Chapter 9 : Rehan Atharryan

12 4 0
                                    

Panti Asuhan.
Akhir tahun, 2007.

Didunia ini, banyak orang yang menginginkan pasangan, teman, harta, kekuasaan. Bahkan mereka tergila akan hal itu.

Gua bukanya nggak mau, gua mau. Tapi, gua lebih ke pengen punya keluarga, seenggaknya gua tau siapa orangtua gua, siapa Ayah atau siapa Ibu gua.

Seingat gua, sudah dari kecil gua tinggal dipanti asuhan. Temen-temen gua yang lain selalu ada orang yang jenguk, ntah itu ibunya, ayahnya, pamannya, bibinya, kakek/neneknya. Disetiap bulanya mereka selalu ada yang menjenguk.

Tapi hal yang gua sayangkan adalah, mengapa mereka dikirim kepanti asuhan? padahal mereka masih memiliki keluarga.

Meski begitu, hal itu tetap saja bikin gua iri. Seenggaknya mereka tau, siapa keluarga mereka. Berbeda dengan gua yang nggak tau apa-apa.

"Rehan." Hobi gua menggambar, selain itu juga gua nggak suka main sama anak-anak dipanti asuhan ini?

"Iya." Gua nyaut waktu Bubi panggil.

"Rehan tolong belikan Bibi garam di warung." Bibi itu salah satu pengurus panti asuhan ini, menurut gua orangtua itu hanya ada dua yaitu Ayah dan Ibu.

Walaupun gua nggak tau siapa orangtua gua, yang pasti gua punya orangtua. Yaitu Ayah dan Ibu hanya ada dua. Kalaupun Bibi adalah orangtua yang ketiga tidak akan ku panggil Ibu atau sejenisnya jadinya ku panggil Bibi saja.

Meskipun anak yang lain panggil Bibi itu Bunda.

Jarak dari panti asuhan ke warung itu lumayan cukup jauh, makanya Bibi nyuruh gua yang pergi. Kalau nyuruh anak-anak yang lain anak membutuhkan waktu 2x lebih lama dari gua.

"Bibi." Gua panggil Bibi, waktu gua liat panti asuhan rame.

"Ada apa?" Gua bertanya-tanya apa yang terjadi.

"Ada anak panti itu disini." Seseorang berteriak saat melihat kalau gua ada disana.

"Dek, kamu sendirian?" Gua ngangguk.

"Bibi dimana? Kok ada api?"

"Panti asuhan kebakaran, semua orang ada didalam, beruntung kamu tidak ada didalam. Kamu habis dari mana?"

"Bibi suruh beli garam."

"Syukurlah ada yang selamat?" Wanita paruh baya yang lagi ngomong sama gua nganggukin kepalanya waktu di tanya gitu.

"Pemadam kebakaranya gimana?"

"Sedang dalam perjalanan."

"Dek, nama kamu siapa?"

"Rehan."

"Kamu tinggal disini?" Gua ngangguk.

"Anak ini mau di apakan?"

"Kirim aja kepanti yang lain, bilangin disini kebakaran."

"Panti mana? Didaerah sini tidak ada lagi panti."

"Hanya dia yang tersisa?"

"Iya Bude."

"Namanya siapa?"

"Rehan katanya Bude."

"Hallo Rehan." Orang yang dipanggil Bude itu menyapa.

"Nenek, Ziyad takut." Bude itu datang sama anak kecil seumuran gua.

"Rehan, betul nama kamu Rehan." Gua nganggukin kepala waktu ditanya kayak gitu.

"Rehan mau tidak tinggal sama nenek?"

Rumah Nenek.
Akhir tahun, 2007.

"Ziyad, karena sekarang kamu punya Kakak, kamu harus kasih pinjam barang-barang kamu sama Kakak."

The MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang