05. Revlogaz Gang

9 1 0
                                    

halowwww aku kambek

happy reading🙇🏻‍♀️🙇🏻‍♀️

💥💥💥

Kini, kita beralih ke tempat terpencil dipinggiran kota Bandung. Lebih tepatnya di rumah mewah yang terlihat kumuh namun ternyata berhasil digunakan dan dikelola dengan baik sebagai arena boxing oleh pemiliknya. Tempat yang biasanya digunakan untuk taruhan juga perlombaan boxing ilegal.

Siapa yang menyangka jika tempat seperti itu pun nyatanya ada diantara hiruk-pikuk kota Bandung?

Dan disebuah ruangan yang tak jauh dari arena boxing berada, tujuh remaja laki-laki berjaket kulit hitam dengan nama "Revlogaz Gang" di punggungnya itu kini sedang duduk melingkar dengan isi kepala yang berbeda-beda. Melamunkan beberapa hal yang membuat mereka harus berakhir ditempat pengap ini.

"Lo serius mau dua lawan satu sama Geri? Gue takut lo nggak bisa ngimbangin mereka."

Jefanka Gavinza, wakil ketua Revlogaz Gang yang terkenal paling perfeksionis itu menatap ragu ke arah Hekal Aditama, panglima Revlogaz Gang yang malam ini akan mengikuti taruhan dengan ketua geng lain, Geri.

Mendengar penuturan tersebut, Hekal menatap satu persatu wajah sahabatnya yang kini serentak menatapnya dengan ragu. Pengecualian untuk Jean Rajendra, ketua divisi eksekutif yang justru menatapnya datar tanpa minat.

Hekal berdecak pelan. "Tatapan kalian lebih di kondisikan, ya, anak-anak. Lagipula gue nggak akan sekarat kalo cuma disuruh dua lawan satu doang mah, santai!" tutur Hekal yang risih sendiri dengan tatapan para sahabatnya. Lagi pula apa masalahnya dengan dua lawan satu? Dia 'kan laki-laki. Pantang untuk takut.

"Jangan sok keras, Hekal. Lawan lo bukan orang waras, lawan lo itu si Geri, cowok gila yang otaknya selicik babi! Lo pikir kita nggak khawatir sama lo?!" sentak Arjuna Mahardika, ketua divisi humas Revlogaz Gang yang kini menatap Hekal dengan tajam.

"Gue setuju sama Juna, kita mikirin konsekuensinya, Kal, nggak mudah naklukin orang egois kayak Geri, lo 'kan tau itu," sahut Anselo Widjaya, penasehat Revlogaz Gang yang masih tetap mempertahankan wajah bimbangnya.

Melihat para sahabatnya mulai memojokkan dirinya, Hekal memilih untuk menatap ke arah remaja laki-laki berwajah sangar yang duduk tepat disebelah Calvino Antrazen, bendahara Revlogaz Gang yang sejak tadi memilih tutup mulut.

"Tapi gue ngelakuin ini semua juga buat pertahanin harga diri Revlogaz, gue nerima taruhan ini juga biar Geri berhenti ganggu dan bikin masalah sama kita."

"Tapi nggak dengan nerima taruhan ini, Hekal! Masih ada cara lain!" sahut Arjuna cepat.

Mendengar hal tersebut, Hekal terkekeh geli. "Terus dengan cara apa, Jun? Ngebiarin Vino lawan mereka di arena balap yang curam itu? Ngebiarin temen gue sendiri ngadepin kematiannya didepan mata tanpa bisa gue cegah, iya?! Itu mau lo, hah?!" tanpa sadar, Hekal membentak Arjuna. Membuat seisi ruangan dibuat hening karenanya.

"Lebih baik gue yang mati ditangan mereka, Jun! Lebih baik gue yang ngadepin kematian itu daripada gue harus kehilangan satu temen gue secara cuma-cuma! G--"

"Tahan emosi lo, Hekal, jelasin dengan kepala dingin, emosi nggak bisa bikin masalah ini selesai."

Jenggala Putra Herlangga, ketua Revlogaz Gang itu menepuk-nepuk pelan bahu lebar Hekal. Mencoba menenangkan 'jiwa liar' sahabatnya yang bisa saja menerkam Arjuna dalam satu kedipan mata.

Mendapat tepukan pelan dibahunya, Hekal menghela nafas panjang. "Maaf kalo gue kebawa emosi, tapi gue tetep nggak akan batalin taruhan ini, gue mau pertahanin harga diri Revlogaz, gue mau mereka batalin taruhan sama Vino di arena balap yang curam itu, dan gue mau dia berhenti ganggu kita. Gue juga nggak bisa mundur gitu aja dan ngebiarin anak geng lain ngenalin gue sebagai panglima paling pengecut di Bandung, itu memalukan," jelas Hekal se-detail mungkin. Mencoba meyakinkan para sahabatnya dan menghindari kesalahan pahaman diantara mereka.

Hadiah Dari Bandung: 10 Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang