24

3.1K 132 2
                                    

Felicia menggeliat, merenggangkan tangannya dengan tubuh yang berusaha mencari posisi tidur yang nyaman. Hingga berangsur-angsur membuka matanya. Tubuhnya seketika terbangun begitu melihat tirai jendela yang bergerak-gerak karena hembusan angin dari luar. Membuatnya langsung terjaga.

Dia pandangi seluruh ruangan di depannya itu. Lama ia menatap sekeliling sampai pandangannya jatuh pada pundaknya yang tersampir sebuah jas di sana. Jas yang ia kenal betul milik siapa.

Felicia mengerjabkan matanya berkali-kali. Berusaha menyakinkan diri dengan apa yang ia lihat saat ini.

"Bukankah tadi aku berada di mobil? Bagaimana aku bisa berada di sini?" Dia berusaha mengingat-ingat. Yang sayangnya, ingatannya hanya seputar dia yang merasa takut dan bersembunyi dalam pelukan Ervin.

Felicia berdehem. Bergerak mundur dan bersandar di kepala ranjang. Ia tatap jas yang kini berada di atas pangkuannya. Bukan cuman sekali pria itu bersikap baik padanya. Yang entah mengapa sekarang membuat Felicia merasa tidak nyaman saat mengingatnya.

"Bu, anda sudah bangun?"

Feli tersenyum begitu mengangkat pandangannya dan menemukan Bu Erna yang berdiri di tengah pintu. Menatapnya dari sana dengan senyum hangatnya seperti biasa.

"Anda belum sarapan. Anda ingin sarapan sekarang?"

Saat menatap jam dinding, Ah, sudah jam sepuluh ternyata. Felicia bahkan terlelap cukup lama.

"Ervin...?"

"Mas Ervin sudah berangkat dari jam enam pagi tadi, Bu."

Sepagi itu pria itu pergi?

Mendadak Felicia ingin bertanya begitu, namun menahan diri untuk tidak mengatakannya. Bu Erna tahu bagaimana hubungannya dengan pria itu selama ini. Akan sangat aneh jika Felicia banyak bertanya dan ingin tahu.

"Saya akan turun sebentar lagi, Bu Erna. Saya akan bersih-bersih dulu." Ucap Felicia yang langsung dijawab Bu Erna dengan patuh. Wanita tua itu langsung keluar dari kamar Felicia dan meninggalkan Felicia yang kembali menunduk. Menatap jas di atas pangkuannya. Yang tanpa sadar berhasil membuat sudut bibirnya tertarik ke atas. Ada yang terasa hangat, juga menetup-letup di dalam perutnya layaknya kembang api.

***

Felicia melirik jam dinding untuk kesekian kalinya, Akhh.. sudah pukul sebelas malam. Tapi belum ada tanda-tanda kepulangan seseorang yang sejak seharian ini berhasil mengusik Felicia. Membuat ia kadang diam-diam melamun dan tersenyum.

Terutama saat ia sempat melihat cctv siang tadi. Di mana Ervin lah yang menggendongnya sampai ke kamar. Menidurkannya di atas ranjang dengan selimut yang membungkus tubuhnya hingga dagu. Membuat ingatan Felicia kadang kembali berputar mundur.

Mengingat, bagaimana akhir-akhir ini sikap pria itu yang kadang lebih manusiawi juga lebih hangat padanya. Pria itu bahkan mau repot-repot meminta supir untuk mengambilkan gaun ganti untuknya. Hal yang mendadak membuat Felicia merasa jika ternyata pria itu tidak seburuk itu.

"Kamu belum tidur?"

Teguran seseorang yang baru saja masuk ke dalam kamar dengan wajah lelah juga pakaiannya yang sedikit kusut berhasil menarik perhatian Felicia. Dia menoleh ke arah pria itu-yang kini melangkah ke arah sofa dengan tangan sibuk membuka kancing lengan pria itu.

Ada wajah lelah, lipatan-lipatan kemeja yang sedikit kusut juga kedua mata yang tak sebersinar biasanya. Terlihat sekali jika pria itu sepertinya melewati hari yang lelah hari ini.

Hanya Tentang Waktu (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang