"Hidup tidak berjalan sesuai dengan keinginan kita, hidup berjalan seperti apa yang kita pikirkan."
Zoya Mariposa
***
Jalanan macet parah bahkan pagi-pagi buta seperti ini. Biasanya Zoya masih bisa santai di jam tujuh pagi, tapi sekarang keadaanya sudah berbeda. Bahkan sepertinya ia akan telat sebentar lagi jika mobil di depannya tidak akan bergerak sedikitpun.
Zoya melirik gelang jam hitam yang melingkar di tangannya. "Om, bisa ngambil jalan pintas yang ga macet, ga? Udah hampir telat ini!" Helaan nafas keluar dari mulutnya. Hal yang paling menyebalkan bagi Zoya adalah terlambat pergi ke sekolah. Apa lagi hari ini adalah hari pertamanya.
Bodyguard yang sejak tadi menyetir sambil mendengar omelan gadis itu sudah berusaha menjelaskan bahwa tidak apa terlambat bagi siswa baru. Tapi Zoya tetap ingin berusaha tidak terlambat, karena ia adalah orang yang sangat disiplin.
Setelah lebih dari tiga puluh menit perjalanan, akhirnya Zoya dapat melihat sebuah gerbang sekolah barunya yang luar biasa besar, bahkan tiga kali lipat bagusnya dari pada sekolah Zoya yang dulu.
Ia melihat banyak siswa-siswi berlarian untuk masuk karena beberapa menit lagi bel masuk akan berbunyi. Seorang guru dengan kacamata dan penggaris panjang sudah stay berdiri di depan gerbang menunggu murid-murid yang terlambat untuk diberikan hukuman.
"Hari ini Pimpinan tidak bisa menemani anda karena ada urusan mendadak, tapi semuanya sudah disiapkan dan anda hanya perlu langsung masuk ke kelas yang sudah dipilihkan."
"Hm," sahutnya lalu keluar dari mobil.
Kemeja putih dengan jas biru malam serta warna rok dan dasi yang senada, ditambah name tag gold semakin memberikan kesan mahal dari pakaian tersebut.
Meskipun berdiri di tempat asing sendirian, Zoya tak pernah merasa takut maupun canggung. Ia memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Meskipun kini banyak pasang mata yang terus mengarah kepadanya sejak tadi, gadis itu tetap berjalan tegap dan bersikap tak acuh.
"Ah, emangnya gue artis? Kenapa mereka liat segitunya," gumamnya.
***
"Perkenalkan, nama saya Zoya Mariposa. Saya pindah dari SMA Garuda Bakti. Selama di sini, saya harap bisa berteman baik. Senang bisa bertemu dengan kalian semua." Zoya menundukkan sedikit kepalanya sebagai tanda penghormatan. Tak lupa senyum ramah, itu adalah bagian paling penting untuk membuat orang baru merasa nyaman dengan kehadirannya.
Namun sepertinya itu tak sesuai dengan yang ia pikirkan. Sebagian dari mereka malah menunjukkan ekspresi datar, bahkan tidak ada yang membalas ucapannya.
"Baik, bagus sekali, Zoya. Kamu bisa duduk di kursi kosong sebelah sana." Wali kelas langsung menunjukkan tempat duduknya.
Pelajaran berlangsung seperti biasa. Zoya tetap memperhatikan dengan baik, meskipun belum terbiasa dengan lingkungan baru. Sesekali ia melihat beberapa orang mencuri-curi pandang ke arahnya. Zoya sempat berpikir ada yang aneh dengannya, karena sejak masuk tadi tatapan seperti itu terus ia dapatkan.
Ga usah peduli, Zoya. Kayaknya mereka emang sensitif sama orang baru. Batinnya.
Sampai jam istirahat tiba, Zoya masih berkutat dengan kertas dan pulpen di atas meja. Ia terlalu fokus mencatat hingga tidak mendengar bel berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Destiny
Teen FictionZoya adalah gadis kuat serta tak kenal takut yang menghadapi kehidupan begitu keras sejak dirinya masih kecil. Ia merupakan salah satu dari bagian keluarga Dhartama yang penuh dengan rahasia di dalamnya. Saat dirinya baru menginjak usia 7 tahun, ibu...