19

3.5K 127 1
                                    

Felicia tersenyum diantara langkahnya yang menuruni anak tangga. Dengan Ervin di sampingnya, menggenggam tangannya juga sesekali meliriknya dengan ekor matanya. Pria itu sering kali tersenyum tipis saat Felicia meliriknya. Hal yang juga baru Felicia temukan malam ini.

Mereka akan makan malam bersama kakek Anjas. Makan malam penyambutannya, begitu lah yang Felicia tahu dari Ervin tadi. Yang Felicia tidak menyangka jika pria itu bahkan menjelaskannya padanya.

"Wah, lihat. Siapa wanita paling cantik ini?"

Felicia hanya tersenyum mendengar pujian pria tua di depan sana. Yang begitu semangat melangkah ke arahnya. Mengulurkan tangan untuk menyambut tangannya. Yang dengan senang hati Felicia terima. Dia menerima uluran tangan itu dan melangkah ke arah meja makan dengan kakek Anjas yang menggiringnya. Menarik kursi dan mempersilahkannya untuk duduk dengan nyaman di sana.

Setelah bergumam terima kasih. Kakek Anjas itu langsung mengambil tempat duduk di dengan Felicia. Karna meja makan mereka kali ini hanya ada empat kursi yang saling berhadapan. Jadi kakek Anjas memilih tempat duduk di depannya. Yang jangan tanya siapa orang yang duduk tepat di sampingnya. Yap, ada Ervin yang menarik kursi tepat di sampingnya.

Sedang di samping kakek Anjas kosong karna mereka hanya makan malam bertiga.

"Kakek senang akhirnya bisa makan malam dengan kalian berdua."

Mendengar itu, mendadak Felicia teringat sesuatu. Di hari pernikahan mereka, pria tua di depannya itu bahkan tidak hadir. Bukan hanya di hari pernikahan, di hari-hari penting mereka menuju pernikahan pun, Felicia tidak melihat keberadaan kakek Anjas.

Hal yang sempat Felicia kira jika Ervin hanya memiliki kedua orangtuanya dan keluarga besar inti lainnya. Yang saat itu hadir di setiap acara penting mereka. Namun Felicia akan menahan diri kali ini, tidak akan merusak momen makan malam mereka bertiga. Dan nanti, ingatkan di untuk bertanya pada pria di sampingnya itu.

"Jangan khawatir, Kek. Feli akan sering datang berkunjung ke sini. Jadi kita bisa sering makan malam bersama."

Mendangar ucapan Felicia, kakek Anjas tertawa renyah. Wajah tuanya itu terlihat bahagia dan senang.

"Terima kasih, Nak. Tapi sepertinya kakek yang akan mengunjungi kalian lebih sering."

Felicia mengerutkan keningnya tak mengerti. Sampai piring di depannya di ambil seseorang. Seseorang yang duduk di sampingnya. Di ganti dengan piring pria itu yang steak nya telah di potong-potong kecil. Membuat Felicia menoleh ke arh pria itu.

"Kakek tinggal di belanda. Jadi kalau kita ingin makan malam dengannya. Kita harus ke sana untuk mengunjunginya. Lagi pula kakek adalah orang sibuk. Tidak mudah untuk makan malam dengannya."Jelas Ervin. Menjawab semua kebingungan Felicia. Dia mengangguk tanda mengerti. Dalam hati mulai mengerti kenapa kakek tidak hadir di acara pernikahan mereka. Kakek Anjas pasti sangat sibuk hingga tidak bisa hadir.

"Tidak masalah. Kakek akan lebih sering untuk datang ke jakarta dan mengunjungi kalian."

"Eh, tidak perlu, kek. Aku tahu kakek pasti sibuk."

Tuan Anjas mengibaskan tangannya. "Tidak masalah. Katakan saja jika kalian ingin makan malam dengan pria tua ini. Kakek pasti akan langsung datang dan makan malam dengan kalian. Waktu kakek sangat kosong jika itu menyangkut cucu kakek. Terutama kalian."

Felicia tersenyum mendengar itu. Senang karna pria tua di depannya bahkan begitu baik dan tampak tulus. "Terima kasih, Kek. Tapi, lain kali. Biarkan kami yang mengunjungi kakek." Ujar Felicia. Yang lagi-lagi membuat Tuan Anjas tertawa renyah. Terlihat sekali jika pria tua di depannya itu tampak begitu semangat dan bahagia.

Hanya Tentang Waktu (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang