Naya keluar dari ruangan dengan perasaan kecewa. Ingin rasanya ia berteriak namun ia urungkan karena posisinya ia sedang berada dalam kampus.
Kapan hidup gue semulus kulit mba suzy, Sepinter Maudy Ayunda, sekaya Rafathar? Naya hanya bisa berangan-angan.
Hidupnya terlalu bergeronjal sampai ia harus kesulitan melangkah dalam melakukan sesuatu yang baru.
Dengan langkah yang tak bersemangat. Naya menuju kearah parkir motor—basement.
"Udah selesai, Nay?" Tanya Biru sudah stand bye didepan motor Naya.
"Sejak kapan lo disini?" Tanya Naya balik.
"Dari tadi, Nay.." Biru mempersilahkan gadis itu mengambil motor metic miliknya.
Sebelum Naya datang, dengan senang hati, Biru mengambilkan motor milik gadis itu dari jejeran banyaknya motor milik mahasiswa lain yang sudah tertata rapi disana. Ia ingin mempermudah akses Naya untuk mengambil motor maticnya. Apalagi Naya seorang perempuan.
"Makasih, Bir. Lain kali lo nggak perlu repot-repot.." ucap Naya dengan raut wajah yang dingin.
"Sama-sama, Nay. Bay the way gue mau ajak lo ke pantai, lo mau ikut?"
"Maaf, gue ada janji.." tanpa menoleh gadis itu melanjutkan aktivitasnya—menaiki motornya dan keluar dari area basement.
Melihat punggung gadis itu dari jauh, Biru tersenyum tipis. Dengan sikap gadis itu yang dingin kepadanya, membuat dirinya semakin tertantang untuk mendekati gadis itu lagi. Ia tidak akan menyerah begitu saja. Ia ingin mengakhiri hubunganya dengan baik tanpa ada yang merasa terluka diantara mereka.
"Tapi gue yakin lo masih sayang sama gue, Nay.." dengan percaya diri laki-laki itu menepuk mengoceh dan pergi mengambil mobilnya yang terparkir di pojok basement.
Disisi lain Naya berpikir, motifnya apa laki-laki itu dengan senang hati mengeluarkan motornya? disana kan ada petugas parkir? cari perhatian.
🍀🍀🍀
Saat berjalan-jalan di mall. Naya dan teman-temannya tidak sengaja melihat Biru dan Karina di toko perhiasan.
"Eh girls! Tunggu dulu!" Ucap Annera tiba-tiba.
Refleks mereka berhenti.
"Apa sih, Ann?" Tanya Gheyna.
"Nay, itu bukannya saudara kembar lo sama Biru ya?" Tanya Annera memastikan.
"Nggak usah kompor?!" ucap Gheyna kesal, hobi sekali Annera memancing emosi Naya, entah mereka di kampus atau diluar kampus.
"Kali ini gue serius!" Annera menyenggol pundak Gheyna.
Semua langsung menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Annera.
Naya tersenyum sinis.
Naya sudah menebak. Pasti mereka di dalam toko perhiasan itu untuk mempersiapkan cincin pertunangan mereka. Lantas untuk apa Biru masih perhatian dengannya? Bahkan jika Biru menganggapnya saudara ipar pun ia tak akan sudi.