07. Bunuh diri

2 0 0
                                    

"Sekarang kamu sudah kembali lagi bekerja, jadi tolong untuk kali ini bekerja dengan serius jangan sampai ada hal yang tidak penting kamu bawa sebagai bukti!" tegas Detektif Pilar kepada Nohan yang sudah berdandan rapi di hari pertama ia mulai bekerja kembali setelah dua minggu di liburkan.

"Siap laksanakan Pak, terima kasih karena sudah mau menerima saya lagi di tim ini. Kali ini saya akan bersungguh-sungguh untuk mencari pelaku pembunuhan berantai itu!"

Tim dalam pencarian pembunuhan berantai terdapat 5 orang detektif yang sudah banyak pengalaman dan sisanya puluhan polisi yang siap membantu. 5 detektif itu adalah Detektif Pilar sebagai ketua, Nohan, Radap, Yaheng dan Aray.

"Untuk ini kita harus memperketat penjagaan apalagi di malam hari, namun tugas kita tetap pada bukti-bukti yang mengarah pada sang pelaku. Namun untuk bukti pembunuhan korban bernama Biya itu terlalu sedikit bukti, tidak ada jejak DNA tangan pelaku. Tapi ada satu pisau yang hilang sepertinya itu di jadikan alat untuk membunuh korban sebelum korban di bakar, juga penjelasan dari temannya yang sering menginap di rumah korban. Terdapat banyak make up endorse di rumahnya tapi saya cari tidak ada pun satu make up yang tersisa," jelas detektif Pilar.

"Bukannya aneh kalau seorang model tidak memiliki make up di rumahnya? Apakah semua make up nya di ambil oleh pelaku?" Yaheng mengambil secarik kertas data atas pembunuhan model bernama Biya itu.

"Berarti kita tinggal menemukan korban kedua yang mungkin di bunuh tidak lama setelah membunuh korban atas nama Biya?" Nohan mulai membuka berkas-berkas yang menumpuk di mejanya.

"Ada 8 orang yang di kabarkan menghilang dari empat bulan yang lalu, mungkin salah satunya menjadi korban pembunuhan pelaku. Tapi dua diantara-Nya adalah anak kecil."

"Psikopat itu membunuh tanpa melihat gender, usia, bahkan kasta. Saya ingin ketika dia di tangkap, para puluhan polisi bisa menembak psikopat itu biarkan tubuhnya di penuhi oleh panasnya peluru." Radap menendang pintu dengan kesal, kesal karena banyak sekali masyarakat tidak bersalah harus mati karena dibunuh oleh sang psikopat.

"Dap, sabar. Orang jahat pasti akan berakhir dengan menyedihkan dan mengenaskan, kita lihat saja nanti bahwa tim kita pasti bisa menemukan korban kedua dan tak lain pembunuh itu," Yaheng menepuk-nepuk pundak Radap berusaha untuk meredakan ke kesalannya.

"Bukan hanya menemukan korban kedua, tapi kita harus mengakhiri ini semua!"

"Okey hari ini kita bergerak, Yaheng, Nohan dan Radap kalian bertiga mulai berpencar untuk mencari informasi tentang ke delapan orang hilang ini. Kapan mereka terlihat, dan bagaimana penjelasan kesaksian orang-orang terdekatnya. Saya bersama Aray akan pergi kembali lagi ke tempat kejadian pembunuhan Biya."

"PAK GAWAT! ADA KORBAN LAGI," teriak seorang polisi yang berlari masuk ke dalam ruangan para detektif itu berkumpul, ditangannya sudah ada berkas foto bukti kematian seseorang yang baru saja di kabarkan meninggal.

"Saya belum sama sekali menemukan pembunuh dari korban pertama, apakah korban keenam selanjutnya. Dasar pembunuh sialan, saya sudah lelah dengan semua ini!" detektif Pilar memukul kepalanya sendiri dengan sangat stres.

"Kali ini bukan pembunuhan tapi bunuh diri, nama korbannya Lamont yang bekerja sebagai penulis di Yerlanga usianya 30 tahun," jelas polisi tersebut.

'Yerlanga? Bukannya itu adalah tempat Gantari bekerja, apakah korban yang bernama Lamont itu adalah temannya.' Batin Nohan yang mulai khawatir dengan keadaan Gantari, takut jika memang benar Lamont adalah teman Gantari.

"Kenapa kasus bunuh diri malah di tugaskan kepada saya? Saya sudah pusing memikirkan psikopat sialan itu, saya tidak mau membuang waktu saya hanya untuk mengurus orang yang dengan mudahnya membunuh dirinya sendiri!" tekan Detektif Pilar pada polisi tersebut.

"Tapi pak, masalahnya pria yang bernama Lamont ini adalah mantan kekasih dari Biya. Dan warga mengklaim kalau kematian Lamont juga bukan hanya sekedar bunuh diri pak, tolong segera periksa jenazahnya. Karena ada beberapa luka yang di sebabkan oleh perkelahian."

"Kalian berdua seperti perintah pertama saya tadi, Nohan kamu ikut saya bersama Aray ke tempat kejadian korban Lamont!"

"BAIK KETUA!"

"Amankan media, jangan sampai ada berita yang tidak sesuai merambat."

--

"NOHAN!" teriak Gantari yang berada di luar sekat polisi, menatap wajah Nohan dengan menahan tangis dimatanya.

Melihat raut wajah Gantari, Nohan sedikit berlari untuk menghampiri Gantari. "kamu gak apa-apa?" satu pertanyaan yang sedari tadi dipikirkan oleh Nohan akhirnya bisa ia sampaikan pada Gantari.

Gantari hanya mengangguk lalu memeluk Nohan, "Aku tadi lagi di toilet, tiba-tiba Rarangan teriak gedor-gedor pintu. Aku kira apa ternyata Lamont udah lompat ke bawah aja, aku takut! Ini kali kedua aku berada di tempat kejadian orang mati." Kemudian Gantari menangis di dalam pelukan Nohan.

"Gak apa-apa semua akan baik-baik saja, mungkin untuk beberapa waktu ke depan kalian para pekerja di sini akan diliburkan dari pekerjaannya terlebih dulu sampai suasanya sedikit tenang. Kamu gunakan waktu itu buat banyak-banyak istirahat, jangan terlalu dipikirkan!"

Gantari mengangguk lalu mempersilahkan Nohan untuk kembali bekerja lagi, "Jangan lupa makan! Pasti hari ini pekerjaan kamu akan sangat berat."

**

'Lamont adalah mantan Biya, dia bunuh diri tapi kata team forensik ada sedikit memar bekas perkalian di tubuhnya. Apakah dia memang benar-benar bunuh diri atau ia sengaja di dorong oleh orang? Atau oleh pembunuh itu? Apakah pembunuhan Biya ada sangkut pautnya dengan Lamont?'

"Hey, pagi-pagi sudah melamun. Ibu jadi takut kalau makin banyak orang yang meninggal di dekat kamu, mental kamu jadi agak sedikit terguncang!" Ibu membelai lembut pipi anak satu-satunya itu dengan penuh kasih sayang. Kantor sudah memutuskan untuk meliburkan para karyawannya sekitar tiga Minggu ke depan sampai keadaan benar-benar aman.

Gantari mengusap wajahnya gusar, "Kepala aku pusing Bu, badan Gantari juga lemas." Wajah Gantari juga terlihat pucat, banyak yang di pirkannya sehingga sekarang dia jatuh sakit.

"Ya sudah sana istirahat di kamar, ibu akan memasak sup buat kamu makan malam nanti baru minum obat. Tidur, jangan mikirin apa pun."

Gantari mencoba memapah dirinya sendiri ke kamar, merebahkan dirinya di ranjang dan mencoba untuk menutup matanya. Tapi dibayangannya hanya darah yang mengalir lalu ramai orang-orang yang menjerit ketakutan.

Tringgg...

Tiba-tiba handphone Gantari berbunyi.

"Halo?"

Gantari hanya mendengar suara hening, tidak ada orang yang menyahut panggilannya. No handphonenya pun tidak di kenal oleh Gantari.

"Halo?!"

"Aku akan menemuimu, tunggu saja!"
Suara berat laki-laki itu membuat Gantari mematung ketakutan, selesai lelaki itu berkata demikian telepon pun ditutupnya. Apakah kemalangan akan menimpa Gantari? Apa yang harus dia lakukan sekarang, ia tidak mau rencananya hancur begitu saja hanya karena sosok laki-laki yang di telepon itu.

"Tenang saja aku masih memiliki Nohan yang akan melindungi ku."

a Memorable MurderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang