21

3.5K 121 2
                                    

"Apa yang kamu lakukan di sini, Ervin?"

"Apa?" Ucapan itu terdengar santai sekali. "Tentu saja menjemput istriku. Apalagi memangnya kalau bukan menjemput istriku?"

Felicia mendengus mendengar ucapan penuh percaya diri dari pria di depannya itu. Yang lambat-lambat terdengar menjengkelkan sekali. Mengepalkan tangannya, Felicia masih menatap tak bersahabat pria di depannya. Sampai, uluran tangan pria itu yang terulur ke arahnya. Membuat Felicia menatapnya tak mengerti.

"Kunci mobilnya!"

Dengan kekesalan yang nyaris mendarah daging. Felicia memberikan kunci mobil ditangannya pada Ervin. Yang diterima pria itu dengan wajah puas. Semua itu semakin membuat Felicia merasa jengkel dan kesal.

Ervin menatap wajah itu. Yang masih menunjukkan kekesalan yang jelas. Lalu ia menunduk. Menatap kunci mobil di tangannya. "Ada acara ulangtahun kakek malam ini, jadi-" Dia berbalik. Memunggungi Felicia dengan kepala sedikit menoleh ke arah wanita yang masih diam di tempatnya. "Masuklah. Kita akan langsung pergi sekarang."

Felicia melotot mendengar itu. Antara syok dan kaget. Dia bahkan tidak memiliki persiapan apa pun. Bagaimana mungkin pria di depannya ini selalu berlaku seenggaknya dan-

"Tidak perlu khawatir, aku telah mempersiapkan semua." Setelah mengatakan itu, Ervin langsung melangkah lebih dulu. Membuat Felicia mau tidak mau pun mengekori pria yang berstatus suaminya itu dengan pasrah. Dia benar-benar tidak memiliki pilihan lain.

Diam-diam mendesah kesal lantaran lagi-lagi pria yang berstatus suaminya itu bersikap semaunya. Dia bahkan memberitahu Felicia begitu mendadak, bagaimana jika tadi Felicia memiliki janji yang tidak bisa ditinggal? Felicia pasti merasa tidak enak pada kakek Anjas sedang pria tua itu sangat baik padanya.

Sampai mereka melangkah ke arah mobil Ervin, yang terparkir rapi di basement rumah sakit. Masuk ke dalam mobil pria itu dan duduk nyaman di kursi penumpang. Felicia masih merasa kesal dan jengkel. Hingga dia memilih bungkam dan menutup rapat-rapay mulutnya.

Menatap keluar jendela hingga mereka tiba di sebuah butik yang-langsung membuat Felicia melirik pria di sampingnya.

"Ayo, turun." Felicia memilih menurut. Pasrah dan ikut turun tanpa bantahan seperti biasa. Dia sedang enggan untuk berdebat dan mendebat, jadi anggap saja kali ini dia mengalah terhadap semua keinginan pria itu.

Seperti yang pria itu katakan, jika pria itu telah menyiapkan semuanya. Termasuk semua kebutuhan Felicia. Jadi, Felicia hanya perlu diam dan terima beres.

Dengan long dress berwarna hitam yang memeluk tubuhnya erat. Tanpa lengan dengan bagian dadanya yang lebih rendah. Juga belahan tinggi sampai pahanya. Felicia cukup puas dengan pilihan suaminya itu. Karna kini, gaun yang ia gunakan bahkan tampak cantik dan juga elegant. Membuat Felicia merasa pilihannya, tidak buruk.

Mereka tiba di acara yang ternyata baru Felicia tahu jika acara malam ini di adakan di sebuah villa yang berada di puncak. Yang seketika membuat Felicia menoleh ke arah Ervin.

"Ervin, acaranya di sini? Kenapa kamu tidak bilang kalau acaranya-"

"Kenapa? Ada masalah?"

Tentu saja.

Felicia ingin mengatakan itu. Namun tertahan saat Ervin sudah turun dari mobil.

Felicia tatap bagaimana pria itu turun dari mobil, bergerak memutari mobil dan membukakan pintu untuknya. Hal yang lagi-lagi membuat Felicia merasa aneh. Namun dia tidak mengatakan apa pun selain turun dari mobil dan menerima uluran tangan Ervin.

Mereka melangkah beriringan, masuk ke dalam villa dan langsung disambut dengan megahnya pesta malam. Yang tidak Felicia duga jika akan ada acara pesta semewah ini.

Hanya Tentang Waktu (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang