15. RUMAH RUSAK; DENDAM

191 12 0
                                        

MARI VOTE SEBELUM MEMBACA!

FOLLOW JUGA AKUN INI SUPAYA SAYA SEMANGAT DALAM MENAMBAH CERITA.

DAN YA, JIKA KALIAN ADA SARAN UNTUK SAYA TERKAIT CERITA, BISA DM SAYA YAA.

OH YA, JIKA ADA KRITIK DALAM PENGGUNAAN BAHASA, ATAU TYPO ATAU APAPUN ITU YANG MEMBUAT KALIAN TIDAK NYAMAN DALAM MEMBACA CERITA INI DM JUGA SAYA.

UDAH ITU AJA, TERIMAKASIII.

SELAMAT MEMBACA.

ENJOY!

_____

Disepanjang perjalanan menuju ke sekolah, Aleza hanya terdiam sembari menatap kosong kearah luar sana. Ia tengah berpikir keras bagaimana ia bisa kembali pada tubuhnya tanpa membunuh siapapun lagi. Meskipun bukan ia yang membunuh tetap saja ia merasa bersalah.

Saat itu, lagi-lagi ia berada di tempat yang gelap itu, hanya satu cahaya tepat di atas cermin. Aleza menonton langsung bagaimana Sena membunuh Heri.

Aleza menghela nafas pelan, sekarang ia mengerti, setiap Sena akan membunuh target-nya Aleza akan berpindah ke ruangan itu dan cermin itu adalah cermin yang digunakan Sena untuk mengawasinya sekaligus alat untuk dia bertemu dengan Sena. Ia cukup memanggil nama Sena dan menyuruh Sena untuk keluar.

Sesampainya di sekolah, seperti biasa ia langsung melangkahkan kakinya menuju kelasnya, dan langsung menduduki kursi tempatnya.

"Guys! Kayanya dia deh yang udah bunuh bapak sama abangnya," teriak Zalea membuat semua orang terdiam.

Zalea berjalan menghampiri kursi yang di duduki Sena.

Sena menatap Zalea sejenak, "Diam, Zalea!"

"Ah, takut banget," ledek Zalea membuat Sena memutar bola mata malas.

"Gue lagi sedih banget hari ini, lo bisa gak jangan makin bikin suasa jadi makin runyam kayak gini?"

"Yakin lo sedih? Buat apa lo sedih? 'Kan lo yang udah ngebunuh Bapak sama Abang lo,"

Sena mendengus kecil, "Kalo gue bisa ngebunuh mereka, gue juga bisa bunuh lo, Zalea,"

Zalea terdiam seketika.

Sena berdiri dari duduknya, lalu ia menatap manik mata Zalea, "Denger gue, lo pikir dengan lo nge-bully kayak gini lo keren, Za? Nggaksama sekali, lo malah keliatan kampungan, norak tau gak? Gue heran sama lo, bangga banget kayanya bully orang? Coba aja lo yang di bully gimana menurut lo?"

"Merasa paling jago padahal aslinya pengecut,"

"APA LO BILANG? KURANG AJAR!" teriak Zalea.

Zalea hendak menjambak rambut Sena namun dengan segera Sena menahan tangan Zalea. Lalu ia pun mengigit pergelangan tangan Zalea hingga Zalea mengerang kesakitan.

"Mampus!" ucap Sema lalu pergi begitu saja.

Sena berjalan ke taman belakang sekolah.

"Lama-lama Zalea kurang ajar, tau dari mana coba kalo si Sena yang udah bunuh Bapaknya sama abangnya?" Gumamnya.

"Pengen pulang, kangen masakan mama, mama apa kabar, ya? Mereka baik-baik aja, 'kan?"

DENDAM; Transmigrasi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang