🐟 14 🐟

6.9K 571 21
                                    

Hari ini Shani pergi ke kantor. Ia memutuskan untuk bekerja karna tidak ingin terus berada dikamarnya yang membuat dirinya teringat akan anaknya.

Namun, ternyata ia salah. Di kantornya atau lebih tepatnya di ruangan kerjanya itu bayang-bayang Christy lebih terekam jelas. Karna ditempat itu lah dia bertemu pertama kalinya dengan Christy.

Saat ia sedang melamun dengan tatapan kosong, tiba-tiba handphone nya berdering menandakan telfon masuk.

Ia melirik ke handphonenya yang ada di atas meja, lalu mengambilnya dan mengangkat telfon tersebut.

"Selamat pagi, Shani" Suara berat menyambut telinganya

Shani mengepalkan tangannya kuat-kuat saat tau siapa orang dibalik telfon ini.

Shani berdiri hingga menimbulkan bunyi decitan kursinya.

"Mau apa kamu, Sean?" Ucap Shani dengan menahan emosinya yang sudah berada di puncak kepala.

"Hhahaha, mau ku? Tentu saja menghancurkan hidup kamu dan kebahagian kamu"

"Jangan sentuh anak aku sejengkal jari pun Seandrez Maxillian!!" Tekan Shani

"Dengar Shani, tidak akan aku biarkan kamu menikmati hidup dengan penuh kebahagiaan. Dari dulu kamu ga pernah sekalipun nganggap aku ada, kamu lebih pilih Vino daripada aku. Disaat aku sudah berhasil dan sedikit lagi menjadikan kamu milik aku seutuhnya, tapi Vino datang dan merebut kamu dari ku. Lalu kalian akhirnya menikah dan memiliki anak"

Flashback

Sudah tiga hari Shani di kurung oleh Sean dikamarnya. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain menangis di sudut kamar Sean.

"Apa dia sudah makan?" Tanya Sean kepada pelayannya di balik pintu kamar yang di dengar oleh Shani.

"Belum tuan, nona menolak untuk makan dan malah melemparnya" Jawab pelayan tersebut dengan menunduk

Lalu Sean beralih menatap para anak buahnya yang berjaga di depan kamarnya itu.

"Awasi semua pergerakan keluarganya, jangan sampai dia berhasil membawa Shani pergi" Perintah Sean yang dipatuhi oleh semua anak buahnya.

Tempo hari anak buah dari Keynal menyerang anak buah Sean. Namun, semua anak buah Keynal mati di tempat dan tidak ada yang berhasil membawa Shani pulang.

Sean membuka pintu kamarnya dan melihat Shani duduk dibawah tepi kasur yang sedang menyembunyikan wajahnya di lipatan tangan. Terdengar isak tangis yang sudah biasa didengar oleh Sean selama Shani ada di kamarnya.

Ia mendekati Shani dan berjongkok di hadapannya. Sean menyentuh pipi Shani dan mengangkat wajah Shani perlahan.

"Heii.. Everything is fine, honey. Kenapa kamu selalu menangis? Kamu mau apa bilang sama aku"

"Lepasin aku Sean hikss.. hiks.. Bebaskan aku. Sebentar lagi hari pernikahan aku sama Vino akan berlangsung" Ucap Shani dengan sesenggukan.

Sean yang mendengar nama Vino disebut oleh Shani pun langsung naik pitam.

"Sean, aku mohon Sean. Aku ga bisa mencintai kamu, cinta aku cuma untuk Vino- aakkhh" Ucap Shani yang mendapat tamparan keras dari Sean. Shani memegang pipinya yang terasa panas dan menatap Sean dengan tatapan nanar.

Sejak ia dikurung oleh Sean, tak jarang Sean melakukan kekerasan terhadap Shani. Jika ada suatu hal yang dilakukannya dan itu dibenci oleh Sean, maka Sean tidak segan untuk menampar, memukul, bahkan mencambuk tubuhnya.

DIA, BUNDAKU? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang