06. Berkencan (End)

583 86 10
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Dorongan kuat di dapatkan, menyebabkan seorang gadis dengan rambut pendek itu meringis; ketika mendapati sikunya berhantaman dengan meja.

Gadis itu pun mendongak, menatap gadis lain yang kini menatapnya dengan remeh; bersidekap dada.

"Seharusnya kau itu sadar diri, miskin!" Gadis yang telah melakukan tindakan kasar tersebut merendahkan tubuhnya; menarik rambut Giana yang senantiasa memasang wajah datar.

"Dirimu itu tidak sebanding denganku, jadi jangan pernah sekalipun kau melawan apapun yang ku perintahkan sialan!"

Semua murid diam menyaksikan, tak berani ikut campur dalam tindakan kekerasan yang Silvana lakukan.

Giana mendecih. "Memangnya aku akan takut meskipun kau mengancamku seperti itu?"

Silvana mengepalkan kedua tangannya.

Giana menepis tangan Silvana; mendorong tubuh gadis itu hingga terjatuh ke lantai.

Semuanya tercengang. Begitupula keseluruhan teman Giana yang berdiri di belakang gadis itu.

Giana secara santai bangun dari posisinya, tanpa menghiraukan segala pandangan yang kini tertuju ke arahnya.

Dia merapikan rambutnya yang basah akibat di siram air oleh Silvana.

"Aku memang miskin, tapi nyatanya kau yang lebih miskin dariku."

Giana menyeringai. Tanpa takut memberikan tatapan menantang kepada sepuluh orang yang kini menatapnya tajam.

"Jika memang kau kaya, maka pakailah uangmu sendiri ketika ingin makan. Bukannya malah memalak orang lain." Giana mendecih. "Dasar sekumpulan manusia yang memalukan. Ingin makan yang enak namun tidak ingin keluar modal hahaha."

"Kau!" Vanya maju, menampar pipi Giana hingga menyisakan ruam merah.

"Kau lupa jika orang tua Silvana berperan besar dalam beasiswa yang kau dapatkan huh?"

Giana menyentuh pipinya yang terasa sakit.

"Kau mau dikeluarkan dari sekolah ini dan tidak bisa bersekolah di manapun lagi? Kau mau itu?!"

Giana menatap Vanya.

"Lantas? Aku harus apa?" Dia bertanya dengan nada yang congkak.

"Hanya karena kalian berasal dari kalangan orang kaya, bukan berarti kalian bisa menindasku seperti ini!" Giana menarik kerah seragam Vanya; mendekatkan wajahnya ke hadapan gadis itu.

Vanya memberontak.

"Kau ingin aku diam saja dan membiarkan kalian semua melakukan hal yang semena-mena padaku?" Dengan keras dia mendorong tubuh Vanya.

Pura-Pura Kaya (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang