7. Honeymoon (2)

62 1 0
                                    

******

Almira datang bersama dengan Fauzan dan Dewangga. Lokasi party ini berada di hotel yang cukup dekata dari hotel Hamzah menginap. Tepatnya di Ballroom lantai 5. Disana sudah ada Hamzah dan Aisyah yang sedang mengobrol dengan pria paruh baya. Mereka terlihat cocok berdiri berdampingan seperti pasangan.
Pria paruh baya itu menyadari kehadiran Almira membuat Hamzah juga akhirnya menoleh ke arahnya. Mereka bertiga menghampiri Almira.

“Almira, ini pak Kusno, CEO dari Panama Group, beliau juga hadir di resepsi kita,” Hamzah memperkenalkan Almira dengan Kusno. Almira menerima uluran tangan dari pria itu

“Wah, istri anda cantik sekali pak Hamzah, pantas saja bu Ana sangat membanggakan cucu menantunya” Almira hanya tersenyum mendengar pujian tersebut. Almira dipersilahkan menikmati hidangan yang ada dan mereka pun kembali berbincang perihal bisnis. Hamzah meminta izin pada rekannya untuk meninggalkan mereka sebentar untuk mencarikan Almira tempat duduk

“Aku carikan tempat duduk ya, biar ga cape” Hamzah menggandengnya dan mengarahkan ke tempat duduk yang kosong.

“Kamu nikmati hidangannya, jangan minum sembarangan, disini banyak alk*hol, aku mau ngobrol bentar sama rekan bisnis”
Hamzah meninggalkan Almira dan kembali berbincang dengan Aisyah serta pak Kusno.

Melihat Aisyah yang tampil cantik di samping Hamzah membuat suasana hati Almira buruk. Mereka berdua sangat terlihat serasi. Orang yang tidak mengenal mereka mungkin saja akan mengira mereka pasangan. Almira menghela napas lelah. Sejujurnya ia lelah dengan sikapnya yang selalu overthinking seperti ini. Ia mencoba menyalurkan kekesalan dan kebosanannya dengan bermain ponsel.

“Almira ya?” tegur seorang laki laki berpakaian jas rapi membuat Almira sedikit kebingungan, pasalnya ia tidak mengenal lelaki tersebut tapi lelaki itu mengetahui namanya.

“Siapa ya?” ujar Almira sambil sedikit menjauh dari lelaki itu karena dia mengambil duduk yang hampir tidak ada jarak dengan Almira

“Bara, rekan kerja Hamzah. Kamu istri Hamzah kan?” Lelaki itu mengulurkan tangannya untuk berjabatan dengan Almira. Almira menerima uluran tangan itu. Jujur ia sedikit risih, namun ia juga harus professional, di hadapannya ada rekan bisnis dari suaminya. Ia harus menjaga sikap sebaik mungkin agar tidak menjadi masalah untuk suaminya.

“Kamu mau minum?”

“Ah ngga, saya ngga minum alkohol” Tolaknya. Bara meninggalkan  Almira dan kembali dengan membawa jus jeruk untuk Almira.

“Kalo gitu minum ini gapapa kan?” Bara menyodorkan segelas jus jeruk padanya.  Almira hendak menolaknya lagi, namun Bara memaksanya.

“Kamu ngga menghargaiku sebagai rekan bisnis suamimu? aku udah berniat baik ambilin kamu minum loh” Mendengar hal itu sontak membuat Almira mau tidak mau menerima minuman itu.

Almira meminumnya sembari mengedarkan pandangannya ke seluruh tempat mencari Hamzah. Ia tidak tahan berdua bersama dengan lelaki asing ini. Namun Hamzah, Aisyah, bahkan Fauzan dan juga Dewangga tidak terlihat.

“Kamu cantik sekali, kenapa Hamzah bisa dikelilingi wanita-wanita cantik”  Almira hanya bisa tersenyum canggung. Ia mulai merasa aneh dengan tubuhnya. Tubuhnya terasa panas dan gerah. Ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Ia harus pergi dari sini. Kejadian seperti ini cukup sering ia temui di novel yang ia baca. Situasi ini cukup membahayakan baginya.

“Saya permisi ke toilet” Almira bergegas menuju toilet dan segera menghubungi suaminya. Namun sebelum masuk ke toilet perempuan, lengannya dicekal oleh Bara.

“Kamu cari Hamzah? Aku bantu cari ya”

“Ngga perlu, saya bisa cari sendiri” Almira berusaha melepaskannya dengan lembut namun cekalan itu terasa semakin ketat.

Bahtera KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang