03. Wonder Girls

10 1 0
                                    

halowww aku kambekk

happy reading🙇🏻‍♀️🙇🏻‍♀️🙇🏻‍♀️

💥💥💥

Krak!

"Lo itu nggak pantes jadi bagian Wonder Girls, Anasera! Lo itu cacat! Bahkan gue yang lebih sempurna dari lo aja nggak bisa jadi bagian dari Wonder Girls!"

Namira Hekatama, remaja perempuan dengan gaya rambut bobnya itu terlihat memandang penuh amarah ke arah gadis cantik yang kini bersimpuh tepat di bawah kakinya. Anasera Auryna, si siswi beasiswa yang sudah terkenal sebagai gadis tunarungu dan miskin yang memiliki keberuntungan bisa masuk ke dalam salah satu geng penguasa di SMASTAR.

Wonder Girls. Sebuah geng atau perkumpulan yang diisi perempuan-perempuan berbakat dan penuh prestasi. Sebuah perkumpulan yang sangat diincar oleh Namira sejak pertama kali menginjakkan kakinya di SMASTAR. Namun ketidakberuntungan malah memihak Namira. Dirinya dinyatakan tidak lolos seleksi penerimaan anggota baru Wonder Girls karena sebuah alasan yang masih disembunyikan kejelasannya oleh ketua WG hingga saat ini. Membuatnya merasa iri dengan siswi-siswi yang berhasil lolos dan menjadi bagian dari WG. Terutama dengan Anasera.

Gadis tunarungu yang sialnya sangat beruntung telah berhasil lolos seleksi anggota inti WG.

Berbeda dengan keadaan Namira yang meledak-ledak, Anasera yang saat ini masih bersimpuh di bawah kaki Namira hanya bisa memandang nanar kacamatanya yang sudah hancur tak berbentuk usai diinjak dengan sadisnya oleh gadis berambut bob itu.

"Kacamata Sera..." saat tangan kecil Anasera hendak menggapai kacamatanya yang sudah hancur, kaki Namira lebih dulu menginjak tangan gadis malang itu dengan kuat. Membuat Anasera menjerit kesakitan ditempatnya.

"Na-namira… tangan aku sakit…"

Namira tertawa kencang melihat ketidakberdayaan Anasera. Merasa sangat puas telah memberikan gadis kampungan ini pelajaran yang setimpal atas rasa irinya selama ini. "Gue nggak peduli! Ini semua setimpal sama apa yang udah lo rebut dari gue, Anasera!" kelakar Namira geram.

Mendengar hal itu, Anasera menggeleng pelan. "Tapi aku nggak pernah rebut apapun dari kamu, Namira--"

"Nggak pernah ngerebut apapun lo bilang?! LO UDAH REBUT BANYAK HAL DARI GUE! KETENARAN, POSISI ANGGOTA INTI WONDER GIRLS, BAHKAN COWOK YANG GUE SUKA PUN LO REBUT, SIALAN!! DAN LO MASIH BILANG LO NGGAK NGEREBUT APAPUN DARI GUE, HAH?!" bentak Namira menggebu-gebu. Memotong pembelaan yang bahkan belum selesai Anasera ucapkan. Dan dengan sangat teganya lagi, kaki Namira kini semakin kuat menginjak tangan kecil Anasera. Membuat bunyi retakan terdengar cukup nyaring.

Krek!

Anasera hanya bisa menangis tanpa suara saat tangannya kini mulai mati rasa di bawah kaki Namira. Saat ini, dia hanya bisa berharap teman-temannya cepat menemukan dirinya dan menyelamatkannya dari gadis menyeramkan dihadapannya ini.

"Sekarang--"

"Namira, gue rasa udah cukup deh sampe sini aja," tegur Gista, salah satu kacung Namira yang sejak tadi hanya diam melihat kekerasan yang di lakukan oleh Namira pada Anasera, siswi beasiswa yang bahkan tidak Gista tau apa kesalahannya.

Namira yang ditegur seperti itu pun kini sedikit tak terima. "Maksud lo apa, hah?! Lo nggak suka gue bales dendam sama si tuli ini, iya?! Lo mau ngebelain dia?!" bentak Namira geram. Tak suka jika Gista menganggu kegiatan menyenangkannya ini.

Gista yang melihat kemarahan Namira kembali tersulut pun mulai mundur beberapa langkah dengan pandangan yang menunduk dalam. Dia ketakutan.
"Gu-gue cuma--"

"Gista nggak bermaksud ngebelain Anasera, Mir, dia cuma nggak mau lo kena masalah sama anggota Wonder Girls, apalagi lo udah nyiksa Anasera sejauh ini, entah apa yang bakal anak Wonder Girls lakuin ke lo kalo sampe mereka tau keadaan Anasera sekarang."

Pitta, kacung kedua Namira itu kini mulai angkat suara. Dia merasa tak tega melihat temannya--Gista--bergetar ketakutan karena kemarahan dari ratu bully yang sayangnya adalah teman mereka sendiri. Mungkin?

Mendengar jawaban yang dilontarkan oleh Pitta membuat Namira mendengus kesal. Sebetulnya, benar juga apa yang Pitta ucapkan itu. Entah apa yang akan anak Wonder Girls lakukan padanya jika mereka tau dia berhasil merundung Anasera dibelakang mereka.

Dengan berat hati, Namira menyingkirkan kakinya dari tangan Anasera. Membuat Anasera yang sejak tadi memperhatikan interaksi Namira dan kedua kacungnya itu diam-diam menghela nafas lega.

Dia berhutang budi pada Gista dan Pitta...

"Cih! Lo jangan seneng dulu, Anasera! Semua belum selesai! Gue bakal ngasih lo pelajaran lebih dari ini kalo lo berani macem-macem sama gue lagi! Ngerti lo?!" ancam Namira yang sepertinya masih belum puas memberikan pelajaran pada gadis malang yang masih setia bersimpuh di bawah kakinya itu.

Dengan ragu-ragu, Anasera mengangguk mengiyakan. Membuat Namira mendengus kesal dan segera meninggalkan gudang bekas berdebu tersebut dengan kaki yang dihentak-hentakkan kesal.

Melihat kepergian Namira, Anasera menghela nafas panjang. Kini kepalanya terasa sangat sakit. Tangannya yang tadi sempat diinjak Namira juga sudah mati rasa dan sulit untuk dirinya gerakkan. Pandangannya mulai berkunang-kunang. Dengan nafas yang terasa berat, Anasera jatuh tak sadarkan diri dihadapan Gista dan Pitta yang masih setia berdiri disana.

💥💥💥

"Untuk beberapa hari ke depan, tolong pastikan tangan kiri Sera tidak melakukan aktivitas apapun, karena cidera ditangannya cukup parah, dan ini resep obatnya, nanti tolong belikan di apotik, ya, Lala."

Gadis manis yang dipanggil 'Lala' itu mengangguk paham dan menerima dengan baik resep obat yang baru saja diberikan Bu dokter kepadanya. "Terima kasih, Ibu, kalo gitu saya mau temuin temen-temen saya dulu."

Dokter perempuan yang ditugaskan langsung oleh kepala yayasan SMASTAR itu mengangguk dan tersenyum manis. Mempersilahkan gadis bernama Lala itu untuk pergi menemui Anasera yang saat ini sedang dikerumuni oleh sahabat-sahabatnya.

"Sera? Gimana keadaan kamu sekarang? Masih pusing? Kepalanya masih sakit?"
Claudia, gadis bertubuh mungil yang baru saja menemui dokter itu langsung mendudukkan dirinya disebelah Anasera dan membombardir sahabatnya itu dengan berbagai macam pertanyaan. Melupakan sejenak keberadaan sahabat-sahabatnya yang lain.

Melihat raut khawatir Claudia, Anasera tersenyum manis dan menunjukkan deretan gigi rapihnya. "Aku udah gapapa, Lala, lagipun cuma pusing biasa, tadi juga udah dikasih obat sama Bu dokternya, bentar lagi juga sembuh."

Melihat raut ceria Anasera, para sahabat-sahabat pun refleks mendengus bersamaan. Sedikit kesal melihat sikap Anasera yang terlalu santai itu.

"Pulang sekolah kita kumpul di markas, Sera harus cerita semuanya sama kita disana," ucap Violetta tak ingin diganggu gugat.

Anasera hanya mengangguk saja. Toh, sahabatnya juga berhak tau kenapa dirinya bisa sampai seperti ini.

"Gue heran deh, kok bisa sih kita kecolongan gini? Udah gitu Sera yang jadi korbannya," tutur Aina dengan ekspresi rumit. Masih tidak menyangka jika hal tak mengenakkan ini bisa terjadi juga.

Yang lain mengangguk setuju. Mereka kali ini kecolongan!

"Pelakunya harus dapet hukuman yang setimpal, gue nggak peduli siapa dia, yang jelas dia nggak boleh lolos dari kita!" sahut Claudia dengan penuh dendam.

Sekali lagi, mereka mengangguk bersamaan, pengecualian untuk Anasera.

Mungkin iya kali ini mereka kecolongan, tapi kita lihat saja nanti. Bisakah pelakunya itu lolos dari radar anggota inti Wonder Girls?

💥💥💥

terima kasih sudah bacaa!! jangan lupa votmentnya yesss😚😚

see u!

Hadiah Dari Bandung: 10 Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang