"Lost in a whirlwind of emotions, I'm swept away by a love so surreal, it's like dancing amidst the stars, overwhelmed yet utterly alive."
*
Romi tak pernah mengerti dan datang ke pagelaran busana. Jangankan pagelaran busana, mengerti bahan satu dan lainnya saja tidak. Tetapi untuk kali ini, lelaki satu itu rela terbang dari Jakarta ke London dan duduk di bangku terdepan salah satu pagelaran busana yang menjadi pertunjukan akhir untuk tugas kelulusan Adhisty. Dengan buket bunga anyelir, ia duduk di sana dengan perasaan tidak menentu.
Mata Romi menatap para model yang menampilkan koleksi gaun formal dengan padu padan kain tenun yang terlihat begitu eksotis. Sekali lihat, Romi hanya bisa menahan napas. Bagaimana mungkin seseorang bisa memadu-madankan dua bahan yang terasa berbeda itu jadi satu kesatuan harmoni?
Di sebelahnya, duduk juga lima orang yang tak asing untuknya—Satya, Dafina, Darma, Wira dan Gayatri. Dan itu menambah ketegangan buat lelaki yang baru menyelesaikan magangnya sebagai dokter. Walaupun beberapa kali bertemu sekali pun, rasanya, agak canggung duduk seperti ini tanpa Adhisty yang menengahi.
Ketika pagelaran berakhir, Romi melihat sesosok gadis bertubuh kecil keluar dari belakang panggung. Ia mengenakan satu desainnya yang lain, ditemani dengan salah seorang model, ia kemudian diberikan bunga dan menutup acara.
She is so stunning. Kalau bukan karena tubuhnya yang pendek, mungkin, orang-orang akan mengira ia juga model.
Romi mengulum bibir. Ia berdiri ketika acara selesai, berjalan bersisian Gayatri yang masih terlihat bingung akan kehadirannya.
"Gue masih nggak ngerti, enlighten me kenapa lo ada di London dengan bunga?" tanya Gayatri seraya berjalan keluar.
Romi terkekeh pelan. Hubungannya dengan Adhisty memang bukan hubungan yang digemborkan ke publik. Bukannya sok menutupi, tetapi, dengan segala kesibukan, tampil bersama terlihat begitu mustahil.
"It's my girlfriend's graduation, gimana gue bisa nggak datang sih, Tri?" Dengan ringan, Romi menjawab.
Gayatri membentuk huruf O dengan mulutnya. Ia diam sejenak sebelum, "What? Lo pacaran sama Adhisty?"
Kini, dahi Romi berkerut. Ia memandang Gayatri yang kaget dengan mimik aneh. "Memangnya, Adhisty nggak kasih tahu lo?"
"Nggak!" Gayatri menggeleng cepat. "Sejak kapan? Om Satya dan keluarganya tahu? Darma tahu?"
Romi mengangguk-anggukan kepala. "Tahu, kok," jawabnya. Bagaimana tidak tahu? Romi sering menyambangi rumah Adhisty bahkan sebelum mereka pacaran. "Sejak, setahun lalu."
"Se... ta...?" Gayatri tak dapat melanjutkan kalimatnya. "Yang bener aja!" Kini, wajah perempuan bertubuh tinggi itu berubah pias. Romi tak mengerti namun ia terlihat salah tingkah.
"Hah? Kenapa sih, Tri?"
Gayatri buru-buru menggeleng. Ia memijat pelipisnya. "Nanti gue harus bikin perhitungan sama Adhisty!" jawabnya sebal.
Romi tertawa. Ia tidak mengerti, tetapi, omongan Gayatri terdengar begitu lucu. Sepertinya, Adhisty juga menyimpan hubungan mereka dari sepupu-sepupunya.
Langkah seorang perempuan membuyarkan Romi dan Gayatri, perempuan itu telah berganti baju menjadi gaun putih polos dengan potongan yang membentuk tubuhnya dengan pas. Perempuan itu menghampiri keluarganya lebih dulu. Ia memeluk ayah, ibunya dan kakak adiknya sebelum menengok ke arah Romi dengan semringah.
Dengan langkah besar, ia langsung memeluk Romi. Memeluknya dengan begitu erat.
"Congratulations, My Dear." Romi menyodorkan buket bunga anyelir yang sedari ia pegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Oh So Perfect
RomansaADHYAKSA SERIES 1.5 Buat Romi, Adhisty adalah sesuatu yang berada di luar jangkauannya. Tetapi, kenapa bayangan perempuan itu terus ada dalam pikirannya? [A less than 10k words novella]