Lima Pasang Kaki

413 25 1
                                    


"Papa?"

"Hmm?"

Tara mencoba mengingat kemiripan yang ia lihat didepannya dengan sesuatu yang pernah ia ketahui

"Mereka ini termasuk kepiting atau udang?" tanya Tara penasaran

Suara tawa terdengar keras dari Man dan anak-anaknya yang mendengar pertanyaan tak terduga dari Tara. Chan menghela nafas lelah, setelah hari menegangkan yang ia lalui dengan kekasih hatinya, sekarang ia harus tetap menjelaskan bahwa yang ditanyakan oleh anaknya itu bukanlah kepiting atau udang

"Tara, ini adik. Adik itu bukan hewan" ungkapnya lembut

"Tapi adik kenapa merah seperti udang dan kepiting yang kita makan diluar?" tanya nya lagi

"Emm... Adik jika baru lahir memang merah, Tata juga merah saat baru lahir"

"Ooh begitu" paham nya

Force ikut menengok sepupu barunya itu dengan seksama, melihat betapa merah dan kecilnya bayi ini yang membuatnya sedikit merinding karena geli

Ran yang ikut menjenguk juga penasaran dengan rupa si bayi baru itu

"Cantik... Siapa namanya paman?"

Chan masih terpesona dengan putri kecilnya dan dengan bangga memperkenalkan si cantik pada keluarganya

"Milk, dia secantik papanya dan sangat mengalihkan perhatianku"

Milk yang sedang damai tertidur mendadak bangun dan menangis meminta perhatian atau asupan

"Sepertinya sudah gilirannya, Yaya tolong bawa Milk kesini" ucap Big dari balik tirai

Chan menggendong putrinya ke sang papa yang ada dibalik tirai. Man merendahkan tubuhnya sejajar dengan Tara untuk berbisik

"Adik cantik tidak?"

"Adik jelek seperti kepiting"

Empat pria dewasa lainnya berusaha menahan tawa karena Chan kembali setelahnya menyerahkan Milk. Chan kembali dengan membawa bungkusan baru ditanganya dam memperkenalkan si kecil yang masih belum bisa membuka matanya itu

"Yang ini namanya Nani"

Tara kembali berbisik ke telinga Man

"Yang ini udang seperti udang"

Tara hanya cemburu perhatian pada si 'kepiting dan udang' yang sering tiba-tiba menangis

"Kenapa adik Dew tidak merah?"

"Karena paman Porsche hitam" jawab Big dibalik tirai
.

.

"Yaya, kenapa adik menangis terus?! Tata tidak suka!"

Tara kesal sekali, semenjak lahir dan pulang ke rumah, adik-adiknya hanya menangis dan menangis terus membuat rasa cemburunya meningkat

"Adik masih kecil, cuma bisa menangis dan tidur, jadi papa, yaya dan tata rawat adik bersama-sama sampai mereka besar dan tidak mudah menangis lagi"

Tara tidak menyahut. Chan paham jika anaknya mengalami kecemburuan pada adiknya karena selama delapan tahun tumbuh ia hanya melihat Dew dan adik adiknya hadir dalam waktu yang relatif dekat bermain tanpa masalah

Chan masuk ke dalam kamar menghampiri Big yang sedang beristirahat dengan si kembar yang belum tertidur

"Mereka sudah menyusu dan diganti popoknya tapi belum mengantuk juga" jelas Big

"Kita punya sedikit masalah sepertinya" ungkap Chan

"Apa itu?"

Chan menjelaskan perihal ank sulung mereka yang kurang menyukai kehadiran adik-adiknya dan kini mereka harus mencari cara untuk membuat Tara mengerti jika ia sekarang sudah memiliki saudara

"Tata..." panggil Chan

"Iya?"

"Tata dipanggil papa ke kamar"

Dengan segera Tara berlari ke lantai atas untuk memenuhi panggilan sang papa, dalam hatinya sudah gembira karena akhirnya ia dapat perhatian

"Kakak bisa minta tolong jaga adik sebentar? Papa mau makan dibawah"

Senyuman itu seketika hilang dari wajah Tara. Sementara Big langsung keluar dari kamar dan bersembunyi dibalik pintu

Tara mengamati dengan seksama dua makhluk yang ia panggil kepiting dan udang itu dengan wajah jengkel. Tiba-tiba Milk yang awalnya hanya bergerak gerak sedikit mulai mengeluarkan suara tangisan, wajahnya yang awalnya hanya merah biasa berubah menjadi merah padam

"Jangan menangis! Kamu mau apa?" ucap Tara bingung

Bayi yang berusia kurang dari seminggu itu tetap menangis mengganggu Nani yang tepat ada di sisinya

"Kamu mau susu? Ini susu" maksud dari Tara adalah ia menunjukkan susu itu agar diminum sendiri oleh Milk, tapi tetap, bayi tidak bisa melakukan apapun selain menangis

"Ini susunya! Sini Tata suapi!" Tara agak gemas dengan bayi yang satu ini

Maksudnya benar, hanya praktek nya yang masih kurang. Botol susu yang terisi penuh langsung ia jejalkan pada Milk, awalnya memang Milk menjadi tenang dan kemudian ia tersedak.

"Ihh ini jorok tau" namun Tara dengan sigap mengambil tisu dan mengelap wajah adiknya

Big yang merasa sedikit kasihan kemudian datang mengamankan situasi

"Kakak? Ada masalah?"

"Dia buang buang susunya pa, padahal tadi menangis mau susu"

Big menghela nafas, setidaknya ada sedikit kemajuan diantara Tara dan si kembar

"Papa Porsche dan Dew kapan pulang papa?"

Tidak biasanya Tara menanyakan dimana duo berisik itu

"Tidak tahu, memang kenapa?"

"Suruh Papa Porsche yang rawat mereka, dia kan ada banyak bayi" bayi yang dimaksudkan meliputi Dew, Mos, Drake, dan juga Fourth. Dan kemungkinan akan terus bertambah


.

.

"Papi?"

"Iya Love?"

"Om Ken bilang Papa dan Papi ambil aku dari tempat sampah ya?" tanya gadis kecil itu dengan airmata berlinang

"Mana ada begitu! Om Ken bohong, ayo pukul dia!" sahut sang papa, si kecil menurutinya dan bergegas berlari menemukan pelaku yang membuatnya hampir menangis

"Pol, Love sudah semakin besar, dia terlalu pintar untuk dibohongi"

"Masih ada waktu, dia terlalu polos untuk mengerti jika kita bukanlah siapa siapa darinya"





Halo! Koala saja disini!

Maunya dari kemarin kemarin aku update, tapi aku hapus tulis lagi karena agak lupa alur dan niatnya mau tutup akun

Aku ga janji bisa update terus but cerita ini ga akan aku hapus ❤️

Maaf kalau ada typo atau kata yang menyinggung

Bubye

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

This HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang