Prolog

44 8 9
                                    

akhirnya anak-anak ibun cabang bandung sudah rilis ya bunda-bunda semua💋💋

aku seneng bgt asliii, semoga book ini beneran bisa selesai sampe akhir, bantu do'a ya, bunda-bunda!

happy reading🍓🎀

💥💥💥

"Tuhan, Sera lelah..."

Anasera menolehkan kepalanya ke bawah sana. Dia terkekeh hambar. Ternyata lantai dua puluh tiga setinggi ini, ya? Bukankah menjadi tempat yang cukup tepat untuk mengakhiri hidupnya?

Namun sebelum tangan mungil Anasera menggapai tembok yang menjadi pagar pembatas rooftop, sebuah tangan kekar lebih dulu menarik tubuh mungilnya masuk ke dalam sebuah dekapan hangat yang terasa cukup asing. Membuat Anasera terpaku sejenak.

Degup jantung Anasera perlahan berubah menjadi cepat. Tidak. Ini bukanlah perasaan senang. Ini adalah rasa takut. Rasa takut yang selama ini menjadi kelemahan seorang Anasera Auryna.

Dia takut dihakimi karena perbuatannya ini.

💥💥💥

"Kamu siapa? Dan kenapa bisa ada disini?"

Karena Anasera masih belum berani mengeluarkan suaranya, Anasera memilih untuk menggunakan bahasa isyarat saja. Dan beruntungnya, remaja laki-laki yang saat ini duduk tepat dihadapannya mengerti apa yang Anasera sampaikan.

"Aku Jenggala, aku disini karena lagi nyari udara segar, tapi siapa sangka aku malah ngeliat kamu dalam keadaan kacau kayak tadi?"

Anasera membuang wajahnya. Jawaban remaja laki-laki dihadapannya benar-benar membuat Anasera merasa malu tiba-tiba.

Sebenarnya, Anasera sedikit tidak menyangka jika remaja laki-laki bernama Jenggala itu bisa menggunakan bahasa isyarat juga. Anasera pikir dia akan mendapat ejekan lagi karena menggunakan bahasa isyarat untuk mengobrol dengan orang awam. Namun sepertinya jenggala ini berbeda, ya?

"Lalu setelah kamu liat keadaan kacau aku tadi kamu mau apa? Mau menyalahkan aku karena keputusan yang salah itu?" Anasera menggerakkan tangannya dengan ekspresi sedikit kesal. Membuat Jenggala tertawa kecil.

"Aku hanya ingin mengajak kamu berteman, apa kamu tidak mau?" tanya Jenggala dengan senyum manisnya. Membuat rasa takut yang awalnya memenuhi seisi hati Anasera perlahan memudar walau tak menghilang sepenuhnya.

Anasera memandang remaja laki-laki berwajah tampan dihadapannya ini dengan ragu.

Teman, ya? Itu terasa sedikit asing untuk Anasera. Anasera juga seharusnya tidak bisa langsung percaya dengan orang baru seperti Jenggala. Namun kenapa kali ini berbeda? Kenapa kali ini Anasera tidak bisa menolak kehadiran Jenggala dihidupnya? Bukankah ini aneh?

"Ayo jadi temanku, aku berjanji tidak akan pernah menyakiti kamu dan membuat kamu melakukan hal konyol itu lagi."

Selanjutnya, Anasera hanya merasakan tubuhnya didekap erat oleh orang asing bernama Jenggala. Orang asing yang menjanjikan hal yang selama ini Anasera impikan.

Dan siapa yang akan menyangka? Bahwa Jenggala benar-benar memenuhi janjinya bahkan melebihi ekspektasi Anasera sendiri.

💥💥💥

"Aku hampir lompat dari ketinggian lagi."

"WHAT THE DUCK?! KAMU BERCANDA?!"

Anasera menggaruk tengkuknya dengan kikuk. Sangat gugup rasanya saat ditatap tajam lima pasang mata sekaligus seperti sekarang. "Maaf, tadi aku lagi kalut, tiba-tiba panik dan kepikiran buat ... bunuh diri."

"Oh my God! Terus sekarang keadaan kamu gimana, Ser?! Udah tenang?! Masih takut? Mau minum apa biar tenang? Nanti aku bikinin, ayo cepet ngomong!"

Suara heboh itu milik Keyala Kivra Atmaja. Putri sulung keluarga Atmaja yang terkenal sangat bar-bar, emosian, dan pemarah. Salah satu sahabat Anasera yang sangat bawel dan tidak bisa tenang.

"Aku baik-baik aja kok, sekarang juga udah gapapa, tenang aja, ya?" tutur Anasera, berusaha membuat para sahabatnya itu tenang.

"Ser? Lain kali jangan gini lagi, ya? Kita khawatir banget sama lo, lo tiba-tiba nggak bisa dihubungin, kita kalang kabut nyari ke rumah lo, tapi sepi, lo nggak ada disana, lo tau perasaan kita saat itu? Panik setengah mati, Ser, bahkan Aina sampe pingsan terus karena takut lo kenapa-napa."

Mendengar penuturan serius salah satu sahabatnya, Violetta Qsha Revolen, membuat Anasera menatap kelima sahabatnya dengan pandangan menyesal. Sungguh, dia tak menyangka kepergiannya yang tanpa kabar bisa membuat para sahabatnya setakut ini. Ternyata dia juga berharga, ya?

"Maafin aku ... aku nggak bermaksud bikin kalian panik, aku bener-bener nggak tau kalo kekalutan aku tadi bisa berdampak buruk kayak gini ke kalian, aku minta maaf, aku janji kejadian kayak gini nggak akan ke ulang lagi ..." tutur Anasera dengan pandangan yang menunduk dalam. Membuat para sahabatnya saling tatap dan menatap sendu ke arah gadis malang itu.

Aina Zeva Zevnelo, gadis manis dengan gaya modisnya yang sejak tadi sedang menahan tangis itu merangkak mendekat ke arah Anasera. Memeluk gadis bertubuh kecil itu dengan erat dan penuh kehangatan.

"Ai mohon, Ser, jangan kayak gini lagi, ya? Kalo ada apa-apa Sera bisa cari kita, cerita sama kita, bagi semua masalah Sera sama kita, kita pasti bakal dengerin semua keluh kesah Sera kok. Karena sekarang Sera nggak pernah sendiri, ada aku, ada kita, dan ada Wonder Girls sebagai rumah pulang Sera, jadi ... jangan pernah coba buat bunuh diri lagi, ya? Jangan pernah lagi berfikir buat ninggalin kita ..." suara parau penuh permohonan milik Aina berhasil membuat keenam gadis yang berada diruangan tersebut saling merangkul satu sama lain. Diselingi isakan-isakan kecil, juga suara lirih yang memohon pada Anasera untuk tidak lagi berfikir mengakhiri hidupnya.

💥💥💥

"Tadi kamu ke markas dianter sama siapa, Ser? Aku liat kayak ada siluet cowok soalnya."

Uhuk!

Tiba-tiba saja Anasera tersedak salivanya sendiri. Gadis manis itu kini menatap gugup ke arah Ailyna Cathreen Galangga, si imut yang baru saja melemparkan pertanyaan tersebut untuknya. "Sa-sama temen—"

"Temen apa temen hayo?" goda Claudia Giselle Bragatha, gadis bertubuh mungil yang kini mencolek gemas dagu Anasera. Membuat Anasera mendelik kesal ke arah para sahabatnya yang justru tertawa kencang dan tidak membantunya.

"Beneran temen kok, aku ketemu sama dia di rooftop apartment waktu aku hampir ngelakuin hal 'itu', dia yang nahan aku, bahkan dia juga ... ekhm! Sempet meluk aku," jelas Anasera dengan suara kecil diakhir kalimat. Kepalanya pun kini menunduk malu, takut akan reaksi para sahabatnya yang kini tiba-tiba saja terdiam bersamaan.

"SERA DIPELUK COWOK?! JINJJA?! GA HOAKS 'KAN?" jerit Keyala tak percaya.

"Haduh! Gue nggak terima nih bocah kita dipeluk sama cowok yang nggak kita kenal! SAMPERIN NGGAK, GUYS?!" teriak Claudia yang sudah berancang-ancang mengambil kunci motornya.

"Samperin ke tongkrongannya aja langsung," sahut Vio dengan kekehan kecilnya. Membuat para sahabatnya langsung berteriak heboh.

Ah, sudah Anasera duga, pasti akan seheboh ini respon mereka.

Tapi walaupun heboh, Anasera sangat menyukai respon mereka. Karena dengan begitu, Anasera tau jika dirinya juga bisa berharga dimata manusia dengan segala kekurangannya sekarang. Dan dia bahagia untuk itu.

💥💥💥

jangan lupa vote dan komennya yaa, sebagai dukungan buat penulis yg moodyan iniii!! terima kasih💋❤️

#ParadeMumtazBatch1
#TantanganMenulisNovel
jumlah kata: 1000

Hadiah Dari Bandung: 10 Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang