Part 7☔

2.8K 162 0
                                    

***

30 Maret 2017 ....

"Mau pulang sekarang?"

"Belum," sahut Zoya.

"Bang Galen pasti khawatir kalo Yaya telat pulang."

"Bang Galen pulang larut malam, dia sibuk kerja." Zoya menatap warna jingga di langit sambil menikmati semilir angin yang menyapu permukaan kulitnya.

Lampu di taman mulai menyala, dingin malam mulai menusuk, namun kedua sejoli itu masih saja duduk di sana.

Daren tiba-tiba melepas jaket miliknya kemudian memberikannya kepada Zoya. "Pake ini, nanti masuk angin."

"Daren gimana?" Zoya menatap khawatir.

"Ga papa, yang penting Yaya ga kedinginan," sahutnya.

Daren adalah tipe cowok yang manis dan perhatian. Inisiatif, tidak banyak tanya ia sudah langsung bertindak. Tak heran jika gadis mandiri yang cukup gengsian seperti Zoya merasa sangat nyaman saat berada di dekatnya. Dengan usia anak-anak seperti mereka sudah mengerti bagaimana kerasnya kehidupan. Mereka terpaksa bersikap dewasa, demi menjalani hari-hari yang melelahkan.

"Senjanya udah mau habis, tuh. Mau pulang ga?" bujuk Daren. Sebenernya ia khawatir karena cuacanya semakin dingin. Sepertinya sebentar lagi hujan akan turun.

"Emm, okay," sahut Zoya. Meskipun ia belum puas melihat matahari tenggelam hari ini, Zoya merasa kasian dengan Daren yang menunggunya.

"Bisa ga ya, selamanya kamu nemenin aku liat sunset," celetuknya.

"Of course. Nanti kalau kita udah gede, aku bakal bawa kamu ke tempat-tempat yang lebih indah buat liat sunset."

"Pantai?" Zoya bertepuk tangan kegirangan. "Bayangin duduk di atas pasir sambil nunggu malam, kayaknya bakal seru banget!"

Anak lelaki berusia 11 tahun itu tertawa kecil. Ia benar-benar ingin cepat tumbuh dewasa agar bisa menepati janjinya. Daren ingin menjadi lebih kuat agar bisa melindungi Zoya.

"Ya," panggil Daren membuat gadis itu menoleh ke arahnya.

"Kenapa?"

Mereka merasakan tetesan air hujan mengenai kepalanya. Hari mulai gerimis disertai petir yang menyambar.

Seketika Daren menatap Zoya khawatir lalu menggenggam tangannya. Tanpa aba-aba ia langsung membawa Zoya berlari sebelum hujan turun lebih deras.

Mereka segera berteduh di toko terdekat, bertepatan saat itu pula hujan mengguyur tanah dengan derasnya.

"Kamu ga papa?" Daren membawa Zoya duduk di kursi setelah membelikan sebotol air dan onigiri untuk mengganjal perut.

Zoya hanya diam membuat sebelah alis Daren terangkat. Ia terpaku sambil menatap ke luar kaca.

Daren langsung mengambil earphone di saku celananya kemudian memasangkan benda itu ke telinga Zoya, tak lupa menyetel lagu kesukaan gadis itu. "Jangan sedih lagi, ga usah dipikirin. Makan ini biar Yaya ga kehabisan tenaga," ujarnya.

Meet DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang