Sembilan

3.9K 410 13
                                    

Happy enjoy!

-
-
-

"Papa ayo belangkat!"

Sudah dua Minggu sejak Zio dirawat di rumah sakit, kini ketiga bocah kembar itu akan memulai sekolah. Mengingat Zergio asli tidak pernah menyekolahkan mereka.

Mereka bahkan tidak pernah mengecap pendidikan meski sebatas paud. Jangankan sekolah, mengajarkan hal-hal dasar seperti belajar berbicara dan mengenal huruf-huruf abjad saja tidak pernah. Yang Zergio lakukan pada mereka hanyalah menyiksa, menyiksa dan menyiksa. Tidak pernah sekalipun ia melakukan kewajibannya sebagai seorang ayah.

Kenapa Zergio bisa bodoh sekali. Padahal mereka hanyalah seorang anak kecil yang bahkan belum mengerti dunia luar. Namun, hanya karena istrinya meninggal setelah melahirkan mereka, Zergio asli dengan bodohnya malah membenci darah dagingnya sendiri.

"Jangan nakal, oke? Nanti pulang sekolah papa jemput. Ingat jangan pernah dekat-dekat dengan orang yang tidak dikenal," nasihat Zergio menatap ketiganya.

Zico hanya mengangguk malas, pasalnya Zergio sudah mengucapkan kata itu lebih dari sepuluh kali. Sedangkan kedua adiknya mengangguk dengan antusias. Mata keduanya pun tampak berbinar.

Zergio mengecup pipi mereka bergantian. "Kalau begitu papa pergi dulu."

"Bye papa!" pekik Zeka dan Zio kompak. Mereka bertiga melambaikan tangannya saat Zergio melangkahkan kakinya meninggalkan kelas mereka.

Setelah Zergio pergi, seorang guru wanita masuk ke kelas.

"Selamat pagi anak-anak!" sapanya pada anak didiknya dengan senyuman manisnya.

"Pagi!" ucap mereka serempak.

"Wah masih pagi sudah semangat aja, ya!"

"Bu gulu cantik," celetuk Zeka tiba-tiba membuat guru itu tersenyum. Guru itu mendekati triplets, kemudian berjongkok di depan Zeka.

"Aduh terimakasih. Kamu lucu sekali, nama kamu siapa?" tanya Safira— nama guru itu. Safira memekik tertahan melihat betapa imutnya Zeka.

"Nama aku Zeka Eldalen Axcellald kata papa," jawab Zeka.

"Nama yang indah seperti orangnya," puji Safira membuat wajah Zeka memerah. Salting ceritanya.

"Oke-oke. Sekarang kalian duduk, kita akan memulai belajarnya!" titahnya. Dengan segera semua anak-anak duduk di bangku masing-masing.

Zico dan Zio duduk satu bangku. Sedangkan Zeka duduk dengan seorang anak laki-laki di depan meja Zico.

"Nama kamu ciapa?" tanya Zeka pada anak yang duduk sebangku dengannya.

"Eren Viorten Rodriguez," ujar anak itu dengan wajah datarnya. Ugh, bibit-bibit manusia kulkas nih.

"Halo Elen, aku Zeka!" Zeka mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Eren, namun Eren hanya melirik sekilas kemudian fokus ke depan.

Zeka menggaruk tengkuknya yang tidak gatal saat Eren tak membalas uluran tangannya.

"Abang! Tangan aku kotol ya, kok Elen ndak mau calaman cama aku?" tanya Zeka berbisik pada Zico. Meskipun berbisik, suara Zeka sedikit keras sehingga Eren masih bisa mendengarnya.

"Angan Kaka nda kotol, api bau eek. Makana Abang Piol nda au calaman ama kakak," celetuk Zio membuat Zico dan Zeka membelalakkan matanya. Eren terkekeh mendengar ucapan Zio.

Zico menarik bibir Zio yang sedikit mengerucut. "Heh siapa yang ngajalin?" tanyanya menatap Zio masih dengan pelototannya. Zio hanya menyengir membuat Zico mendengus.

ZergioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang