Chapter 11 : Ziyad Fathian Bagaskara

5 3 0
                                    

Rumah Sakit.
Pertengahan Februari, 2015.

Pagi tadi gua pingsan saat upacara disekolah. Guru UKS yang memang mengerti masalah kesehatan, nyuruh gua buat ke rumah sakit ngecek keadaan gua.

Gua sempet cerita ke dia kalau akhir-akhir ini gua sering mual bahkan sampai muntah, badan gua juga selalu lemes makanya tadi pagi gua ga sanggup buat ikut upacara bendera.

Jadi sekarang gua ada dirumah sakit buat periksa keadaan gua, sekalian beliin obat buat nenek, katanya dia pusing.

Tadi Rehan sama Mahesa sempet mau nganterin gua buat periksa keadaan gua, tapi gua ngeyakinin mereka kalau gua baik-baik aja dan mereka harus segera pulang buat ngerjain tugas.

Jadi sekarang gua disini sendirian buat mengetahuin apa yang terjadi sama gua.

"Apakah anda memiliki riwayat masalah hati sebelumnya?"

"Tidak." Jawab gua jujur saat dokter mempertanyakan itu.

"Saya akan melakukan tes darah dan pencitraan untuk mengevaluasi kondisi anda, jika diperlukan saya akan merajuk kepada spesialis yang lebih terampil dalam mengobati kondisi ini."

"Apa yang terjadi dok?"

"Anda mengalami masalah hati atau bisa kita sebut kanker hati, biasanya ini disebabkan karena beberapa hal dan gejalanya seperti yang sudah anda rasakan."

"Apa bisa sembuh?"

"Penyakit kanker hati seperti ini sulit untuk disembuhkan, tapi bukan berarti tidak ada cara untuk sembuh."

'Sulit untuk disembuhkan'  ntahlah, rasanya kepala gua ngga bisa mencerna apa yang dokter katakan.

"Kanker Hati katanya." Gua memijat kepala gua yang rasanya pening. Apa? Kenapa bisa? Itu pertanyaan yang terus berputar dikepala gua.

Rumah sakit.
Pertengahan Desember, 2018.

"Ziyad ini sudah hampir 5 tahun." Hari ini gua kembali melakukan VIR bersama dokter Alea. Dokter yang merawat gua sejak hampir 5 tahun yang lalu.

"Apa tidak ada perkembangan." Sekarang kita sedang melakukan percakapan diruanganya.

"Ini semakin buruk Ziyad, bukankah aku sudah mengatakan beberapa kali untuk kamu melakukan oprasi."

"Tidak Alea." Tlaspantasi Jantung, siapapun pendonor jantung itu bukankah dia akan mati?

"Keras kepala."

"Kau tahu aku."

"Ziyad."

"Ya." Alea Sadya Ananta, dia adalah sosok yang gua kenal sejak 5 tahun yang lalu dan dia satu-satunya orang yang mengetahui tentang penyakit yang gua alami.

"Mau sampai kapan lu nyembunyiin ini semua." Ntahlah Alea, gua nggak mau Nenek, Rehan atau temen-temen gua khawatir sama gua.

"Sampai gua bisa sembuh." Jawab gua, gua selalu ngerasa Alea adalah sosok kakak perempuan bagi gua. Umur kami hanya terpaut 7 tahun dan.

"Alea bukanya lu mau nikah?" Alea memutarkan bola matanya malas, mengalihkan pembicaraan itu yang pasti dia pikirkan.

"Tahun depan." Gua tersenyum, laki-laki beruntung yang mendapatkan wanita semanis Alea, gua selalu bilang sama Alea.

"Awas aja ya kalau calon suami lu jelek." Gua selalu suka wanita berambut panjang ini.

"Selalu saja, memangnya kenapa kalau dia jelek."

"Berarti dia tidak cocok denganmu. Kau kan jelek, kalau suamimu jelek nanti kasian keponakanku."

"Terserahku dia anakku, yang pasti dia tidak mungkin mirip kamu." Gua tertawa denger omongan Alea.

Mall.
Pertengahan Desember, 2018.

Setelah dari rumah sakit tadi, gua sama Alea yang kebetulan juga sudah jam pulang memtuskan untuk mampir ke sebuah mall.

"Lu mau beli apa?"

"Kado buat Jie, bentar lagi dia ulang tahun." Jawab gua yakin, mengingat sebentar lagi adalah ulangtahun Jihan.

"Ziyad lu ga gay kan?" What?

"Kenapa lu berfikiran kayak gitu." Gua ga percaya sama apa yang gua denger.

"Selama lima tahun ini lu selalu ngebahas Jihan, Jie ini lah Jie itu lah."

"Lu cemburu?"

"Mana mungkin, cuman heran aja."

"Lu lupa gua ga selalu ngebahas tentang jie, kadang Rehan, kadang Haikal, pokonya semua temen-temen gua dah."

"Iya lu juga ngebahas nenek lu gua tau, tapi ga sesering Jie."

"Yang pasti gua ga gay ya, toh gua juga punya orang yang gua suka." Keliatannya Alea terkejut dengan apa yang gua katakan.

"Selama ini lu anggap gua apa Ziyad, gua sampai-sampai ga tau cewe mana yang udah bikin lu jatuh hati."

"Gausah berlebihan Alea, cewe itu udah punya pacar."

"Baru pacar kan? Lu rebut aja." Cewe itu lu, Alea.

"Gamau."

"Lemah."

"Bodoamat."

Rumah Nenek.
Pertengahan Desember, 2018.

"Ziyad." Emang nih ya punya Kakak gada sopan santunnya.

"Normalnya orang masuk kamar ketuk pintu dulu Re."

"Gua mau ngomong sesuatu sama lu, ini soal Jihan."

"Jihan, kenapa?"

"Lu ga curiga sama Jihan."

"Curiga kenapa?"

"Emang bener ya lu itu akhir-akhir ini aneh, harusnya lu yang tau soal Jihan."

"Ya, apa, jangan bikin gua bingung."

"Jihan kayaknya punya pacar deh." Hah?

"Itu yang kata lu Aneh? Punya pacar itu normal, terlebih Jie udah dewasa."

"Makanya itu, kita aja belum."

"Yaudah si tinggal lu cari pacar aja."

"Skip dulu soal kita, Lu tau gua pernah lihat tubuh Jie banyak bercak merahnya."

"Maksud lu, Jie Hs sama pasangannya."

"Gua tau lu pinter."

"Gausah so tau deh, ga mungkin Jie kayak gitu.

"Lu fikir den, kenapa Jie akhir-akhir ini suka pake Jaket?"

"Mungkin dia kedinginan."

"Stop selalu berfikir positif tentang Jie."

"Lu yang stop berfikiran negatif tentang Jie."

"Ziyad, gua kayak gini cuman khawatir sama Jihan."

"Gua tau, tapi fikiran lu terlalu negatif Re."

"Kalau gitu buat gua nggak berfikiran negatif tentang Jie."



























To be continue...

Di part sebelumnya saya lupa untuk mengucapkan banyak terimakasih kepada kalian yang masih stay.

Terimakasih ya.

Love you❤️.

The MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang