part 17 ☔

2.8K 198 291
                                    

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!!

***

Sudah beberapa hari berlalu setelah malam dimana Zoya dan Daren mulai akrab kembali. Tiba-tiba dalam beberapa hari belakangan ini lelaki itu kembali bersikap dingin seperti semula tanpa alasan yang jelas.

Zoya sudah seringkali membujuknya. Zoya pikir ia melakukan kesalahan yang membuat Daren marah kepadanya. Namun dipikiran berkali-kali pun, Zoya tidak kunjung mendapat jawaban.

Setelah kembali dari kantin, kini gadis itu dikejutkan dengan seorang lelaki yang bersandar di tembok dekat tangga menuju kelasnya. Dengan almamater diletakkan di bahu dan tangan kemeja putih yang digulung hingga siku. Zoya melirik Jaden yang juga tengah menatap ke arahnya. "Tuh orang ngapain, sih, " gumamnya.

"Tunggu!" Jaden tiba-tiba menghalangi jalannya.

"Ngapain lo ngalangin jalan gue?!" ketusnya.

Jaden tersenyum tipis, mengeluarkan sesuatu yang ia sembunyikan di belakang punggungnya. Itu sekotak susu pisang. Sontak alis Zoya berkerut heran.

"Ambil!" Jaden memberi dengan isyarat mata agar Zoya mengambil minuman di tangannya itu.

Zoya menerima susu pisang itu masih dengan ekspresi bingung. "Ngapain ngasih ke gue?" tanyanya. Padahal baru beberapa hari yang lalu Jaden dan teman-temannya mengganggu Zoya.

"Gue terima ucapan terimakasih lo. Lo ga perlu ngasih ini. Jadi gue kembaliin," ujarnya.

Zoya berusaha mencerna perkataan Jaden beberapa saat hingga ia teringat akan sesuatu. "Tunggu! Maksud lo, susu pisang yang gue kasih waktu itu... jadi yang dulu-dulu itu, yang nganterin gue ke sekolah itu lo?" Zoya melotot tak percaya. "Tapi kenapa lo baru bilang sekarang?" tanya Zoya heran.

"Ga, ga perlu, gue ga minat denger permintaan maaf lo," potongnya ketika Zoya hendak membuka mulut.

"Siapa juga yang mau minta maaf!" tukasnya.

"Lo liat muka gue yang ganteng paripurna ini? Gara-gara pukulan lo, lebam kemaren belum hilang!" Jaden menunjuk sudut bibirnya yang masih tersisa sedikit bekas keunguan.

"Siapa suruh gangguin Daren!"

"Emang lo siapa? Pahlawannya?!" sahut Jaden kesal.

"Kalo iya, kenapa? Awas aja sekali lagi gue liat lo gangguin dia!" Zoya memberikan tatapan mengancam.

Jaden berdecak sebal serta membuat nafas kasar. Entah mengapa perasaannya tiba-tiba memburuk saat Zoya membahasa Daren di depannya.

"By the way, kaki lo baik-baik aja? Udah ga sakit?" Jaden memperhatikan pergelangan kaki Zoya dengan seksama.

"Ngapain lo nanya itu mulu, sih!" ucapnya kesal. Sejak kejadian pada malam itu, Jaden tak henti-henti menanyakan keadaan kakinya.

"Syukurlah," jawabnya.

Zoya melirik tajam hingga keningnya berkerut. Mengapa selalu ada perasaan janggal setiap ia di dekat lelaki ini. Namun Zoya tidak tau jelas apa alasannya.

"Soal itu... jangan sampai ada orang lain yang tau!" ucap Zoya serius.

"Soal lo jatuh kepeleset di depan toko? Terus ada pangeran tampan yang tiba-tiba muncul jadi penyelamat lo."

Zoya merotasiakan bola matanya. "Gue ga kepeleset ya!"

"Gue tau."

Zoya seketika bungkam. Tatapannya lurus ke depan. "Meskipun lo tau yang sebenarnya, anggap aja itu semua ga pernah terjadi."

Meet DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang