6

3.9K 147 0
                                    

Felicia menggeser piringnya begitu makanan di depannya tandas tanpa sisa. Boleh ia akui jika pilihan makanan pria di depannya ini lumayan di lidahnya. Dia yang biasanya suka memilih soal makanan kini bahkan bisa menandaskan makanan yang disediakan Ervin di pertemuan pertama mereka secara resmin. Entah efek Felicia yang belum mengisi perutnya sejak kemarin, atau benar-benar makanan itu sangat cocok di lidahnya. tapi dia tidak bisa menahan diri saat aroma juga makanan di depannya tampak begitu menggugah selera.

Menegak minumannya, Felicia melirik pria yang kini sibuk dengan ponselnya. Pria itu sama sekali tidak mengajaknya berbicara selama makan. Dia tampak begitu fokus dan serius dengan kegiatannya. Membuat Felicia rikuh jika harus memulai pembicaraan lebih dulu.

"Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan?"

Felicia berdehem, membenarkan letak duduknya dan menatap balik pria yang kini menatapnya intens. Dari tempat duduknya sekarang, Felicia bisa melihat bagaimana bola maa hitam pekat itu menatapnya. Menenggelamkannya hingga rasanya ia tak bisa mengalihkan pandangannya. Buru-buru menggeleng, Felicia pun segera mengusir segala pikiran tak masuk akalnya.

"Aku ingin membicarakan tentang perjodohan kita."

Ervin diam. Seolah memberi waktu pada wanita di depannya itu untuk bicara. Dan dengan senang hati, Felicia akan menyambutnya.

"Dan aku ingin menolak perjodohan itu. Jadi aku harap kamu setuju dan-"

"Katakan itu pada orangtuamu. Kenapa kamu harus mengatakannya pada saya?"

Felicia bangkit dari duduknya. "Kamu tahu, jika aku bisa mengatakannya pada orangtuaku. Aku tidak akan mau repot-repot datang ke sini."

"Apa ini kata lain dari kamu tidak bisa menolak?" Sindir Ervin sinis. Pria itu bahkan tak menunjukkan keramahan sedikit pun pada Felicia sejak Felicia menginjakkan kaki di kantor pria itu. Membuat Felicia benar-benar berang saat ini.

"Terserah apa katamu. Tapi yang jelas, di pertemuan minggu depan. Kamu harus menolak perjodohan itu. Dan jangan pernah berharap untuk bisa menikah denganku!"

Felicia segera berbalik. Pergi keluar dari ruangan Ervin, sama sekali tidak menoleh ke belakang.

Membuka pintu ruangan Ervin kasar, Felicia sejenak tertegun begitu melihat ada siapa di depannya. Menatapnya tak kalah terkejut dengan tangan terangkat. Pria itu tampak hendak mengetuk pintu. Namun urung begitu Felicia membukanya dari dalam.

Mereka diam beberapa saat, dengan kedua mata saling menatap hingga Felicia lebih dulu memutuskan tatapannya dan berlalu. Melewati pria yang kini melirik ke arahnya sebelum masuk ke dalam ruangan.

Ervin menatap pria yang baru saja masuk ke dalam ruangannya. Hanya sekilas sebelum dia menyesap minuman di tangannya dengan santainya.

"Aku dengar papa menjodohkanmu dengan salah satu putri Om Jagad?"

Ervin diam. Masih menutup rapat mulutnya. Menganggap seolah-olah tidak ada siapa pun di ruangannya.

"Apa kakak akan menolak perjodohan itu?"

Ervin masih diam.

"Jadilah anak penurut kali ini, Kak. Jangan mengecewakan papa." Saat tak mendengar tanggapan apa pun dari kakaknya. Arnanda pun berbalik. Namun dia jelas tahu jika kakaknya mendengar ucapannya dengan jelas.

"Tapi sayangnya, aku lebih suka menjadi anak pembangkang." Ucapan itu menghentikan gerakan kaki Arnanda. Dia menoleh ke arah kakaknya yang kini beranjak bangkit.

"Kenapa? Bukankah selama ini image anak pembangkang selalu aku yang menyandangnya?"

"Kak-"

"Dan aku tidak keberatan jika kali ini harus menyandangnya lagi. Ah.. atau kamu berniat menggantikanku? Kembali bersikap seperti biasa dan selalu diangap anak yang patuh?" Pertanyaan bernada sinis, juga ekspresi penuh permusuhan itu hanya dibalas Arnanda dengan tubuh yang berbalik. Kembali menatap kakaknya yang kini berdiri di depannya. Tapi belum sempat dia mengatakan apa pun. Suara ketukan pintu menarik perhatian mereka.

"Pak, lima menit lagi waktu meeting kita di mulai."

"Selly, kalau begitu katakan pada tamu tak diundangku untuk keluar!" Ervin berbalik. Meraih dasinya yang sempat dia letakkan asal di sofa.

"Aku harap kali ini kakak tidak mengecewakan papa dan bersikap patuh." Itu adalah ucapan terakhir sebelum terdengar langkah kaki menjauh. Yang sayangnya hanya dibalas dengan dengusan kasar oleh Ervin.

****

Akhir-akhir ini, Felicia mengalami hal buruk di hidupnya. Terutama saat mendengar perjodohannya bukan dengan pria yang ia inginkan. Sedang pria itu bahkan tidak mengatakan apa pun padanya saat ia minta untuk menolak ide kedua orangtuanya.

Sangat menyebalkan.

Tentu saja itu mengganggu Felicia. Jadi demi menghilangkan sedikit stress dan kesalnya. Dia memilih mengolahragakan tubuhnya. Mungkin lari pagi di sekeliling kompleks perumahan tidak buruk. Sekaligus bisa membuat otaknya yang pengap beberapa hari sedikit rileks.

Sembari bergumam lirih, sesekali bersenadung, mengikuti lirik lagu yang ia dengar dari earphone. Felicia merasa tubuhnya berangsur-angsur rileks. Kepengapan di otaknya berangsur-angsur hilang hanya dengan kegiatan sederhana yang ia lakukan saat ini.

Menghentikan langkahnya, Felicia menunduk, menatap tali sepatunya yang lepas. Mendesah, dia segera berbalik dan hendak berlari ke samping, menepi. Namun gerakan kakinya terhenti begitu tubuhnya menabrak sesuatu yang keras. Dia mengaduh, meringis saat tubuhnya jatuh terduduk di atas aspal.

Mendongak, dia temukan seorang pria yang kini menoleh ke arahnya, satu tangan pria itu melepaskan earphone. Sama sekali tidak peduli dengan Felicia yang kini terduduk di atas aspal. Menatapnya berang saat tahu siapa pria itu.

"Kamu? Lagi?" Ujar pria itu tanpa rasa bersalah. Sama sekali tidak ada tanda-tanda hendak membantu atau menolongnya. Membuat Felicia tidak punya pilihan lain selain bangun sendiri dan membersihkan telapak tangannya.

"Apa kamu nggak punya mata?!"

"Hei, Nona! Kamu yang menabrak saya! Seharusnya kata itu cocok untuk dirimu sendiri."

"Kau-" Tunjuk Felicia penuh dendam. Wajahnya sudah memerah kali ini. Dan kekesalannya kian bertambah saat tangannya di tepis kasar. Disingkirkan oleh Ervin dengan tidak berperasaannya. Benar, pria itu adalah Ervin. Pria yang membuat Felicia kesal beberapa hari ini.

Dan... apa dunia sesempit ini sampai mereka harus kembali bertemu?

Ervin menatap malas wanita di depannya, yang benar-benar selalu membuatnya sial setiap kali bertemu dengan wanita itu. Demi Tuhan, kenapa dia selalu bertemu dengan wanita di depannya ini, sih?

Tak ingin berurusan dengan wanita di depannya lebih jauh, Ervin segera berlalu. Mengabaikan begitu saja wajah wanita yang terlihat hendak mengibarkan bendera perang. Tapi baru dua langkah dia melangkah, punggungnya terasa seperti di lempar sesuatu. Menoleh, dia mendengus saat sebuah sepatulah yang dijadikan wanita itu untuk melempar punggungnya.

Menghembuskan nafasnya kasar sebagai pelampiasan kekesalannya. Dia menatap datar wanita yang kini berkacak pinggang itu.

"Apa?"

"Apa kau menguntitku?!"

Ervin mendengus, wajahnya tampak mengejek apa yang Felicia katakan saat ini. "Menguntit?" Cemoohnya. "Apa kamu kira, kamu adalah wanita yang pantas diuntit?" Menatap Felicia dari atas hingga bawah. Hingga membuat Felicia rasanya ingin mencongkel mata itu.

"Dari segi mana pun. Saya bahkan tidak tertarik pada wanita sepertimu."

Felicia melotort lebar.

"Dan kamu harus tahu satu hal, Nona." Wajah Ervin mendekat. "Kamu bukan kriteria saya. Sangat-sangat jauh dari kriteria saya."

"Bagus! Itu artinya kau tidak akan menerima perjodoha ini, kan?!"

"Tentu saja."

Meski kesal dan juga jengkel. Tapi Felicia menahan diri untuk tidak membuat perhitungan. Meski ada banyak ide jahat di otaknya yang sangat ingin ia realisasikan. Tapi dia tidak akan membuat perhitungan untuk pria di depannya ini. Tidak! Sebelum mereka sepenuhnya terlepas satu sama lian.

"Aku akan pegang kata-katamu!" Ujar Felicia tegas. Segera meraih sepatunya yang tergeletak di depan pria yang kini bahkan tanpa mau repot-repot menatapnya. Pria itu bahkan langsung meneruskan langkahnya yang sempat tertunda. Membuat Felicia mengangkat tangannya dan hendak memukulnya dengan sepatunya.

Demi tuhan, dia sangat membenci pria itu!

Hanya Tentang Waktu (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang