14

3.3K 130 0
                                    

Keanehan-keanehan itu kian menjadi-jadi. Itulah yang Ervin lihat dan rasakan dari wanita yang menjadi istrinya di rumah.

Wanita itu bahkan melakukan semua yang Ervin katakan. Yang mendadak membuat Ervin mengingat sesuatu. Sesuatu yang sangat membuat dia benci dan marah. Seperti mengingatkannya pada ibunya. Bagaimana ibunya yang selalu memperlakukan ayahnya seperti itu. Tapi dengan sadisnya, ayahnya malah membalasnya dengan sesuatu yang membuat ibunya meninggalkannya.

Semua itu, membuat Ervin semakin membenci seseorang yang bernama Felicia. Wanita yang biasanya sering melawannya, mendebatnya. Akhir-akhir ini berubah menjadi wanita yang begitu penurut juga sabar. Bahkan ada kalanya wanita itu diam menatapnya saat Ervin berusaha membuat hidup wanita itu sulit. Seharusnya wanita itu melawan, kan?

Seperti sekarang ini contohnya, saat wanita itu berdiri di sampingnya. Tersenyum tipis begitu Ervin duduk di meja makan. Wanita itu langsung melempar pertanyaan. "Teh atau kopi?"

Dan seperti biasa, Ervin enggan untuk menanggapi itu. Mendadak ia sangat menbenci suara juga semua yang wanita itu lakukan padanya. Jadi ia memilih meraih gelas di depannya yang berisi air putih. Menegaknya hingga tinggal setengah. Lalu. Berharap mampu membuat wanita di sampingnya marah dan kesal. Tapi bukannya melakukan apa yang Ervin harapkan.

"Aku sudah buatkan sarapan ini." Wanita itu malah kembali berbicara padanya dengan suara lembutnya. Bersikap seakan-akan sikap Ervin bukanlah sesuatu yang bisa saja menyakiti hati juga perasaan wanita itu. "Lihat, aku sudah bisa masak sekarang. Kamu ingin mencobanya? Aku belajar semua ini dari Bu Erna."

Dia tunjukkan hasil masakan wanita itu, yang boleh Ervin akui jika tidak buruk. Tapi sayangnya, Ervin tidak akan mengkui itu. Karna kini, dia memilih memanggil Bu Erna. Dengan lantangnya. Yang langsung membuat seseorang muncul dari salah satu pintu yang berada di dekat dapur.

"Iya, Mas?"

"Tolong ambilkan tas kerja saya!"

"Ervin," Tegur Felicia saat Ervin bangkit dari duduknya. Memberi perintah pada Bu Erna tanpa mempedulikan tawarannya. Membuat Felicia merasa geram luar biasa.

Pria ini? Sebenarnya ada apa dengan pria di depannya ini, sih? Kenapa dia senang sekali memancing masalah? Tidak bisakah mereka bersikap sebagaimana pasangan di luar sana?

"Bu Erna!"

"Baik, Mas Ervin." Seketika Bu Erna lari tergopoh-gopoh. Meninggalkan Ervin juga Felicia yang kini menghembuskan nafas kasar. Dia sesaat membuang muka, tampak menahan diri begitu Ervin lagi-lagi bersikap semaunya. Membuat kepala Felicia terasa ingin pecah saja.

Tapi, seperti biasa. Ervin tidak akan mempedulikan apa yang wanita itu rasakan. Jadi dia memilih beranjak dari tempatnya. Puas karna lagi-lagi bisa membuat wanita yang berstatus istrinya kesal dan marah.

"Aku sama sekali tidak mengerti dengan dirimu, Ervin!"

Langkah Ervin terhenti. Sedang Felicia berbalik dan menghadap ke arah pria yang kini memunggunginya.

"Kemarin kamu memintaku untuk bersikap sebagaimana seorang istri yang baik. Menyiapkan semua kebutuhan juga semua yang kamu inginkan." Nafas Felicia memburu juga terasa berat. Kedua tangannya bahkan kini terkepal erat. "Tapi, apa ini?" Dia kian tampak marah.

"Setelah aku melakukan semua yang kamu inginkan. Bersikap sebagaimana seseorang yang-" Ucapan Felicia terhenti saat tiba-tiba tubuh itu berbalik. Menghadap ke arahnya dengan wajah jengah juga tampak puas.

Ervin membawa langkahnya mendekat. Berdiri di depan Felicia yang kini menatapnya masih dengan nafas memburu. Namun sama sekali tidak membuat Ervin merasa bersalah atau pun terganggu. Yang ada dia malah merasa puas juga senang.

Hanya Tentang Waktu (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang