04. Tetangga baru

304 70 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

"Mom, lihat Giana tidak?"

Levana menoleh, menatap putri tercintanya yang baru saja turun dari lantai atas. Dia menggerakan dagunya ke arah pintu.

"Tadi mommy lihat Giana keluar sambil bawa sampah, mungkin saja sekarang dia masih di luar."

"Memangnya ada apa?"

Sandrina mengeleng, sebelum akhirnya melangkah keluar untuk menghampiri Giana yang masih asyik menjalankan aktivitasnya; menyiram tanaman di sekitar halaman.

Sandrina menggelengkan kepalanya ketika melihat wanita tersebut yang nampak melenggak lenggok menari; dengan suara nyanyian yang keluar dari bibir plumnya.

"Lets kill this love!" Giana masik asyik menyanyi, tanpa menyadari Sandrina serta orang lain yang memperhatikannya dengan tawa kecil.

"Ram pam pam, pam pam pam pam. Tet teret tet teret. Lets kill this love! Yeahhh tarik mang!!"

Goyangan tubuhnya mengikuti gerakan dari grup terkenal berasal korea selatan dengan heboh dan juga nyanyian yang tak kalah heboh.

Hingga ketika netranya menemukan presensi Sandrina; tengah menatapnya dengan tawa yang tertahan, Giana langsung menghentikan pergerakannya. Refleks mematung, terlebih suara Sandrina yang kini mengeluarkan tawanya dengan bebas.

"Kenapa berhenti? Ayo lanjut lagi menarinya." Sandrina mengejek Giana dengan meniru tarian wanita itu sebelumnya.

Giana mengerucutkan bibirnya.

"Kenapa diam? Lanjut sana."

"Ck, tidak mau." Giana meletakkan sapu yang telah selesai dia gunakan ke dinding, sebelum kemudian berkacak pinggang.

"Tarian indahku hanya boleh dilihat oleh diriku sendiri saja. Jika kau mau lihat, maka kau harus membayarku terlebih dulu!"

"Dasar mata duitan." Kekeh Sandrina.

Giana tersenyum sombong.

"Lantas, ada hal apa kau mencariku?"

Sandrina menuruni tangga, menghampiri Giana.

"Ada barang yang ingin ku berikan padamu, kau mau tidak?"

Wajah Giana langsung sumringah.

"Berapa banyak?"

Sandrina mendecih, sudah paham sekali dengan tabiat temannya itu.

"Jika hanya satu, maka kau tak perlu-"

"Lima." Potong Sandrina.

"Mau!" Jawabnya dengan nada semangat; matanya berbinar dengan cerah. Terlihat tidak tahu diri, tapi itulah Giana.

Sandrina memutar bola matanya dengan malas.

"Jika mau, mari ikut aku ke-" Tanpa di sengaja, mata Sandrina terarah ke arah pintu gerbang dan menemukan sosok pria yang tengah memperhatikan mereka berdua. Posisinya yang sedikit terhalang oleh dinding sekaligus pagar besar rumahnya membuatnya hampir tak terlihat. Mungkin juga oleh Giana.

Pura-Pura Kaya (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang