.
.
."HAHAHAHA, mendengar dari ceritamu saja aku sudah senang bukan kepalang. Apalagi jika aku ada di sana dan melihatnya secara langsung."
Dua wanita cantik dengan pakaian yang berbeda merek itu terlihat saling berbicara, heboh sendiri ketika membahas suatu hal yang berkaitan dengan seseorang yang mereka berdua benci.
"Sudah ku katakan, seharusnya kau datang saja kemarin."
Giana. Gadis yang saat ini menggunakan pakaian santainya itu mengambil beberapa potongan keripik kentang yang ada di dalam toples lalu memakannya.
"Aku tidak termasuk dalam daftar reunian itu, jadi untuk apa aku datang?"
Giana menatap wanita di depannya.
"Ya setidaknya kau duduk di tempat lain, dan menyaksikan secara langsung bagaimana aku mempermalukannya di depan umum."
Wanita itu menggeleng.
"Tidak perlu, karena mendengar dari ceritamu saja aku sudah dapat membayangkan ekspresi wajahnya seperti apa." Tawanya menguar kemudian.
"Dia pasti merasa sangat malu, dan tak akan pernah berani untuk keluar rumah hahaha."
"Itu memang hal yang pantas untuknya!" Giana meneguk segelas air terlebih dulu, sebelum memusatkan pandangannya ke arah sang wanita yang merupakan temannya.
"Kau ingat bukan, hal apa yang sudah dia lakukan ke kita berdua?"
Wanita itu; Sandrina, mengangguk.
"Dia dulu sempat membullyku habis-habisan hingga membuat kehidupanku selama di sekolah dulu menjadi tidak tenang." Giana mengetatkan rahangnya ketika mengingat perlakuan Silvana kepadanya.
"Lalu kau juga pernah bilang padaku jika wanita sialan itu pernah merebut kekasihmu dan menghinamu mati-matian dan mengatakan bahwa kau jelek dan bla bla bla..."
Sandrina mengangguk, ikut merasa geram atas tindakan yang dilakukan Silvana. Tapi untungnya wanita itu sudah mendapatkan balasan, hingga membuat perasaan dendamnya sedikit berkurang.
"Informasi yang kau berikan padaku kemarin itu sangat bagus, dan sangat ampuh untuk membalas tindakannya dulu kepada kita."
Sandrina menepuk dadanya dengan bangga.
"Kau jangan salah, apapun bisa di dapatkan jika kita punya uang yang banyak."
Giana mengangguk. Menyetujui perkataan Sandrina. Benar kata orang, uang adalah segalanya.
"Kau benar, aku jadi ingin punya uang yang banyak sepertimu." Giana terdiam sejenak. "Ah tidak, maksudku seperti kedua orang tua mu."
Sandrina mendengus.
"Terus bagaimana dengan penampilanmu kemarin?" Sandrina memajukan wajah, nampak penasaran dengan tanggapan semua orang atas fashion yang dia sarankan.
Giana memasang senyum lebarnya. Memandang Sandrina dengan binaran cerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pura-Pura Kaya (✔)
Cerita Pendek[LALISA X SEUNGCHEOL STORY] Di mata publik, Giana terkenal sebagai seorang yang kaya harta dengan penampilan elegan dan juga berkelas. Namun siapa sangka nyatanya kehidupan Giana tidak seperti yang publik pikirkan. "Kau benar-benar ingin kaya?" Gia...