kejadian tadi siang.

Almira yang ditatap pun sedikit gelagapan. “Bukan apa-apa cuma tanya aja barangkali jomblo soalnya mau aku comblangin sama mas Ghani” Almira segera mencari alasan agar tidak terlihat cemburu.

Dahi Hamzah berkerut “Ghani siapa?”

“Ituloh PA nya Daffa, orangnya asik bonus punya wajah ganteng minusnya cuma terlalu narsis aja sih” Hamzah mengangguk paham. Ia mengerti lelaki yang diaksud almira karena pernah bertemu beberapa kali dengannya.
Kini Hamzah juga ikut menghadapkan tubuhnya pada Almira. Mereka saling berhadapan. “Ganteng mana sama aku?”

“Apasih kok jadi ikutan narsis” Almira terkekeh

“Pasti gantengan aku si. Kamu ga tau aja kalo dulu banyak yang ngejar-ngejar aku” Hamzah merapikan rambutnya dan bergaya bak idol korea.

Iya, temasuk aku. Batin Almira

“eh tapi Aisyah udah punya suami”
Almira bernafas lega. Jawaban dari Hamzah cukup membuat dirinya puas. Aisyah sudah berkeluarga sehingga ia tidak perlu khawatir akan hubungan mereka berdua. Almira tersenyum senang. Malam ini ia akan tidur nyenyak karena semua yang mengganjal di pikirannya sudah terjawab. Ia hanya harus percaya pada suaminya.

Jangan Lupa Vote dan Comment ya
itu bener bener jadi semangat buat para penulis.

Certa ini juga ada versi AU nya.
Kalian bisa lihat di akun tik tok @itsmealita2

See you next part


Bahtera KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang