○m: seven

269 43 0
                                    

"Astaga, Harry!" teriakku saat melihat Harry sudah terbaring di aspal dengan berlumuran darah.

Aku panik, apa yang harus kulakukan?

Aku berlari menghampirinya, darah yang keluar sangat banyak. Aku segera mengambil iphone ku, dan menelfon rumah sakit dan memberitahu bahwa ada yang kecalakaan.

"Omg, Harry. This is all my fault, i'm so sorry. Aku tidak bermaksud untuk membuatmu seperti ini," kataku, tangisku mulai pecah, aku tak sanggup melihat Harry dengan keadaan seperti ini.

Sungguh, aku tidak bermaksud untuk melukainya. Untuk apa aku melukai orang yang aku cintai?

"Harry, please wake up. Please, open your eyes. Omg, Harry. I really really love you. Please, just open your eyes," isakku sambil memeluk Harry.

Setelah menunggu beberapa lama, ambulan datang, dan mereka segera membawa Harry ke rumah sakit.

*

Sampai dirumah sakit, Harry segera dibawa ke ruangan untuk segera diberi pertolongan. Aku menelfon orang tuaku dan orang tua Harry.

Saat mereka sampai dirumah sakit, tangisku tambah menjadi–jadi. Aku menjelaskan bahwa Harry ditabrak mobil, dan aku mengaku bahwa ini semua salahku.

"I'm so sorry, aku tidak bermaksud melukai anak kalian. Omg, this is all my fault." kataku sambil menangis.

"No, Shelly. Kami tau kalau itu bukan salahmu, ini kecelakaan," kata ibu Harry.

"Tidak, ini salahku. Gara–gara Harry mengejarku, ia tertabrak mobil," kataku.

"Berhenti menyalahkan dirimu, Seshyline. Lebih baik kita berdoa kepada Tuhan memohon agar Harry baik-baik saja," kata ayah Harry.

Aku hanya mengangguk.

Ya Tuhan, tolong selamatkanlah nyawa Harry. Aku belom siap ditinggalkan olehnya.

*

Sudah tiga minggu setelah kejadian Harry tertabrak mobil. Harry sudah sadar, namun kondisinya masih lemah. Dan ada yang aneh, Harry tidak memperbolehkan Shelly masuk untuk melihat kondisinya.

Padahal kedua orangtua Shelly dan adiknya Steven diperbolehkan Harry masuk. Lantas, mengapa sahabatnya sendiri yaitu Shelly, tidak diperbolehkan masuk?

"Harry," panggil ibunya dengan lembut, sambil memasukki kamar rawat Harry.

Harry yang terbaring dengan lemah menjawab ibunya, "Apa?".

"Sudah tiga minggu kau dirawat di rumah sakit, dan kau masih bertekad untuk menyembunyikan ini semua dari Shelly?" tanya ibunya.

"Aku tidak mau dia tau semuanya yang sudah kusembunyikan dari dulu, belom saatnya bagi dia untuk mengetahuinya," kata Harry sambil tersenyum lemah.

"Apa dia terus menanyakan keadaanmu lewat media social?" tanya ibunya.

"Ya, setiap hari dia mengirimkan e-mail untukku. Dan aku tidak pernah membalasnya," kata Harry sambil tersenyum sedih.

"Setega itukah kau dengannya? Sampai kapan kau menyembunyikan ini semu dari Shelly? Dia sahabatmu, dia berhak mengetahui ini semua," kata ibunya.

"Saat ajal sudah menjemputku. Aku sudah menuliskan surat untuknya, disurat itu aku sudah menuliskan semua yang sudah kusembunyikan selama ini," Harry menghembuskan nafasnya dengan pelan.

"Jadi, saat aku meninggal nanti, tolong titipkan surat itu padanya saat pemakamanku. Suratnya kuletekkan di atas meja," kata Harry sambil tersenyum.

"Harry, jangan berkata seperti itu. Kau bisa melawannya, aku janji kau akan tetap hidu," kata ibunya.

"Aku sudah berusaha, tapi aku tidak yakin akan bisa terus bertahan," gumam Harry.

Sedangkan di rumah Shelly, gadis itu terus melamun, kadang menangis, kadang mengirimkan pesan untuk Harry. Tidak jarang baginya, untuk melewatkan jam makan dan jam mandi. Hidup gadis itu terasa hampa. Ya, hampa tanpa ada sahabatnya yang dicintainya.

Dia terus bertanya dalam hati, mengapa dia tidak perbolehkan untuk melihat keadaan Harry? Apakah Harry membencinya, karena dia menyebabkan Harry tertabrak mobil? Atau ada hal yang lain? Entahlah, gadis itu tidak mengetahui alasannya sebenarnya.

"Shelly," panggil ibunya sambil memasuki kamar gadis itu.

Gadis yang sedang duduk mengarah ke jendela dengan tatapan kosong itu menjawab, "Ada apa?"

"Sudah waktunya makan malam, ayo makan," kata ibunya.

"Mom," panggil gadis itu.

"Yes, honey?"tanya ibunya.

"Kapan aku bisa bertemu dengan Harry?" tanyanya.

"Pasti ada waktunya, sayang. Mom janji, pasti kau akan bertemu dengannya." jawab ibunya.

"Aku harap begitu, tapi aku tidak yakin akan bertemu dengannya lagi di dunia ini," gumam Shelly.

*

Gadis yang sedang menatap ke arah jendela dengan tatapan kosong itu bertanya dalam hati, Sampai kapan aku menunggunya terus? Akankah aku bertemu dengannya lagi?  Masih bisakah aku bertemu dengannya di dunia ini?

Tiba-tiba iphone nya berbunyi, ia mengambil iphone itu, dan melihat di layar iphone nya bahwa ibunya Harry menelfonnya.

"Halo?" kata gadis itu.

"Halo, Shelly. C-Cann you g-go to the h-hospital?" tanya ibunya Harry dengan terbata-bata karena menangis.

Mengapa dia menangis? tanya Shelly dalam hati.

"Memangnya ada apa?" tanya Shelly.

"H-harry ..."

Mendengar nama Harry, raut mukanya berubah menjadi panik, "Ada apa dengannya?"

"H-harry, d-dia ..."

**

Moon // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang