1. Jenggala (?)

32 6 15
                                    

samattt baca bebbb

💥💥💥

"Sebenernya lo ada masalah apa sama ayah? Kenapa kalian keliatan asing banget sekarang? Bahkan lo nekat pisah rumah sama kita cuma karena ada dia."

Jenggala Putra Herlangga, remaja laki-laki berwajah sangar itu menatap lekat laki-laki dihadapannya. Menuntut jawaban dari pertanyaan yang selama ini menghantui pikirannya.

"Lo nggak perlu tau hal itu sekarang, Gal. Belum waktunya buat lo tau lebih banyak tentang ayah."

Jenggala menatap tak suka pada abangnya, Meteor Putra Herlangga. Laki-laki berwajah bak malaikat namun berkelakuan seperti setan. Menurut Jenggala.

"Kenapa gue nggak boleh tau? Gue juga anak ayah, gue berhak tau semua hal tentang ayah yang belum gue tau, iya 'kan?" sahut Jenggala kesal.

Meteor mengangguk singkat. "Lo emang berhak tau semua hal tentang ayah, tapi buat urusan ini biar dulu jadi rahasia, biar gue sama bunda aja yang tau hal ini buat sekarang, lo jangan. Gue nggak mau fokus belajar lo ke ganggu karena masalah ini," tutur Meteor santai, namun serius. Tak mengindahkan sama sekali tatapan kesal adik semata wayangnya.

Melihat sikap acuh tak acuh Meteor, Jenggala hanya bisa mendengus kesal. Rasanya sia-sia saja dia terus memaksa jika lawannya seorang Meteor. Batu hidup yang sialnya abang kandung Jenggala sendiri.

"Terserah lo lah," tutur Jenggala kesal. Mengakhiri perdebatannya dengan Meteor yang kini sedang asyik dengan gadgetnya sendiri. Mengacuhkan sang adik.

💥💥💥

Jenggala Putra Herlangga, atau yang sering disapa Gala oleh keluarga serta para sohibnya. Remaja laki-laki berwajah sangar yang memiliki ciri khas bekas luka memanjang dibagian atas alis kanannya. Seorang ketua dari sebuah geng motor yang lumayan terkenal dan disegani dikalangan anak-anak remaja kota Bandung.

Revlogaz Gang namanya. Sebuah perkumpulan remaja laki-laki yang dibentuk langsung oleh Meteor Putra Herlangga juga teman-temannya kala itu. Sebuah perkumpulan yang awalnya hanya iseng dibentuk dengan tujuan 'membangun rumah bagi siapa saja yang tidak memiliki rumah'.

Dulu, saat Revlogaz pertama kali dibentuk oleh Meteor dan para sahabatnya, mereka bukanlah siapa-siapa. Mereka hanya sekumpulan remaja laki-laki nakal namun tau aturan yang kerap kali mengikuti balapan tanpa terlibat tawuran dengan geng mana pun. Mereka hanya sekumpulan anak laki-laki yang berusaha mencari 'rumah' baru ditengah-tengah kerasnya kehidupan yang sedang dijalaninya saat itu.

Namun karena rasa solidaritas dan ketentraman yang kerap kali anggota Revlogaz Gang tebarkan disekitarnya, nama mereka perlahan-lahan mulai melambung dan terkenal dikalangan anak-anak remaja. Mengundang banyak orang untuk bergabung dengan mereka dan merasakan hangatnya rumah yang benar-benar layak disebut sebagai rumah.

Dan setelah lebih dari tiga tahun Meteor menjabat sebagai ketua Revlogaz, dirinya memutuskan untuk memberi jabatannya itu kepada sang adik, Jenggala Putra Herlangga. Bahkan para sahabat Meteor pun ikut merekrut juga memilih dengan cermat siapa-siapa saja yang berhak mendapat jabatan anggota inti Revlogaz Gang.

Lalu pada akhirnya, hanya enam orang saja yang berhasil lolos seleksi penerimaan anggota inti Revlogaz. Dan keenam orang itulah yang saat ini menjadi salah satu rumah ternyaman milik Jenggala Putra Herlangga.

💥💥💥

"Wah, anak bunda lagi liatin foto siapa tuh?"

"Eh, Bunda? Kok belum tidur, Bun?" jawab Jenggala sedikit gelagapan. Terkejut saat melihat Bundanya memergoki dirinya sedang memperhatikan foto seorang gadis yang tadi sempat dirinya temui di rooftop apartment.

Andhita Auva Herlangga, wanita cantik itu terkekeh kecil. Mendudukkan dirinya disebelah putra bungsunya dengan satu tangan yang mulai mengusap pelan surai Jenggala. "Ternyata putra bungsu bunda udah remaja, ya?" tanya Andhita entah pada siapa.

Mata wanita cantik itu menatap lekat wajah tampan putra bungsunya. Membuat Jenggala balik menatap mata Bundanya dengan teduh.

"Maafin Bunda ya, sayang? Selama ini Bunda jarang merhatiin Adek sama Aa, Bunda jarang ada waktu buat kalian, Bunda juga nggak bisa selalu fokus sama perkembangan putra-putra Bunda selama ini …" tutur Andhita dengan parau. Menatap wajah teduh Jenggala dengan pandangan berkaca-kaca.

Melihat setetes air mata turun melewati pipi Andhita, Jenggala dengan cepat mengusapnya. Lalu menggenggam erat kedua tangan Andhita dengan lembut. "Bunda nggak perlu minta maaf, Bunda 'kan nggak salah apa-apa, lagi pula selama ini Bunda juga selalu perhatian dan selalu ada buat kita, kenapa tiba-tiba Bunda jadi ngomong gini hm? Ada yang ganggu pikiran Bunda, ya?" tanya Jenggala dengan nada yang selembut mungkin. Tak ingin kata-katanya menyinggung sang bunda dan membuat wanita cantik itu sedih.

"Nggak, sayang, nggak ada yang ganggu pikiran Bunda. Bunda ngomong gini juga karena selama ini Bunda ngerasa jarang ada waktu buat anak-anak Bunda, terutama buat Aa, banyak hal yang nggak bunda tau tentang kalian juga, Bunda--"

"Syutt, Bunda ngomong apa sih? Bunda nggak seharusnya ngomong gitu. Bunda itu hebat, Bunda itu malaikat, dan Bunda adalah sosok ibu terbaik sepanjang sejarah, Bunda juga sosok paling sempurna yang Gala kenal selama ini ... jadi bunda jangan ngomong gitu lagi, ya? Gala jadi sedih sekarang," tutur Jenggala dengan pandangan memelas. Yang mana hal itu terlihat sangat menggemaskan dimata Andhita. Membuat wanita cantik itu terkekeh pelan karena ekspresi lucu bungsu kesayangannya.

Dengan lembut, Andhita membawa tubuh bongsor Jenggala ke pelukannya. Mendekapnya erat dan mengusap pucuk kepalanya dengan penuh kasih sayang. "Bunda bersyukur punya anak-anak hebat kayak Adek sama Aa, Bunda bersyukur kalian mau hadir dihidup Bunda, terima kasih sudah lahir, ya, sayang? Terima kasih sudah mau bertahan jadi anak Bunda sampai sejauh ini … Bunda bener-bener bangga sama kalian …"

Mendengar hal itu, Jenggala diam-diam mengeluarkan air matanya. Bohong jika dia tidak tersentuh, munafik jika dia bilang bahwa selama ini dia tidak butuh ucapan terima kasih tersebut dari bundanya. Dia butuh itu semua. Dia butuh hal itu untuk membangkitkan semangat hidupnya yang pelan-pelan mulai sirna.

Lagi pula, anak mana yang tidak ingin mendengar kata-kata indah itu dari orang tuanya? Semua anak di dunia pasti menginginkan hal tersebut. Jenggala yakin.

Sama seperti anak pada umumnya, Jenggala juga merasakan perasaan bahagia. Dia sangat amat senang sampai-sampai jiwanya terasa seperti hidup kembali setelah sekian lama dibiarkan mati.

Membalas pelukan bundanya, Jenggala menjawab dengan pelan. "Gala juga bersyukur karena lahir sebagai anak Bunda, terima kasih udah jadi ibunya Gala, Bunda … Gala sayang Bunda …"

Tanpa Andhita dan Jenggala sadari, tak jauh dari sana Meteor diam-diam menatap keduanya dengan sendu. Tangannya kini terkepal erat.

"Maafin Teo, Bun … Teo belum bisa bahagiain Bunda …"

💥💥💥

#ParadeMumtazBatch1
#TantanganMenulisNovel
Jumlah kata: 1000

Hadiah Dari Bandung: 10 Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang