Nohan melihat seorang laki-laki tengah memesan tiket bioskop tidak jauh di sampingnya, kemudian ia membawa Gantari pergi untuk berada di antrean tiket yang berbeda.
“Kenapa bukannya kita mau menonton film itu ya?”
“Tidak jadi, kita non ton film ini aja gak apa-apa. Ini katanya seru juga kok!” ucapnya dengan terbata-bata seolah-olah tengah ketakutan karena melihat orang yang ia kenal tiba-tiba datang.
Gantari menuruti perintah Nohan, ia mengangguk lalu berjalan sesuai antrean untuk membeli tiket yang berbeda. Walau dalam hatinya terasa hal yang membuatnya sedikit tidak nyaman karena raut wajah Nohan yang tiba-tiba berubah.
“GGANTARI LO NGAPAIN DI SINI!” teriak Rarangan di dalam bioskop, setelah mereka sampai di depan layar.
“Rarangan lo gila? Ngapain lo panggil gue teriak-teriak kayak gitu, bikin malu aja. Lagian lo juga ngapain di sini?”
“Sorry, gue lagi non ton sama pacar baru gue. Kenal in, namanya Pangarep!”
“Halo saya Gantari, temannya Rarangan salam kenal.”
“Kalau cowok di belakang lo itu siapa? Lo gak mau kenal in dia sama gue? Gak apa-apa kali kenal in sama gue dulu sebelum sama ibu lo, lagian posisinya kita udah ketemu.”
‘Semua ini gara-gara Nohan, kenapa sih dia harus ganti film. Kalau tadi non ton film yang pertama kayaknya gak bakalan gue ketemu sama si Rarangan.’
“Iya ini Nohan teman baru gue, Nohan ini Rarangan teman gue di kantor alias sahabat gue hahahah...”
“Saya Rarangan temen Gantari, kalian lagi kencan ya? Sama saya juga lagi kencan sama pacar saya, Pangarep! Semoga kalian menikmati filmnya, Gantari gue duduk di samping lo ya.”
‘Kalau bisa gue pengen keluar sekarang juga, bisa-bisanya gue harus non ton bareng ber-4 kayak gini dikira lagi double date apa ngora banget!’
“DIHARAPKAN UNTUK PARA PENGUNJUNG BIOSKOP UNTUK MENINGGALKAN BIOSKOP, SEKALI LAGI DIHARAPKAN UNTUK PARA PENGUNJUNG YANG SEDANG BERADA DI BIOSKOP UNTUK SEGERA MENINGGALKAN BIOSKOP!!”
“Kenapa ini? Padahal filmnya belum selesai,” ucap Rarangan. Tiba-tiba layar yang tadinya menampilkan sebuah film mati, staf bioskop mulai meminta para pengunjung untuk keluar dari ruang bioskop.
“Padahal belum malam banget, kenapa di suruh keluar?”
“Sepertinya terjadi sesuatu, Nohan kamu tidak membawa tas? Tas kamu ke mana?” tanya Gantari yang sadar bahwa tas Nohan hilang padahal ia sangat yakin melihatnya ketika datang.
“Ya ampun seperti tertinggal di toilet, habis dari sini saya akan bawa tas saya dulu sebentar.”
“Gawat, Tar!” Rarangan menarik tangan Gantari dengan wajah panik, ia mencekam tangan Gantari lalu menariknya untuk pergi ke tengah keramaian yang terlihat di dekat toilet.
“Kenapa?” Gantari menghempaskan tangannya, lalu ia meringis kesakitan atas cengkeraman tangan Rarangan tadi.
“Ternyata ada pembunuhan di sini, gue takut Gantari. Korbannya masih ada di dalam toilet, kenapa sih pembunuhannya harus sekarang.”
“Pembunuhan? Apakah ini masih dalam pelaku yang sama? Kalau begitu mungkin saja pelakunya masih di sini, astaga kenapa di tempat ramai seperti ini psikopat itu masih bisa melakukan aksinya!”
“Korbannya perempuan dewasa, para detektif dan polisi sedang menyelidiki kasus ini. Tapi sepertinya tidak ada hasil jika harus di lihat di dalam kamera pengawas, pelaku itu pasti sudah lebih dulu merusak CCTV nya. Mungkin pelakunya bisa berbaur dengan para pengunjung yang ada di sini,” jelas Pangarep.
“Eh bentar, Nohan mana?” tanya Rarangan.
"Dia pergi ke toilet, tas nya tertinggal di sana."
*💀*
“Kenapa membunuh di tengah orang yang ramai, bukannya itu sangat berbahaya bagi pelakunya karena rentan tertangkap!”
“Tapi buktinya masih belum cukup, semuanya masih aman. Dan ini semua benar-benar menyebalkan!”
“Berhati-hati lah dia bisa menangkap mu kapan saja, jangan lengah hanya kau sedang berkencan dengan wanita itu. Sikap mu yang terlalu peduli membuatmu bisa di permainkan olehnya.”
“GANTARI!” Nohan memanggil Gantari yang sudah keluar dari parkiran, nafasnya tersengal-sengal mengejar Gantari.
“Nohan, habis dari mana kok lama?”
“Aku ambil tas dari toilet, kebetulan aku menggunakan toilet yang ada di seberang korban pembunuhan itu makannya para polisi menginvestigasi aku sebentar.”
‘Nohan memakai toilet yang ada di seberang korban? Kenapa gue jadi was-was kayak gini ya, gue harus hati-hati!'
“Baguslah kamu sudah bebas dari para polisi itu, mari kita pulang!”
“Iya saya akan mengantarkan kamu, pasti orang tua kamu di rumah mengkhawatirkan kamu apalagi sudah terjadi pembunuhan lagi di sini!”
Benar saja ibu sedang duduk menunggu di depan rumah dengan wajah cemas, menutup wajahnya seperti menahan tangis.
“Ibu!” Gantari berlari lalu memeluk ibunya, kemudian ibu membalas pelukan anaknya dan menangis.
“Ibu sangat Khawatir Gantari, kenapa ibu telepon tidak kamu angkat. Ibu sudah dengar beritanya dari televisi.”
“Iya Ibu Gantari juga kaget, maaf tidak memberi kabar handphone Gantari mati. Ini Nohan teman baru Gantari, dia udah anterin Gantari pulang karena khawatir!”
“Makasi ya nak Nohan, ibu sangat Khawatir sekali dengan Gantari apalagi korban yang meninggal di bioskop tadi adalah anak kenalan teman Tante. Makannya Tante panik gak karuan hanya untuk mendapatkan kabar anak Tante yang tadi izin mau ke bioskop.”
“Iya Tante saya mengerti, untuk saat ini sebaiknya tidak keluar malam-malam. Maaf saya juga yang mengajak Gantari jalan-jalan hari ini, saya juga tidak mengira bahwa kejadiannya bisa ada di sekitar kami.” Nohan menggaruk-garuk belakang lehernya dengan menampilkan wajah penuh rasa bersalah.
“Tidak apa-apa Tante percaya kok sama nak Nohan, sudah malam mau masuk dulu ke rumah? Nak Nohan rumah jauh dari sini?”
“Terima kasih Tante saya pulang dulu saja, dari sini rumah saya tidak terlalu jauh. Sekali lagi mohon untuk berhati-hati ya, kalau sedang ada di rumah pintu dan jendela jangan lupa di kunci. Lalu kalau ada hal-hal yang mencurigakan bisa langsung hubungi polisi!"
Ibu menepuk lembut pundak Nohan, “Iya pasti! Nak Nohan juga selalu hati-hati, pembunuh itu tidak memandang gender loh.”
KAMU SEDANG MEMBACA
a Memorable Murder
Mystery / ThrillerKejadian yang menegangkan di suatu kota yang terus di usik oleh seorang psikopat gila yang sudah membunuh warga yang tidak bersalah. Gantari Kahiyang seorang penulis yang ditunjuk untuk membuat proyek tentang psikopat dan Nohan Pradipa yang harus me...