Chapter 7 : Jefry Febrian Putra

11 3 0
                                    

Rumah Jefry.
Awal Mei, 2014.

Menurutku, menjadi anak pertama itu harus kuat. Dia tidak boleh menunjukan kelemahannya dihadapan siapapun, terutama adiknya.

"Pak, Bapak mau kemana." Gua manggil-manggil bapak yang hendak pergi dari rumah.

"Bapak harus pergi nyari kerja Jef, Bapak udah nggak punya uang."

"Tapi, nanti Jefry sama adek gimana?"

"Ini semua itu gara-gara adek kamu, Bapak jadi repot harus ngurusin kalian berdua."

"Bapak jangan pergi, Jefry nggak bakalan nakal kok."

"Jefry, Bapak itu harus nyari duit buat kamu sekolah, buat beli makanan."

"Jefry nggak bakalan sekolah, Jefry nggak mau sekolah, nggak apa-apa Jefry nggak sekolah." Jauh diluar dugaan, setelah gua ngomong gitu, bapak langsung nampar pipi kanan gua.

"Kamu itu anak nggak tau diuntung ya, bisa ngga sekali aja nurut sama Bapak." Gua nggak jawab apa-apa, gua nangis aja waktu bapak bilang gitu.

"Mama kamu udah meninggal gara-gara ngelahirin anak sialan itu, sekarang Bapak nggak mau hidup menderita gara-gara dia."

"Tapi Angge itu anak Bapak."

"Anak Bapak itu kamu, Jefry Febrian Putra bukan Angge Putri Febri."

"Bapak, Mama pasi sedih Bapak ngomong gitu."

"Bapak nggak peduli, pokonya mulai sekarang terserah apa yang bakalan kamu lakuin sama Adek kamu, Bapak cuman bakal ngasih uang bulanan untuk kamu." Setelah mengatakan itu Bapak melangkahkan kakinya pergi dari rumah.

"Seenggaknya kasih tau aku Pak, Bapak mau kemana."

Rumah Sakit.
Pertengahan September, 2010.

"Ma, Adek udah lahir? Jefry punya Adek."

"Jefry sayang, anak Mama."

"Mama, kenapa kok Mama nangis?"

"Mama mau titip adek sama kamu ya sayang, kamu jagain adek baik-baik ya."

"Jefry itu kakak Mama, Jefry pasti bakalan jagain adek." Setelah gua ngomong gitu Mama langsung peluk erat gua seakan-akan gua nggak bakal ngerasain pelukan itu lagi.

"Ma, Mama."

"Mama tidur ya Mama, Mama pasti cape habis ngelahirin adek." Mama tidur jadi gua bantuin pasang selimut buat dia.

"Sayang." Itu suara Bapak, dia udah balik lagi habis ketemu dokter sama adek.

"Sayang." Bapak panggil-panggil Mama, tapi Mamanya nggak nyaut.

"Bapak, Mama bobo."

"Sus, suster." Bapak nggak dengerin gua ngomong, Bapak teriak-teriak panggil suster.

Sehabis Bapak teriak, ada dua suster yang masuk kamar Mama, mereka meriksa keadaan Mama. Habis itu Jefry si suruh keluar sama susternya.

"Adek, kamu bisa tunggu diluar sebentar."

"Jefry itu Abang."

"Owh, Kakak ya, maaf. Abang bisa tunggu dulu diluar." Jefry ngangguk waktu suster bilang gitu sama Jefry.

Taman Bermain.
Awal Februari, 2015.

"Ayah Jefry." Anton ketawa-ketawa sambil manggil Gua Ayah.

"Stop panggil gua Ayah Jefry, dia itu adek gua." Anton itu tetangga sekaligus teman sekelas gua, yang suka ngejekin gua udah punya anak.

Dia nyebarin berita kalau gua selalu bawa anak kemana-mana. Berita itu nggak sepenuhnya bohong, gua emang selalu bawa anak kecil kemana pun gua pergi, dia Angge adek gua bukan anak gua.

The MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang