2. Setelah sekian lama

290 10 0
                                    


Takdir akan selalu menemukan jalannya.

“Mas yakin bunda ngga bermaksud ngomong gitu, bunda cuma takut kalo mas masuk penjara. Bu Ana bilang kalo kamu ngga menikah dengan cucunya, mas bakal masuk penjara”

Almira berbalik menghadap mas Rasyid. “Penjara? Atas dasar apa mereka bisa memasukkan mas ke penjara? Hutang ga bisa dipidanakan”.

Rasyid menghela nafas dengan wajah tertunduk. “Keluarga korban kecelakaan itu akan mengajukan gugatan, sepertinya bu Ana meminta mereka mengajukan gugatan” Rasyid semakin menundukkan kepalanya. Tangannya menutupi matanya. Ya, laki-laki itu menangis. Almira pun segera bangkit dan memeluk kakaknya sembari menepuk punggungnya. 

“Maafin mas, kamu harus berkorban karna mas” ucap Rasyid dengan nada bergetar. Isakan-isakan kecil mulai terdengar dari mulutnya.

“Mira akan coba cari jalan terbaik” mereka berdua saling berpelukan dan saling menguatkan.

“Bentar, mana tisu kamu? Ingus mas butuh lap” Mira melotot dan menjauhkan dirinya dari Rasyid. “ih jorok banget mas, awas kena mie ayam ku” Mira bangkit untuk mengambil tisu yang ada di meja belajarnya. Ia melemparkan tisu itu pada kakaknya.

Rasyid mengambil selembar tisu, kemudian ia beranjak pergi dari kamar Mira. Sebelum ia menutup pintu kamar, ia sempat berkata “Besok, kamu bisa menolaknya. Jangan pikirin mas. Mas ga mau kamu bertanggung jawab atas apa yang tidak kamu perbuat”

******

Keesokan harinya, Almira tetap berangkat bekerja seperti biasa. Ia sedang menyantap nasi bungkus yang ia beli dalam perjalanan menuju kantor. Hari ini ia tidak sarapan di rumah. Bukan karena tidak sempat, melainkan menghindar dari kedua orang tuanya. Hatinya masih sedikit sakit dengan kejadian kemarin. Meskipun Rasyid sudah menjelaskan semua penyebabnya, tetapi ia masih kesal.

Almira memakan nasi bungkus itu dengan muka masam. Dia terus memikirkan apa yang akan ia lakukan untuk nanti malam.

“Dor!!”

Mira tersentak kaget dan hampir mengeluarkan kata-kata mutiara andalannya. Mira memberikan tatapan kesal pada sosok laki laki tampan yang berada dihadapannya. Siapa lagi kalo bukan Ghani. Personal asisstant Daffa. Ghani sangat tampan hingga menjadi pria paling populer di kantor. Bahkan dia memiliki fanbase tersendiri. Bagaimana Mira bisa tahu? Karena Mira juga masuk dalam fanbase itu. Dia benar benar sosok yang mendekati sempurna. Tampan, humoris, ramah, dan juga kaya raya.

Ghani adalah anak kedua dari pemilik Kusuma Group. Almira tidak mengerti mengapa ia bekerja disini sebagai PA, padahal dia bisa saja bekerja di perusahaan ayahnya dan menempati posisi yang lebih baik. Setiap ditanya alasannya bekerja disini, dia selalu mengalihkan pembicaraan.

“Kecut banget muka lo Ra, senyum dong masa masih pagi udah badmood” dia mengambil duduk di kursi sebelah Mira yang memang masih kosong karena pemiliknya belum datang.

“Gimana ga badmood mas, masa gue mau di jodohin” Mira memasang muka melas pada mas Ghani. Mas Ghani sedikit kaget, namun sedetik kemudian ia tertawa terbahak bahak sambil memukul mukul meja yang ada di depannya.

“Ihh.. malah ketawa, aku ngga becanda tau, aku harus gimana ya? Nanti kalo orang yang di jodohin sama aku tua bangka gimana mas? Aku ga mau” Almira merengek.

Mira memang seakrab itu dengannya. Berawal karena mereka sering berkoordinasi perihal pekerjaan. Mira sebagai sekretaris tentu saja harus selalu bertukar informasi dengannya. Dia sudah seperti kakak bagi Mira.

Bahtera KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang