Seminggu setelah meliburkan diri.
Banyak kejadian setelah HUT Akademi Pulau Rintis. Mulai dari aku yang diteror dengan keji, lalu si kembar 7 pensiun dari klub. Terutama Halilintar dan Gempa. Mereka berdua lepas dari gelar pengurus organisasi. Halilintar bukan Waketos lagi dan Gempa bukan Pradana Akademi Pulau Rintis lagi.
''Kamu yakin mau pindah sekolah?''. Pak Kepsek, Kokochi mengkonserlingku dengan pertanyaan yang sama untuk kesekian kalinya. Aku mengangguk mantap. Aku sudah menjabarkan 1 alasan klasik untuk pindah sekolah. Yaitu ikut pekerjaaan orang tua.
''Baiklah. Dokumen pemindahanmu akan diurus. Nanti panggil wali atau orang tuamu untuk mendiskusikan hal ini lebih lanjut, Nak Chiara.'' Ucapnya. Aku berdiri dari kursi dan salim dengan Pak Kepsek Kokochi.
Usai konserling dengan kepala sekolah, aku melangkah tak menentu arah di koridor sekolah. Moodku berantakan, baru datang bulan, aku bisa terkena mood swing jika diusik sedikit.
''Chichi!''. Aku menegakkan kepalaku kedepan. Thorn menyapaku dengan riang. Aku baru sadar jika kakiku melewati kelas MIPA. Aku hanya membalas sapaannya dengan lambaian tangan.
''Ada apa, Thorn?'' Tanyaku. ''Em ... mau ikut Thorn sebentar?'' Tanyanya dengan nada gugup. Mau kemana dia mengajakku. Aku hanya nurut saja. Rupanya dia mengajakku di kebun ekskul botani yang sepi, hanya ada sayur yang baru menjadi tunas.
''Chi. Kata Ayah, kamu mau pindah. Apa benar, Chi?'' Tanyanya dengan wajah memelas. ''Ya. Mau pindah rumah.'' Jawabku terus terang. Aku tidak bisa mengungkapkan fakta jika aku pindah sekolah sekalian.
''Oalah ... kukira pindah sekolah juga. Jadi, mau pindah kemana?'' Tanya Thorn paham. ''Ra-ha-si-a,'' ucapku menutup mulutnya dengan telunjukku lalu melenggang pergi. Thorn sangat mudah dikelabuhi dan dibohongi. Dia terlalu lugu dan polos.
Aku kembali ke jalur koridor, meninggalkan Thorn di kebun ekskul botani. Hingga aku berpapasan dengan Cikgu Kirana, dia diam di tempat dan menyapaku dengan ramah.
''Selamat siang Chiara.''
''Selamat siang, Cikgu.''
Dia menepuk pundakku, aku meneguk ludahku kasar. Entah kenapa hatiku dag, dig, dug gugup seketika. ''Nanti sore bisa ketemu Cikgu di dekat gor outdoor, tidak?'' Ucapnya meminta. Duh ... firasatku jelek. Jika kutolak, nanti dikira durhaka. Yaudah lah. Diterima aja.
•~•
''Hali. Pliss ... maafin gua. Ayo temenin gua sebentar🙏😣''.
Aku mengaku salah agar bisa membujuk Halilintar menemaniku menemui Cikgu Kirana. Awalnya dia mengabaikanku dan melenggang pergi. Aku geram diabaikan langsung memeluknya dari belakang. Sepertinya itu cukup efektif menghentikannya.
''Maaf, Halilintar ... gua hanya butuh teman. Jadi ... jangan marah,'' ucapku sedikit gengsi. Walau kenyataannya aku butuh teman untuk bertemu dengan Cikgu Kirana. Soalnya udah su'udzon ini.
Tiba - tiba dia membalikkan tubuhnya dan memelukku. Wait ... apa - apaan situasi canggung ini? Rasanya kayak ngomong sama Sai usai aku menolaknya. Aku langsung melepaskan pelukanku, di susul olehnya dengan hal serupa.
Tanpa banyak bicara, dia mengamit tanganku, kami berjalan menuju gor outdoor, tempat lapangan futsal. Sepertinya dia tidak marah lagi. Aku gugup setengah mati. Dalam perjalanan, Halilintar menelpon Gempa, menyuruh saudaranya agar kembarannya yang lain pulang duluan.
Saat tiba disana, terlihat Cikgu Kirana menantiku. Aku melepas gandengan tanganku pada Halilintar dan dia mengambil jarak sambil menungguku berbincang dengan Cikgu Kirana.
''Maaf telah membuat menunggu lama. Ada apa, Cikgu?'' Tanyaku. Dia tersenyum padaku, aku merasa janggal dengan senyumannya dan perangai wajahnya. Misterius, seakan menyembunyikan sesuatu. ''Nak Chiara mau ikut olimpiade Matematika atau tidak? Kali ini, Cikgu yang menjadi pembimbingnya''. Dia menawariku.
![](https://img.wattpad.com/cover/363367684-288-k200398.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Home For Me (Boboiboy Fanfiction)
FanficRumah. Sesuatu yang nyaman untuk tinggal. Bukan berupa benda dan tempat, melainkan seseorang yang membuatku nyaman. Inilah kisahku yang merindukan rumah, melakukan apapun untuk rumah. • Karya asli milik Monsta dan Nizam Abd Razak • Tidak ada alur as...