Dschubba

162 27 4
                                    

Selepas dari supermarket aku menuju ke dapur untuk mempersiapkan makanan untuk perayaan kecil-kecilan malam ini. Rui pergi meminjam mobil entah untuk apa, sedangkan baru saja Mika menelpon sudah dalam perjalanan bersama dengan Miyaura. Ketika sedang asik menyiapkan gelas tiba-tiba suara bel apartemen berbunyi.

Dan ketika kubuka Haru sudah berada di sana dengan senyum manisnya langsung memelukku. Aku membalas pelukannya dan mengajaknya masuk.

"Cepat sekali, kau tidak ngebut kan?"

"Tidak. Oh ayolah Ran, jarak apartemenku dari sini tidak sejauh itu"

"Syukurlah kalau begitu"

"Kau sedang apa?" ucapnya mengekoriku kembali menuju dapur.

"Aku hanya sedikit bersiap-siap. Kau bisa menunggu di sofa"

"Tidak, aku masih rindu denganmu"

"Kau merindukanku?" ucapku menggodanya

"Tentu saja" ucapnya dengan senyuman manisnya dan tiba-tiba mendekat padaku.

Aku sedikit kaget dengan Haru yang tiba-tiba memelukku dari belakang. Jujur saja aku sekarang bahkan tak bergerak untuk beberapa detik karena Haru. Namun dia terlihat biasa saja ketika memelukku.

Aku sangat gugup saat ini, bahkan jantungku rasanya berdetak lebih cepat dibandingkan biasanya. Kucoba untuk tetap fokus dengan makanan yang kutata, namun tetap saja aku sangat gugup.

"Ran,..." ucap Haru pelan tepat di samping telingaku, yang membuatku dengan ragu menoleh kesamping hingga wajah kami saling berhadapan. Tak ada lagi suara yang keluar dari masing-masing mulut kami. Hanya mata kami yang saling bertatapan dan seolah-olah berkomunikasi menggunakannya.

Pandangan kami saling terkunci, dan seolah keheningan yang ada mendukung kami untuk semakin mendekatkan wajah kami, hingga...

"Kau menemukan-" suara Rui mengagetkan kami.

Tapi yang lebih mengagetkan lagi adalah setelah aku dan Haru memalingkan muka kearah suara Rui ternyata sudah ada Rion yang tak jauh dari pintu. Baru kemudian tubuh Rui terlihat mendekat di belakangnya.

Diantara sekian banyak rasa malu yang kurasakan saat ini, terselip rasa bersalah yang aku sendiri juga bingung karena apa. Namun aku segera mengenyahkan semuanya, toh aku sudah 22 tahun.

"Ohhh,....Haru kau ada di sini?"tanya Rui sedikit canggung, mungkin karena dia memergoki kami.

"Ehmm ya, aku baru saja sampai" jawab Haru yang sekarang sudah terlihat biasa saja.

Namun pandanganku kini justru tertuju pada Rion yang memilih untuk menatap Rui. Jadi Rui izin pergi untuk menjemput Rion? Apakah mereka sudah sejauh itu? Dan apakah Rion melihat semuanya tadi?

Pertanyaan-pertanyaan itu kini memenuhi kepalaku, bersamaan dengan rasa menyesal yang kembali kurasakan. Namun segera saja ku buang jauh-jauh perasaan itu.

Sepanjang pesta kecil perayaan kemenangan yang kami lakukan di apartemenku mataku tak bisa lepas dari Rion yang kusadari menghindari tatapanku. Dia lebih banyak berbicara dengan Rui dan hanya menjawab singkat ketika ditanya. Dan segera mengalihkan tatapannya ketika tak sengaja mata kami bertemu.

"Ran aku punya hadiah untukmu" ucap Haru yang membuat kegiatan kami semua terhenti. Dia kemudian mengeluarkan kotak kecil dan menyerahkannya padaku.

Aku mulai membuka kotak tersebut dan mengetahui jika kotak tersebut berisi jam tangan mewah.

"Selamat atas kemenanganmu" ucap Haru kemudian memelukku erat dan mencium pipiku. Ya dihadapan banyak orang termasuk Rion. Akupun membalas pelukannya dan mengucapkan terimakasih padanya.

YELLOW WOODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang