"Sulit untuk tidak menoleh kebelakang, ketika aku tau kau ada di sana."
Zoya Mariposa
***
"Daren ...." Keringat membasahi pelipisnya.
Ketika menyadari orang yang ia kejar tiba-tiba menghilang dari pandangan membuat Zoya frustasi. "Gue yakin tadi gue ga salah liat," ucapnya. Zoya berusaha mengatur nafas yang tidak beraturan. Di tengah-tengah keramaian, sepasang mata ternyata juga sedang memperhatikan ke arahnya tanpa Zoya sadari.
Langkah Zoya berhenti sampai di depan pintu berwarna gold, pintu itu berbeda dengan yang lainnya hingga memberi kesan mencolok. Entah ruangan apa itu, Calvin belum memberi tau lebih banyak tempat di sekolah ini. Namun jika diteliti terlihat seperti ruangan khusus. Zoya mendekat, berniat masuk ke dalam. Namun saat akan menyentuh gagang pintu, tiba-tiba seseorang terlebih dahulu membukanya membuat Zoya tersentak.
"Ngapain?" Suara berat itu seketika membuat ia mematung.
Bukan hanya itu, sekujur tubuhnya bahkan membeku saat mata mereka saling menatap.
Ternyata bukan hanya dirinya, lelaki di hadapannya juga terlihat sangat kaget. Namun secepat mungkin kembali menetralkan ekspresinya. Tidak seperti Zoya yang benar-benar terdiam seribu bahasa.
"Daren," lirihnya.
Zoya sempat tak percaya, tapi saat melihat name tag di jas lelaki itu ia semakin yakin. Jantung Zoya benar-benar berdebar tak karuan melihat wajah yang selama tiga tahun ini menghantuinya. Wajah yang dulunya terlihat sangat polos dan manis kini semakin tampan. Tidak tau sedang merasakan perasaan sedih atau senang, Zoya hanya merasakan kerinduan yang selama ini ia tahan semakin membuncah. Ingin rasanya memeluk Daren sekarang juga, namun mata dingin itu tiba-tiba membuat Zoya segan dan ... takut?
Daren awalnya sangat terkejut atau mungkin merasa ia sedang bermimpi. Tangannya tiba-tiba dibasahi keringat dingin. Kejadian tujuh tahun yang lalu kembali terlintas di benaknya. Rasa bersalah dan tak karuan kembali menyerang Daren. Siapapun itu, tolong hilangkan Zoya dari pandangannya sekarang. Kini Daren sangat membenci gadis itu ada di sini.
"Daren, kamu pasti ingat aku, kan? Aku Yaya." Zoya kembali memperkenalkan diri, meskipun ia tau Daren pasti mengingatnya.
Melihat mata berkaca-kaca itu membuat Daren terhenyak. Tanpa menjawab perkataan Zoya ia langsung meninggalkan gadis itu, tapi ternyata Zoya malah mengikutinya.
"Daren, izinin aku ngomong sebentar," kata Zoya namun masih tak dihiraukan.
Orang-orang di koridor sontak memperhatikan mereka berdua. Apapun itu jika menyangkut Daren, mereka semua pasti penasaran.
Tapi Zoya tak perduli, ia masih berusaha agar Daren mau berbicara lagi dengannya. "Daren tunggu aku!"
"Pergi dari hadapan gue!" bentaknya.
Zoya terkesiap, kembali mematung mendengar suara nyaring itu dilontarkan kepadanya. Terlebih itu adalah Daren, hatinya terasa sangat sakit namun Zoya berusaha tidak perduli. Baru kali ini Daren pernah membentaknya, bahkan dikali mereka bertemu lagi setelah Daren menghilang bertahun-tahun lenyap begitu saja dari kehidupannya.
Kenapa lo balik lagi?! Kenapa lo harus muncul di hadapan gue sekarang? Daren hanya dapat menelan kembali kata-kata itu karena banyak yang memperhatikan mereka berdua. Ia tidak ingin menyebar rumor tidak berfaedah lagi karena pasti cukup merepotkan. "Pergi," ujarnya lagi kini dengan suara rendah.
Namun Zoya sama sekali tidak bergeming. Pikirannya kalut. Akhirnya Daren yang pergi meninggalkannya seolah ia adalah orang asing. Daren bahkan tidak menjawab perkataannya dan terus mengusir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Destiny
Teen FictionZoya adalah gadis kuat serta tak kenal takut yang menghadapi kehidupan begitu keras sejak dirinya masih kecil. Ia merupakan salah satu dari bagian keluarga Dhartama yang penuh dengan rahasia di dalamnya. Saat dirinya baru menginjak usia 7 tahun, ibu...