03. Pura-Pura Kaya

448 88 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

MUMPUNG kerjaan di rumah semuanya sudah beres, Giana memilih untuk menghabiskan waktunya untuk bersantai di sebuah kafe yang berada tak jauh dari rumah majikannya.

Dengan pakaian sederhana namun dari merek yang terkenal, Giana terlihat mempesona, hingga tanpa sengaja menarik perhatian dari setiap orang yang lewat di hadapannya.

Sepiring kue dan secangkir coklat panas adalah pilihan untuk menemaninya dalam bersantai. Tenang saja, uang yang dia pakai sekarang adalah uang miliknya sendiri. Dikarenakan dua hari yang lalu dia baru gajian xixixi.

Kepulan asap terlihat ketika Giana meniup gelas putih berisi coklat panas tersebut. Membuatnya rileks dan menenangkan pikiran. Lalu dengan pelan dia menyeruput minuman tersebut.

Senyuman manis terukir di bibirnya.

"Giana?" Sapa seseorang lalu tanpa malu duduk di hadapannya.

Giana mengangkat pandangan, dan refleks mendecih ketika tahu bahwa orang yang duduk di depannya adalah seseorang yang dulunya pernah membully nya bersama Silvana.

Namun biarpun begitu, Giana masih bisa menerbitkan senyum tipisnya walau enggan.

"Ah, ternyata kau." Ujar Giana.

"Kau sendirian?" Pria dengan pakaian jas itu mengangkat tangan, memesan makanan dan minuman kepada pelayan yang bertugas di sana.

"Seperti yang kau lihat." Balas Giana seadanya.

Pria itu; Daniel mengangguk. Dalam diam dia terus memperhatikan Giana yang terlihat damai dalam menikmati makanan serta minuman di hadapannya.

Giana yang diperhatikan seperti itu lantas menggeram pelan. Risih sendiri melihatnya.

"Kau tidak bosan jika terus menatapku?"

Daniel menggeleng, menerbitkan senyum tipisnya.

"Aku tidak akan pernah bosan jika yang ku pandang adalah orang secantik dirimu, Giana."

Giana mau muntah rasanya.

"Hahaha, kau bisa saja." Dia masih berusaha bersikap baik meski rasanya memuakkan.

Daniel ikut tertawa.

"Ah ya, Daniel." Giana menjauhkan piring yang isinya telah habis. Lalu kembali memesan pada pelayan kafe.

"Ada apa?"

Giana menatap Daniel.

"Bagaimana kabar Silvana?" Tanyanya, ingin mencari informasi dari seorang wanita yang dulu merupakan teman dari Daniel.

Daniel menggedikkan bahu, terlihat tidak peduli.

"Mungkin sudah mati," Balasnya acuh tak acuh. "Kenapa kau bertanya? Apakah kau khawatir dengannya?"

Pura-Pura Kaya (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang