5. Di tahun 2024

60 5 0
                                    

Suara ketikan keyboard tak pernah senyap,

Kepulan asap rokok sesekali menguar memenuhi ruangan,

Cangkir yang telah diisi kopi ketiganya, pun terlihat tinggal seperempat lagi,

Ah, lemburannya seperti tak pernah usai,

Tapi Anggi menyukainya,

Dengan begini, dia bisa melupakan sosok lelaki yang selalu membuatnya merasa bersalah sampai detik ini.

"Gi, jangan ngerokok mulu! Jaga kesehatan napa!"

Anggun merebut rokok ketiga Anggi yang tinggal setengah itu. Mematikan ujungnya dan ia buang ke tong sampah,

Tapi Anggi malah mengambil sebatang lagi dari wadahnya, lalu menyalakan pemantik untuk menyalakan rokok keempatnya,

Omelan Anggun memang tidak mempan,

Anggun tahu, merokok adalah salah satu cara Anggi melepas stresnya,

Tapi Anggi sekarang malah jadi kecanduan begini,

Entah gimana jadinya kalau Anggi mengontrak sendirian?!

Ini saja Anggun memaksa untuk ngontrak bareng, karena khawatir akan kondisi Anggi,

Wanita yang dulunya Primadona sekolah itu sudah padam akan kejayaannya,

Semenjak Angga meninggalkan dunia ini, sesungguhnya Anggi juga sudah ikut pergi bersamanya,

Anggi yang sekarang hanyalah raga tanpa jiwa,

Anggun miris melihatnya,

"Kalo Angga masih idup, dia bakalan kecewa liat lo yang begini, Gi!"

Anggi tertawa ambigu, dia bahkan sampai terbatuk karena asapnya jadi tertelan sendiri,

Ucapan Anggun kenapa lucu sekali?

Ia jatuhkan rokoknya ke asbak, lalu ia tatap Anggun begitu datar, "kalo gitu buat Angga idup lagi, Gun. Gue mau liat sekecewa apa dia sekarang liat gue kayak gini?"

Pandangannya pun Anggi buang menatap cakrawala dini hari yang telah sunyi itu,

Tadinya dia tidak ingin meratap lagi hari ini, karena deadline kerjaannya itu hari ini jam sepuluh pagi, tapi Anggun malah merecokinya dengan membahas masa lalu,

"Bukan salah lo, Gi. Angga emang udah milih jalannya--"

"Lo tau apa sih, Gun?!"

Perkataan Anggun serasa desakan, dia jadi terdorong lagi ke masa lalu kan,

"Gue tanya lo tau apaan tentang Angga?! Lo katanya dengerin gue huh?!"

Manik Anggun mulai berkaca-kaca, dia menyesali apa yang ia katakan tadi

"Katanya lo percaya ama gue kalo Angga itu nggak sakit jiwa, tapi lo sama ajah kayak yang lain!"

Anggi usap wajahnya kasar,

Tak lama kedua bahunya bergetar,

Ah, ternyata malam ini dia akan menangis lagi,

Padahal sudah empat tahun lamanya Angga pergi,

Tapi Anggi masih belum bisa melupakannya barang kali sedetik pun,

"Angga mati bukan karena bunuh diri, Gun. Dia mati gara-gara orang-orang yang dia sayang!"

"Dia mati karena Papanya!"

"Dia mati karena Mamanya!"

"Dan dia mati gara-gara gue, Gun!"

ANGGA || JIN x LISA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang