''Anjir. Lu cosplay Kadita, Chi?''
Ice menjumpaiku saat aku ke kelasnya untuk mengantar ponselnya Fang. Ya. Fang sekelas dengan beruang kutub ini. Dia melihatku dengan mata melotot saat seperti aku cosplay Uta kemarin. Beruntung anak kelas IPA 8 ini mengabaikanku, seakan tampilan nyentrik dan aneh ini hal biasa saat HUT seperti ini.
''Nggak. Gua mau nari,'' sangkalku. Dia mengira aku cosplay Kadita di game Mobile Legends. Kenapa? Karena aku pakai kemben hijau, jarik batik, selendang kuning dan disanggul seperti pengantin putri. Pakaianku didobel dengan jaket, jadi bahuku yang terekspos tak terlihat. Papileon dan Pipi menambahkan riasan melati yang menjuntai di pelipisku dan entah dapat darimana mereka.
''Makasih, sis,'' ucap Fang lebay sambil menyahut ponselnya dari tanganku. Aku hanya berdehem lalu melangkah keluar dari kelasnya. Disaat aku hendak menuju ke ruang teater dengan kaki telanjang, aku bertabrakan dengan seseorang dan membuatku terjatuh kebelakang .
''Aduh!. Shh...''
''Wah? Apa kita baru melihat bidadari yang jatuh dari khayangan?''.
Aku mendongak, menjumpai Thorn, Blaze dan Solar di depanku. Aku mencoba berdiri, tapi tidak bisa karena lututku tidak leluasan bergerak, ini semua karena jarik yang melilit jenjang kakiku.
''Mau kubantu, Bidadari?'' Tawar Solar dengan senyuman buayanya. Aku hanya bisa menerima ulurannya dan mencoba berdiri. Aish! Susah sekali, mau jalan dibatasi. ''Makasih,'' ucapku dengan nada monoton.
''Kau cantik sekali, Chi!. Mau tampil apa nanti?'' Tanya Thorn memekik girang. ''Menari,'' jawabku. ''Kayaknya harus telpon Taufan deh. Dia bawa kamera nggak ya?'' Guman Blaze terdengar olehku.
''Mau apa kalian?'' Tanyaku mengkonfrontasi. ''Mau dokumentasilah!. Kita ini bantu - bantu Hali untuk dokumentasi. Sekalian kita foto bareng biar dikirim ke Om Pian,'' jelas Blaze. Aku menggedikkan bahuku tak peduli.
''Ngomong - ngomong, sanggulmu kegedean. Apa kepalamu nggak sakit? Mana pake tusuk konde tiga lagi,'' tanya Solar. ''Nggak. Nggak sakit.'' Jawabku. ''Chi. Dapet darimana melatinya?'' Tanya Thorn. ''Nggak tahu. Temenku yang beli,'' jawabku terus terang. Solar menepuk bahuku.
''Chi. Gua jujur aja. Rambutmu nggak cocok di sanggul,'' komentar Solar.
•~•
Persetanan dengan ucapan Solar. Aku tetap teguh menggunakan sanggul. Biarin dihujat, memang begini dandanannya. Aku nggak akan menghilangkan satu ciri khas tarian Jawa ini hanya karena komentar orang.
''Buah persik, buah pala. Kau cantik sekali, Nak Chiara,'' puji Cikgu Gaharum datang dan berdiri disisiku. Aku berterima kasih pada beliau atas pujian tersebut. Penilaian orang memang berbeda - beda.
Sang MC acara mengatakan salam pembuka, dilanjutkan membacakan susunan acara HUT di hari kedua. Aku gugup setengah mati di saat - saat seperti ini. Tidak ada yang menemaniku di sisi pangggung selain Cikgu Gaharum. Fang sudah stand by di pelataran depan panggung yang akan menjadi tempatku menari untuk merekam tarianku. Ya. Aku tidak menari di panggung, melainkan di bawahnya yang akan menjadi tempat fashion show.
''Dan sekarang. Sebagai hiburan pembuka, ada salah satu siswi pertukaran pelajar yang akan menampilkan tarian khas dari negerinya. Ini dia, penampilan Chiara Askandar dari kelas 12 IPS 2!!''
MC memanggilku, suara tepukan tangan menyambutku. Aku mengambil napas tenang dan berdiri di pinggir pelataran. Aku menarik kedua ujung selendangku agar siap dalam posisi menari. Aku mulai tersenyum ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home For Me (Boboiboy Fanfiction)
FanfictionRumah. Sesuatu yang nyaman untuk tinggal. Bukan berupa benda dan tempat, melainkan seseorang yang membuatku nyaman. Inilah kisahku yang merindukan rumah, melakukan apapun untuk rumah. • Karya asli milik Monsta dan Nizam Abd Razak • Tidak ada alur as...