Chapter Lima

38 3 0
                                    

"Apakah, aku bisa bertahan dan menyelesaikannya atau bahkan menyerah dan meninggalkannya? "

- Derita Mahasiswa Semester Akhir-

Sial ! Hari ini Naya bangun tepat setengah jam sebelum mata kuliah 2 SKS dimulai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sial ! Hari ini Naya bangun tepat setengah jam sebelum mata kuliah 2 SKS dimulai. Ini adalah sebuah kegilaan yang sudah ia duga sejak akan beranjak tidur. Semua ini karena ia menonton drama korea hingga larut malam tanpa memperhatikan jam.

"Mampus, mana gue presentasi hari ini." Gerutu Naya segera menuju ke kamar mandi.

Beberapa kali ponsel Naya berdering, namun gadis itu memilih untuk mengabaikan dan melanjutkan aktivitasnya.

"Siapa sih berisik banget.." Naya mengintip sekilas ponsel yang dari tadi berdering.

Yaps, seperti biasa dia adalah 'Gheyna' sahabatnya yang kebetulan mereka masuk kedalam UNY yang terkenal sebagai Perguruan Negeri di Yogyakarta, masuk ke dalam sana adalah impian banyak orang termasuk Naya, yang pasti karena biayanya yang murah dan fasilitas yang memadahi terutama untuk para pejuang sarjana pendidikan.

Gadis satu itu, selalu panik jika Naya belum berangkat ke kampus. Apalagi beberapa menit lagi ia harus presentasi.

Ah, sudahlah. Sudah beberapa kali Gheyna memperingati Naya. Namun gadis itu tetap keras kepala dan selalu meremehkan waktu yang sudah ditentukan.

Setelah menyelesaikan persiapannya. Naya mengambil barang-barang dan alat tulis yang akan ia bawa ke kampus lalu memasukkan kedalam tote bagnya.

"Non Naya udah bangun? Bibi buatin nasi goreng kesukaan, non." Seperti biasa, bu Denok menyambut Naya dengan ramah. Tak lupa, bu Denok menuangkan air putih digelas yang sudah disediakan untuk Naya. Agar gadis itu meminumnya.

"Mama, kok, nggak bangunin Naya, sih?" Gadis itu mencebikkan bibir mendapati kedua orang tuanya kini hampir selesai sarapan sementara dia baru turun dari kamar dengan penampilan yang sedikit acak-acakan.

"Hei, kamu udah mama bangunin dari satu jam yang lalu!"

Naya mendengus, gadis itu tidak membalas ucapan Relin—mamanya dan buru-buru menyalami kedua orang tuanya.

"Non, gak sarapan dulu?" Bu Denok menghampiri Naya.

"Nanti aja bi, pulang dari kampus."

"Naya, berangkat dulu ya, udah telat." Ucap Naya sambil melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya.

Usai berpamitan, tanpa basa-basi, Naya berlari menuju garasi, menaiki motor matic putih kesayangannya, menyalakan mesin dan memegang handle gas secara penuh. Bersama motor kesayangannya, Naya memelesat cepat menyisakan asap tipis.

Ah, hampir saja lupa.

Zeenaya Amatheia adalah mahasiswa dari fakultas pendidikan—jurusan pendidikan luar biasa. Dimana ia harus berkecimpung di dunia anak-anak yang memiliki keterbatasan fisik maupun intelegensinya. Orang- orang sering menyebutnya dengan sebutan anak disabilitas. Ia mengambil jurusan itu bukan karena paksaan dari siapapun termasuk kedua orang tuanya. Justru kedua orang tua Naya terkejut mendengar keputusan Naya. Mereka tidak pernah menyangka jika gadis itu memiliki niat untuk masuk kedalam jurusan tersebut. Bahkan sekarang ia sudah hampir menempuh semester akhir alias semester tujuh. Dimana ia harus bisa menyelesaikan SKSnya berupa proposal atau skripsi.

Harusnya sih gitu kalau sesuai dengan prosedur..?!

Namun nyatanya, Naya masih harus menyelesai kan 2 SKS lagi berupa Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Ia terpaksa mengulang mata kuliah itu lagi karena nilainya yang kurang memuaskan. Bukan karena dia yang pemalas tapi karena dosen pengampunya yang pelit memberi nilai. Untung saja gadis itu tidak sendirian, sebagian dari teman -temanya juga mengambil mata kuliah tesebut untuk menyempurnakan nilainya.

Sampai di  kampus, Naya segera berlari menuju lantai dua ruangan 409 dimana mata kuliah Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus berlangsung.

"Permisi.." Naya membuka pintu ruangan tersebut. Gadis itu terdiam sejenak, melihat teman-temannya menatapnya dengan kesal.

"Guys, are you okey?" Naya memberanikan diri untuk bertanya.

"Pakai nanya lagi?!" ucap salah satu teman Naya.

"Udah lima belas menit kita nungguin lo, Nay. Alhasil ibunya ngambek keluar dari ruangan.." Annera melempar kertas absen kearah Naya.

"Sana, tanda tangan dulu."

"Maaf, gue tadi bangun kesiangan." Naya benar-benar menyesali perbuatanya.

"Nggak ada alasan lain, Nay?" Tanya Annera dengan nada tak bersahabat.

"Kalo gue pribadi seneng sih. Gue lagi males ketemu ibunya.." sambung Angga salah satu teman kampus Naya.

"Gakpapa, Nay. Lain kali kalau udah tau paginya presentasi. Jangan begadang." Gheyna merangkul Naya agar gadis itu sedikit lebih tenang.

"Nay, lo kan tau sendiri bu Selly tukang ngambek. Bisa-bisanya lo telat pas jadwal lo presentasi." Chatlon salah satu teman Naya hanya bisa menggeleng pelan-heran.

"Belajar dari kesalahan dong, walaupun bukan lo yang melakukan kesalahan." Lanjut Annera kesal. Rupanya, gadis itu masih kesal dengan kejadian yang baru saja menerpanya.

"Please, maafin gue ya.."

Setelah mentanda-tangani absen hari ini, Gheyna mengajak Naya untuk menuju kearah perpustaka'an. Sedangkan teman-temannya kembali melanjutkan kesibukannya masing-masing. Naya, yang memperhatikan aktivitas mereka—teman-temannya. Di sepanjang jalan gadis itu hanya menghela napas dan merasa sangat bersalah. Kecerobohannya hari ini membuat teman-temanya merasa dirugikan, terutama yang harus menempuh dari jarak yang jauh, harus kehilangan bensin dan juga waktu.

"Aduh, Naya bego banget sih.." batin Naya.

"Udah, gak usah dipikirin. Anggap aja ini sebuah kecelakaan . Lagian lo tau sendiri kan kejadian ini gak hanya satu kali, dua kali.."Gheyna menarik tangan Naya agar gadis itu melangkah lebih cepat.

Sampai diperpustaka'an. Tak sengaja netra Naya menangkap dua orang laki-laki yang saling membelakangi. Mereka sedang mencari buku lalu dibacanya.

"Narendra..." panggil Naya berlari menghampiri salah satu dari mereka.

"Naya, bukannya hari ini lo ada mata kuliah?" Ucap Narendra melihat gadis itu berlari menghampirinya.

" Iya, tadi gue—"

"Denger-denger gara-gara dia telat. Semua jadi bubar.." tiba-tiba seorang laki-laki dari belakang Narendra memotong pembicaraan Naya.

"Gue gak ngomong sama, lo. Anjirr.."

Laksamana Biru Hanastha, laki-laki yang kini bersama Narendra. Seratus persen tengil dan menyebalkan. Selain menyebalkan ia sudah terverifikasi menjadi mantan Naya. Dan mantan hukumnya harus dibuang pada tempatnya yaitu 'Tempat Sampah'.

"Sst.. Nay gak boleh ngomong gitu." Narendra menutup mulut Naya dengan telunjuknya.

"Dia yang mulai." Ucap Naya merasa kesal seharusnya Narendra membelanya bukan mencegahnya.

Narendra Senjaya itu nama panjangnya. Dia sahabat Naya sama seperti Gheyna dan Langit. Namun entah kenapa semenjak ia beranjak kuliah, hubungan mereka sedikit merenggang. Yah, mungkin mereka punya kesibukan masing-masing.

Namun, Naya sangat merindukan sosok Narendra dulu yang juga termasuk sahabat Biru dan juga Langit.

Namun, Naya sangat merindukan sosok Narendra dulu yang juga termasuk sahabat Biru dan juga Langit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hallo, teman-teman! Jangan lupa follow dan vote akunku, ya?

Laut BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang