Alnilam

144 22 2
                                    

Minggu ini aku benar-benar disibukkan oleh tugas-tugasku yang menggunung. Sekarang sudah pukul 7 malam dan aku baru saja menginjakkan kakiku memasuki apartemen. Sedari pagi aku sibuk dengan tugas dan menghabiskan waktuku di perpustakaan untuk mencari bahan referensi. Kepalaku sedikit pusing, namun itu bukan masalah. Yang menjadi masalah saat ini adalah aku lapar, dan terlalu malas untuk memasak.

Dengan lesu aku melangkahkan kakiku memasuki kamar mandi, untuk membersihkan tubuh. Mungkin aku akan makan malam dengan roti tawar yang tersisa di kulkasku, kemudian langsung tidur karena aku sudah sangat lelah.

Baru saja setengah jam aku berhasil menutup mataku, suara bel pintu menggangguku. Siapa gerangan yang berulang kali menekan bell pintuku serampangan dan tak beraturan itu.

"Babyyyyyy!!!!" sura nyaring memekakkan telinga berhasil membawa kesadaranku kembali 100%. Terlebih pelukan erat yang membuatku kesulitan bernafas.

"Bisakah kau kecilkan suaramu dan menjauh dariku kalau kau tidak ingin membunuhku" ucapku datar protes padanya yang tak merubah posisinya sama sekali masih memelukku erat.

"Aishhh,...dasar kau ini tidak pernah berubah. Tidakkah kau kangen dengan temanmu yang paling cantik ini?"

"Tidak" balasku datar kemudian memilih masuk kedalam apartemen dan meninggalkan dia yang langsung menyeret kopernya masuk sembari menutup pintu.

"Jadi kenapa kau kemari?" ucapku padanya setelah aku mendudukkan diriku di sofa ruang tamu.

"Tentu saja karena aku akan mengajakmu jalan-jalan besok"

"Tapi-"

"Tidak ada tapi-tapian khusus untukku Rion. Besok hari Sabtu, aku tidak menerima alasan apapun darimu"

"Hufttttt,......jadi kau akan menginap?"

"Tentu saja, aku baru saja sampai setelah menangani kantor yang ada di hokaido. Dan aku sudah ijin kepada Ayah untuk menginap di sini dibandingkan pulang ke rumah"

"Bagussss...." ucapku yang lebih seperti sindiran.

"Tentu saja. Aku tak akan membiarkan sahabat tercantikku ini menghabiskan weekendnya dengan berkutat bersama tugas dan buku-buku yang menurutku sangat tidak menarik itu" ucapnya kini memelukku di sofa.

Dan malam itu kami tidur bersama, setidaknya akhirnya aku mendengar suara lain di apartemenku setelah sekian lama hanya ada diriku.

-

"Kita akan pergi kemana?" protesku padanya yang menyeretku keluar apartemen di jam 5 sore ini. Bahkan sebelumnya dia kekeh mendandani dan memilihkan baju untukku.

"Rahasia,...kau diam saja dan ikuti aku"

Dan benar saja aku hanya mengikutinya seperti anak ayam yang selalu mengikuti induknya. Aku tidak akan pernah bisa menang jika berdebat dengan Mika. Itu sudah seperti pasal hukum yang tidak akan pernah hilang.

"Mika,....ini" ucapku berhenti melangkah mengikutinya setelah keluar dari taksi.

"Why?" kini dia berbalik kearahku yang ada di belakanganya.

"Voli?"

"Ya,...kita akan melihat pertandingan Ran kali ini"

"Kau pasti bercanda Mika!" ucapku tak habis pikir dengannya.

"Apa? Ayo,...pertandingannya akan segera mulai" ucapnya yang kini sudah kembali menarik tanganku, tidak peduli dengan ekspresiku yang penuh dengan protes padanya. Tak lama kemudian ponselnya berdering,

"Haloo,...Iya bibi. Aku sudah berada di arena. Ohhh,...oke, aku akan menuju kesana" ucap Mika kemudian menutup telepon. Benar saja, setelah kami masuk ke dalam arena, antrian pintu masuk sudah sangat ramai penuh dengan orang-orang.

YELLOW WOODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang