Happy reading semuaa✨✨
~~~
Cahaya matahari yang terang menyinari kota Luna, mengiringi aktivitas yang dilakukan di kota Luna.
Tak terkecuali pada kerajaan Luna, suasana hangat menyelimuti kerajaan tersebut.Atala sedang berbincang hangat dengan raja, Felix menemui sang ibu dan Nathan berada di kamarnya. Sementara Sean dan Sera sedang memanah di area taman belakang istana.
"Lumayan, kau telah belajar memanah dengan baik," puji Sean seraya menepuk tangannya.
Sera tersenyum sebelum membuang pandangan lalu meletakkan busur di tanah.
"Apakah kau akan melanjutkan latihan ini?" Tanya Sera seraya mengecek busurnya.
"Ya, aku tetap disini. Jika kau ingin berhenti latihan jangan lupa untuk mengembalikannya,"
"Aku tau itu, aku akan segera kembali," balasnya cepat lalu berjalan menuju ruang perlengkapan yang tak jauh dari tempat mereka berlatih.
Sean memandang punggung sang adik yang perlahan memasuki ruang perlengkapan tersebut, senyuman tipis terukir di wajahnya namun pikiran buruk juga menyelimutinya.
"Oh astaga, mengapa barang ini diletakkan begitu saja disini," gerutunya di ruang perlengkapan dengan berkacak pinggang.
Belum sempat merapikan, suara bising dari gudang yang letaknya tepat di samping ruang perlengkapan membuyarkan fokusnya.
Rasa penasaran menyelimutinya, ia berbalik badan seraya melihat Sean yang masih fokus memainkan busurnya.
Tak berlama-lama, ia meninggalkan ruang perlengkapan dan mengecek yang terjadi di gudang.
Ia menutup mulutnya tatkala melihat seseorang berjubah hitam dengan pisau yang penuh darah di tangan kanannya.
Maniknya beralih pada seseorang yang sudah tak bernyawa bersimbah darah dengan tangan diikat kebelakang.
"Ibu!" Tubuhnya perlahan jatuh, bulir-bulir bening membasahi pipinya.
Menyadari ada seseorang yang datang, pelaku tersebut berlari keluar menabrak Sera yang berlutut lemas membuat pisau tersebut menggores pipinya.
"Hei, kau!" Sean terkejut ketika anak panahnya hampir mengenai pelaku tersebut. Merasa janggal, ia berlari menuju gudang, tempat dimana pelaku tersebut berlari keluar.
Sean terbelalak ketika melihat sang ibu sudah tak bernyawa dengan darah yang memenuhi gaunnya.
Dilihatnya Sera yang menunduk menahan isakan tangisnya seraya memeluk tubuh sang ibu, bahkan gaunnya turut kotor terkena darah tersebut.
Sean mengusap kasar rambutnya, tubuhnya berlutut lemas. Ia berteriak seraya memukul lantai gudang yang kotor, teriakannya terdengar hingga membuat pelayan, prajurit, raja dan lainnya datang.
Tak ada yang berbeda, mereka sama terkejutnya dengan Sean dan Sera. Raja Ethan memeluk sang istri untuk terakhir kalinya, tak ada yang menyangka bahwa ratu Karina akan dibunuh seperti ini.
Felix membantu Sean berdiri dan menyandarkannya pada bahunya, sementara Nathan memeluk Sera. Mereka semua berusaha menenangkannya walaupun tau akan sulit.
Sebuah kereta berwarna putih berjalan menuju pemakaman melewati pemukiman warga, tiap warga membawa bunga anyelir dan diletakkannya di jalanan hingga kereta itu sampai di pemakaman.
Sean menatap pilu gundukan tanah tersebut, gundukan tanah yang basah dan ditanami rumput hijau serta memiliki sejuta kenangan yang ditinggalkannya.
Langit yang semula cerah kini mulai gelap, bahkan semesta turut mengiringi kesedihan yang dialami kerajaan Luna. Perlahan bulir-bulir bening dari langit turun membasahi tanah.
![](https://img.wattpad.com/cover/361661883-288-k559371.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD TIES
FantasyKisah pangeran Sean yang memiliki sifat pemberani dan penyabar lalu memilki seorang adik perempuan bernama Sera yang memiliki sifat ragu namun juga pemberani. Mereka berasal dari kerajaan Luna, kerajaan yang sangat dihormati oleh kerajaan-kerajaan l...