7. Gudang lantai tiga

55 9 0
                                    


"Adek ih! Buahnya jangan diabisin! Dasar babi!"

Kayis pun menangis, pasalnya Anggi malah main tangan,

Bocah itu dijewer sampai telinganya merah gara-gara menghabiskan buah apel yang ia kupas untuk Angga,

Angga malah terkekeh melihatnya,

Sang Ibu juga ikut berceloteh dari dapur sana,

Mengomeli putri sulungnya yang malah menyerang balik celotehannya,

Sang Ayah sibuk membaca koran dengan sesekali menyeruput kopi hitamnya. Tak ayal ia sesekali melirik putra-putrinya dan ekhemm--calon menantunya itu dengan menyunggingkan senyum, lalu sesekali menggelengkan kepalanya,

"Yaudah, Gi. Sini gue kupas sendiri ajah, lo lagi repot juga, kan,"

Angga pun mengambil pisau buah yang terletak di samping parcel,

"Ihhh nggak usah, Ga. Udah biarin si Anak Babi ajah tuh yang ngupas,"

Tangisan Kayis semakin kencang,

"Mama aku dipanggil anak Babi sama kakak! Huwaaa ...,"

Angga kali terbahak kaku, ia usap-usapi air mata Kayis yang jatuhnya cepat sekali,

Bocah berbobot itu, pun menduseli Angga, kemudian ia posisikan dirinya berpangku manja dengannya,

Anggi mendesis iri,

Akhhh ...!

Sialan! Dia juga ingin!

"Udah lo masih harus kerjain PR lo, kan. Udah biarin gue ajah yang ngupas apelnya,"

Anggi pun akhirnya menurut, lalu ia sibuk lagi dengan PR nya yang tinggal dua nomor lagi,

Angga pun mengambil pisau buah tersebut, kemudian ia kupas apel tersebut dengan sesekali bercanda dengan Kayis yang berada di pangkuannya itu,

"Kayis mau buahnya lagi, kan?"

Bocah itu menganggukan kepalanya antusias,

Bagi Kayis, Angga benar-benar seorang Malaikat,

Tidak seperti kakaknya, yang cantik-cantik tapi dalamnya Iblis,

"Mau Bang!"

Di dalam pangkuannya, Kayis tidak mau diam. Dia sibuk memainkan mobil-mobilnya yang ia dorongi di atas meja,

ANGGA || JIN x LISA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang