“Genan tolong di jaga yah adiknya ibu mau pergi bekerja dulu, kalau adiknya mau makan atau mau minum susu ibu sudah siapkan di lemari dapur,” ucap sosok ibu tunggal Ratni yang sudah rapi dengan baju OB. Sudah bertahun-tahun ia hidup bertiga dengan kedua anaknya, suaminya telah meninggalkan mereka setelah ia melahirkan anak kedua. Sangat sulit untuknya bekerja banting tulang untuk membesarkan kedua anaknya tanpa sosok suami.
“Ingat, kalau ada orang yang ketuk pintu jangan di buka. Kalian diam saja seolah-olah di rumah tidak ada siapa-siapa, sebelum pukul 3 ibu sudah ada di rumah.”
Genan adalah kakak laki-laki yang sudah menginjak 9 tahun, ia tidak bisa sekolah karena Ratni yang tak sanggup untuk membiayainya. Sedangkan adik perempuannya Naiya, ia berumur 5 tahun. Setiap hari mereka hanya bermain di dalam rumah, makan secukupnya yang hanya di siapkan oleh ibunya. Genan dan Naiya tidak pernah bermain dengan teman seumuran mereka di luar rumah karena Ratni yang selalu khawatir berlebih takut akan terjadi sesuatu kepada mereka.
“Ya sudah ibu berangkat dulu, kalian hati-hati di rumah.” Tak sanggup Ratni meninggalkan kedua anaknya, apalagi ia sudah banyak mendengar tentang orang jahat di luar sana. Tapi mau bagaimana lagi ia juga tidak bisa terus-terusan menjaga kedua anaknya, ia juga harus menghasilkan uang untuk hidup.
Genan melihat ibunya di luar jendela, lalu melambaikan tangannya kepada sang ibu. “Dek, ibu sudah pergi. Mari kita bermain sekarang kakak adalah penjahat dan adek polisi ayo tangkap Kakak!” Genan berlarian di sekitar rumah diikuti oleh Naiya yang berlari sambil tertawa.
"Ayo tangkap kakak!"
Matahari telah memancarkan sinar yang terik siang itu, Genan dapat melihat silauan matahari masuk ke dalam jendela.
Ding dong
Bel rumah berbunyi, raut wajah Genan berubah menjadi ketakutan. Memeluk erat tubuh adiknya lalu masuk ke dalam lemari untuk bersembunyi. “Suttt, kita harus bersembunyi jangan ada suara. Biarkan orang yang ada di depan menganggap kalau di rumah sedang tidak ada siapa-siapa!”
Ding dong
Ding dong
Perasaan Genan mulai tidak enak, karena orang tersebut terus menekan tombol belnya, Genan pun keluar dari lemari dan mencari handphone. Mulai menelepon ibunya karena sekarang tengah ada orang yang berusaha membuka paksa pintu. Namun ibunya tidak kunjung mengangkat.
**
“Dari CCTV yang terlihat, ada satu rekaman CCTV yang kita dapat dari gedung depan Yerlanga namun karena gedungnya lebih tinggi gedung Yerlanga sehingga ini hanya merekam ketika korban sudah meloncat.” Aray memutar Vidio CCTV itu di depan empat rekan lainnya.
Kemudian detektif Pilar memberhentikan video, ia menunjuk pada sesuatu yang sedang di pegang Lamont pada saat ia terjatuh. “Benda apa yang ia genggam itu? Apakah di tempat kejadian ada barang yang ia pegang?”
Aray menggelengkan kepala, “di saku celananya hanya ada dompet handphonenya pun tergelak di roof top.”
“Coba cari benda itu, mungkin saja masih ada di sekitar situ,” perintah detektif Pilar.
Setelah itu Aray berlari untuk pergi mencari ke tempat kejadian, semoga benda ini akan memberikan petunjuk tentang kematian Lamont.
“Pak Detektif tadi saya dapat telepon dari wali korban ke lima yang meninggal di toilet bioskop, mereka terus menuntut kita menangkap pelakunya lebih cepat dan segera menghukum pelakunya,” jelas Yaheng sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Refleks Detektif Pilar memegang kepalanya penuh frustrasi, “Menurutmu wali korban kelima saja yang berbicara seperti itu, semua orang menuntut kita untuk menemukan psikopat sialan itu. Ini tidak bisa dibiarkan kita harus menambah lagi orang di tim ini, sore ini saya akan menemui atasan untuk minta bantuan!”
Beberapa menit kemudian detektif Pilar menerima telepon dari Aray, “Apa sudah kau temukan barang itu?”
“Barangnya lipstik bertulisan Biya ls, ini sepertinya lipstik Biya mantannya korban yang di bunuh oleh pembunuhnya.”
“lipstik Biya?”
“Aray menemukan lipstik Biya? Jadi barang yang di pegang oleh Lamont adalah lipstik mantannya? Sebentar bukannya seluruh make up nya hilang, dan dicurigai di ambil oleh pelaku?” ujar Nohan.
“Sebentar kenapa pelaku membawa make up dari korban? Apakah pelaku seorang perempuan? Kenapa jika pelaku adalah laki-laki ia tidak mungkin membawa seluruh make up untuk apa?”
“Dari ke enam korban ini, 2 di antaranya adalah laki-laki walau kita belum tahu pasti korban yang meninggal kedua itu laki-laki atau perempuan. Tapi kita juga masih belum bisa memastikan kalau Lamont itu benar-benar di dorong oleh pembunuhnya atau tidak. Masalah pelakunya seorang wanita atau bukan seperti masih belum jelas karena mana mungkin wanita bisa memiliki kekuatan yang lebih untuk membunuh ke enam korban,” jelas Radap.
“Tapi walaupun psikopat itu sebenarnya wanita itu juga bukan hal yang gak mungkin, di sini siapa saja bisa jadi seorang Psikopat nya!”
“Saya punya teman di tempat Yerlanga, ucap penjelasan dari dia sih. Memang setelah kabar kematian mantannya Lamont sering melamun sendirian di roof top kantor. Para karyawan juga tidak berani menemaninya karena sepertinya mood nya sedang tidak baik-baik saja.”
"Apakah benar Lamont ternyata memang bunuh diri?"
"Tetapi kan kita sudah dapat bukti bahwa ada bekas perlawanan dari tubuh korban, dan bekas itu terjadi memang baru."
"Berarti kalau memang begitu pelaku sengaja merencanakan pembunuhan Lamont sebagai bunuh diri dan mengoceh kita semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
a Memorable Murder
Mystery / ThrillerKejadian yang menegangkan di suatu kota yang terus di usik oleh seorang psikopat gila yang sudah membunuh warga yang tidak bersalah. Gantari Kahiyang seorang penulis yang ditunjuk untuk membuat proyek tentang psikopat dan Nohan Pradipa yang harus me...