Seruan Kelima pada Bani Israil

12 2 0
                                    

Setelah mengkritisi sikap Bani Israil yang suka memerintahkan kebaktian tapi melupakan dirinya sendiri, Allah SWT menyeru Bani Israil di seruan kelima agar mereka meminta pertolongan dengan sabar dan sholat. Lah bukannya seruan keempat adalah menegakkan sholat dan memberikan zakat? Mengapa seakan Allah SWT mengulangi seruan yang sama di seruan kelima ini?

Kita telah menyimpulkan, seruan keempat Allah SWT pada Bani Israil adalah sebuah energi untuk memenuhi seruan-seruan sebelumnya. Apakah ini berarti seruan kelima adalah energi untuk mengubah perilaku Bani Israil yang memerintahkan kebaktian tapi melupakan dirinya sendiri? Kita akan mencoba menelaah ayat ini dengan lebih detil.

Apa bedanya seruan keempat dengan seruan kelima? Seruan keempat titik beratnya lebih pada menegakkan sholat secara berjamaah termasuk perintah memberikan zakat tentu demi kebaikan bersama sedangkan seruan kelima titik beratnya adalah meminta pertolongan walaupun pada akhirnya sama-sama mengerjakan sholat tapi lebih kepada penyelesaian masalah pribadi.

Coba kita baca lagi seruan Allah SWT pada Bani Israil dari seruan pertama sampai keempat. Kita bisa memahami bahwa seruan sebelumnya lebih terkait kepada sebuah kesatuan visi dan misi dalam menjalani kehidupan agar bisa berjalan bersama dalam kebenaran. Sedangkan tentang seruan kelima, tentu terkait pada ayat 44 tentang sikap para rahib dan pendeta Yahudi dan Nasrani yang suka memerintahkan kebaktian tapi melupakan dirinya. Sikap seperti itu, seperti yang telah kita bahas, mengharuskan evaluasi pribadi dalam hening agar seseorang bisa menyadari kesalahan dirinya. Tapi kita tidak bisa membenahi diri tanpa pertolongan Allah SWT. Allah SWT memberitahu kita caranya yaitu dengan meminta pertolongan dengan sabar dan sholat.

Ayat 45 surat Al-Baqarah berbunyi, 'Dan mintalah pertolongan dengan sabar dan sholat dan sungguh itu sangat berat kecuali atas orang-orang yang khusyu'.

Berapa banyak dari kita yang memiliki masalah yang sama seperti Bani Israil? Kita suka memerintahkan orang melakukan kebaktian tapi kita sendiri tidak melakukannya. Sebetulnya sikap itu muncul karena kita tidak punya kemampuan untuk mengoptimalkan kemampuan berpikir kita sehingga saat membaca kitab-Nya, kita tidak bisa memahami kitab-Nya secara keseluruhan. Kita hanya mampu mengutip kitab Allah SWT dan menyampaikannya pada orang lain tapi kitab-Nya tidak mampu membuat kita menjadi orang yang mampu meng-upgrade diri kita sendiri. Seharusnya fokus utama seseorang yang membaca kitab-Nya justru pada peningkatan kualitas diri bukan malah menjadikan kitab-Nya sekadar sumber inspirasi untuk menasehati atau memerintah orang lain.

Mengapa orang senang sekadar menasehati atau memerintahkan orang lain? Tentu karena orang ingin dipandang bijaksana dan perhatian pada orang lain. Tapi bahkan dia sendiri tidak perhatian pada dirinya sendiri karena dia tidak melakukan apa yang dia perintahkan pada orang lain. Ini juga berkaitan dengan kesadaran diri. Banyak orang merasa dirinya telah baik dan fokusnya malah membenahi orang lain. Padahal kualitas dirinya masih rendah. Ada yang lebih buruk dari semua itu yaitu orang memanfaatkan posisi baik mereka sebagai seseorang yang bijaksana dan dihormati demi meraih keuntungan pribadi seperti donasi yang mereka berikan karena penghormatan biasa terkait dengan pemberian harta benda sebagai bentuk rasa khidmat. Mereka yang berniat seperti ini sebetulnya sudah dibahas di seruan kedua tentang mereka yang menjual ayat-ayat Allah SWT dengan harga sedikit.

Lalu bagaimana cara kita membenahi diri agar tidak bersikap seperti itu? Seperti yang telah dibahas sedikit di atas, Allah SWT memerintahkan kita mengatasi masalah ini dengan meminta pertolongan pada-Nya dalam bentuk bersabar dan sholat. Apa makna bersabar? Sabar adalah bentuk lain dari menunggu. Apa yang harus kita tunggu? Iya, kesabaran dalam ayat ini berkaitan dengan usaha kita dalam memahami kitab-Nya. Memahami kitab-Nya membutuhkan kesabaran dan orang-orang yang tidak sabar dalam proses pembelajarannya akan terburu-buru ingin menyampaikan kitab-Nya sehingga akhirnya mereka sekadar menasehati dan memerintah saja karena mereka sendiri sebenarnya belum benar-benar paham apa isi dari kitab-Nya. Dari mana seseorang bisa mendapatkan energi untuk menjalankan proses pembelajaran dengan penuh kesabaran? Tentu saja ia mendapatkan energinya dari sholat. Sholat membantu kita menenangkan diri dari segala hal yang tidak mampu kita hadapi termasuk segala gejolak yang muncul dalam diri kita sendiri termasuk memberi kita petunjuk agar bisa memahami ayat-ayat-Nya yang sulit dan rumit.

Apakah itu hal yang mudah untuk dilakukan? Tidak. Allah SWT sendiri menyatakan bahwa meminta pertolongan dengan sabar dan sholat itu suatu yang berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu. Apa makna kata 'berat'? Kata ini sebetulnya berasal dari akar kata yang sama dengan kata 'akbar'. Kata 'akbar' sebelumnya muncul di ayat 34 surat Al-Baqarah terkait dengan perilaku Iblis yang mengakbarkan diri atas Adam as. Kita juga sering mendengar kata 'akbar' dikaitkan dengan Allah SWT dalam frasa 'Allahuakbar' yang maknanya adalah Allah SWT Paling Besar atau 'The Most Great'. Jadi apa maksud dari penggunaan kata 'akbar' dalam ayat ini? Kita bisa memaknai kata 'akbar' di ayat ini menjadi 'sesuatu yang sulit diraih bagi yang menyombongkan diri'. Itulah mengapa Allah SWT menyatakan hanya orang-orang yang khusyu yang bisa melaksanakan apa yang Dia perintahkan yaitu meminta pertolongan dengan sabar dan sholat. Siapakah mereka? Kita akan bahas di bab selanjutnya. 

Perjalanan Menapaki Al-Quran 3Where stories live. Discover now