Chapter Tujuh

27 2 0
                                    

Setelah semua terjadi, apa bisa aku memperbaiki dengan waktu yang berbeda?

Jika ada sesuatu yang paling menyenangkan untuk Naya di dunia ini, itu pasti adalah ranjangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika ada sesuatu yang paling menyenangkan untuk Naya di dunia ini, itu pasti adalah ranjangnya. Ukurannya besar, membuat Naya bisa bergulingan kesana-kemari sepanjang malam tanpa harus khawatir terjatuh—meski pernah sekali- dua kali dia harus mengerang kesakitan di malam buta karena cara tidurnya yang sangat hiperaktif. 

Seprei pelapisnya begitu halus, dipenuhi oleh berbagai warna khas bunga musim semi yang sangat girly. Jangan lupakan juga posisinya yang berada di dekat jendela, dimana Naya bisa menghirup aroma petrichor setiap hujan turun, atau merasakan hangat matahari yang membakar wajahnya.

Seperti saat ini.

Eh, tunggu. Apa tadi? Panas matahari?

Secepat kilat, kedua mata Naya yang terpejam langsung terbuka. Dari sela gorden, terlihat matahari di luar sana sudah meninggi. Cahayanya yang hangat mampu menerobos celah, menciptakan garis terang dalam kamar Naya yang gelap—cahaya itu jika yang tadi mengenai wajahnya.

Naya melirik pada satu arah, langsung melotot panik saat melihat angka yang ditunjukan oleh jam digital diatas nakas samping tempat tidurnya.

Ini sudah jam 07.30 pagi.

Kurang dramatis? Oke. Biar Naya mengulangi.

INI UDAH JAM 07.30 PAGI DAN HARUS DATANG KE KAMPUS PUKUL DELAPAN TEPAT !!

Ah, ia sudah menduga sebentar lagi ponselnya berdering—penuh dengan notifikasi Gheyna sahabatnya.

"Mampus.. mampus.."

Dengan histeris, Naya mencari handuk lalu masuk kedalam kamar mandi.

"Nayaaaaaaaa....." teriak mama dari bawah.

"MAMA!! NAYA TELAT LAGI!! KOK GAK DIBANGUNIN—" Ucapan Naya tidak terteruskan, ia kembali mengguyur tubuhnya dengan air dan menyelesaikan ritualnya—Mandi.

Saat memilih outfinya untuk ke kampus. Ponselnya kembali berdering membuat gadis itu menghentikan aktivitasnya dan mengangkat telponnya.

"Halo, Ghey? Ini gue lagi persiapan sabar.."

"Nay, pak Toni mintanya jam satu siang." Ucap Gheyna

"syukurlah kalo gitu.."

"Tapi pak Toni minta bawa semua berkas termasuk format instrumen validasi."

"Hah, apa lo bilang? Instrumen Validasi? Harus ya mendadak banget?" Naya sedikit terkejut mendengar kalimat itu dari Gheyna.

"Iya, validasi. Mendadak gimana, Nay? Jangan bilang lo—?"

"Iya, gue belum sama sekali buaf format instrumen validasi. Emang beneran dikumpul hari ini?"

"Yaampun, Nay. Lo udah kelewatan ceroboh apa gimana sih? Lo gak baca grup? "

Laut BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang