25

3.4K 125 1
                                    

Diantara waktu sibuknya, yang akhir-akhir ini terasa lebih singkat dan menyenangkan. Ervin tidak bisa mengalihkan pandangannya dari ponsel pintarnya. Apalagi saat sejak tadi ia sedang sibuk saling bertukar pesan dengan seseorang yang akhir-akhir ini lebih sering berinteraksi dengannya.

Siang ini, diantara waktu meetingnya yang panjang. Ia bahkan masih sempat-sempatnya membalas pesan yang dikirimkan oleh Felicia. Wanita yang sudah tiga hari pergi keluar kota karna harus menghadiri seminar. Wanita itu mengeluh bosan saat harus seharian berada di hotel sebelum malam nanti harus menghadiri makan malam dengan beberapa rekannya. Tapi entah mengapa, malah membuat Ervin merasa lucu dan terhibur.

Dia bahkan tidak sadar jika sejak tadi sudut bibirnya tertarik membaca pesan-pesan yang dikirimkan wanita itu untuknya.

Felicia

Aku akan pulang besok.

Wanita itu bahkan sudah mengatakan itu sejak kemarin. Tapi tetap saja Ervin tersenyum melihat itu.

Jam sembilan pagi.

Lagi, wanita itu mengingatkan. Seakan mengisyaratkan sesuatu agar Ervin melakukan sesuatu untuk wanita itu. Jadi.

Mau aku jemput?

Felicia.

Kamu tidak sibuk?

Khusus untuk istriku, waktuku selalu luang.

Gombal.

Jadi?

Baiklah, jemput aku jam sembilan pagi.

Ingat! Jangan terlambat!

Siap, Bu dokter.

Ervin terkekeh saat membaca balasan pesannya untuk wanita yang berstatus istrinya itu. Tidak sadar jika kini beberapa pasang mata menatapnya penuh penasaran. Terutama papanya yang kini menatapnya lurus. Membuat Ervin yang baru saja mengangkat wajahnya pun. Kini berdehem pelan. Memasukkan ponselnya ke dalam saku celana dan dengan serius mendengarkan papanya yang berada di depan menjelaskan keputusannya atas meeting siang ini.

"Ervin, bisa kita bicara sebentar?"

Ervin yang baru bangkit dari duduknya seketika melirik papanya yang kini melangkah mendekat ke arahnya. Membuat Ervin melirik pada semua orang yang kini pamit meninggalkan ruangan.

Memberi isyarat pada sekretarisnya untuk pergi lebih dulu, kini ruangan hanya tinggal Ervin, papanya, juga seseorang yang sibuk menyusun berkas-yang berdiri di sebrang meja. Yang kini Ervin yakin pasti tengah memasang telinga dengan begitu tajamnya. Bersiap untuk mendengar apa yang akan Ervin bicarakan dengan papanya.

"Arnanda, bisa tolong keluar? Papa ingin bicara dengan kakakmu sebentar. Hanya berdua."

Papanya seakan paham dengan tatapan Ervin saat ini, di mana kini menatap pria yang menatapnya sekilas. Tersenyum dan mengangguk menjawab ucapan papanya itu. Yang sesaat, membuat Ervin merasa puas karna pria itu keluar tanpa bisa mendengar apa yang akan mereka bicarakan.

Ervin kembali duduk di kursinya, memberikan waktu pada papanya yang berdiri di sisinya untuk bicara. 

"Papa senang hubunganmu dengan Felicia baik-baik saja."

Hanya Tentang Waktu (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang