|4|

112 19 1
                                    

Apa kamu melihat Swiper?

“lihat”

Dimana?

“Dibelakang mu Dora”

Entah apa yang dipikirkan Papa, Papa menyuruhku untuk melihat kartun Dora. Aku ini bukan anak Balita ataupun Batita, jiwa ku yang masih berusia tujuh belas tahun namun hidup di tubuh gadis berusia lima tahun.

Sehabis sarapan dengan Perkedel, aku memakan CocoCrunch untuk menemani disela acara menonton televisi. Sereal yang digabung diberi oleh susu bisa untuk dimakan dan juga minum.

Saat ini pria yang ku panggil Papa itu sedang menjemur pakaian katanya di halaman samping. Semenjak ia habis menyuapi ku dengan makanan Papa mulai sibuk dengan pekerjaan rumahnya.

Mulai dia yang membuatkan sarapan, bersih-bersih rumah dan aku juga berinsiatif membantu Papa walau Papa memberiku tugas yang ringan-ringan saja seperti mengelap meja televisi, jendela dengan kemoceng agar debu-debu yang menempel itu hilang. Papa mencuci pakaian dan sekarang ia sedang menjemur.

Yang paling heran kenapa Pala tidak menggunakan pembantu saja. Uang papa juga pasti banyak, kenapa papa tidak mempekerjakan pembantu saja. Aku tidak mengerti.

Aku mulai bosan melihat kartun Dora dan segera merubah saluran. Hari sudah semakin siang, kartun-kartun spesial Hari Minggu sudah habis dan berganti ke acara lainnya. Antara Berita dan juga Drama aksi. Aku tidak suka, dari dulu sampai sekarang aku maunya kartun.

Sedikit demi sedikit Cococrunch yang ku makan serta diminum sudah habis dan membawanya mangkok bekas itu menuju ke wastafel dapur. Aku harus berjinjit karena wastafel di depan begitu tinggi. Wastafel yang tingginya melebihi pinggang Papa.

“perasaan saat aku masih kecil aku tidak sependek ini. Kenapa untuk meletakkan mangkok saja tidak sampai sih?!”gerutu ku. Bersusah payah berjinjit dan pada akhirnya berhasil meletakkan mangkok itu kedalam wastafel, hanya saja tidak bisa diberi air karena tak sampai untuk membuka kran air.

Suara ku dengar setelah berhasil meletakkan mangkuk itu di dalam wastafel. Suara itu jelas merupakan suara dari Papa, Papa yang sudah selesai menjemur menghampiri ku yang sedang berada didapur.

“kan Papa bilang tadi, mangkoknya taruh di meja”

Aku tersenyum dan menganggukan kepala dengan pelan. “hehehe.. lupa Pa. ”

Papa menggelengkan kepala sembari tersenyum, dia mencuci mangkok yang ku gunakan tadi sedangkan aku merasa tidak ada tugas disini kemudian kembali keruang televisi. Aku bingung. Mau menonton televisi tapi tidak ada acara yang bagus.

Dulu, jika bosan menonton televisi aku akan bermain kerumah teman. Tapi disini siapa teman ku, aku tidak memiliki teman sama sekali yang kemudian untuk coba-coba saja meminta izin pada Papa untuk bermain diluar.

Setelah Papa mencuci mangkok bekas sereal dia masih tetap sibuk dengan kegiatan nya tapi kali ini berbeda. Dia sibuk dengan urusan nya yang lain bukan pekerjaan rumah seperti tadi. Tampak Papa mondar mandir keluar masuk kamar menggambil pakaian yang ada dilemari.

Kemeja putih, celana hitam panjang dan jas yang senada dengan celana. Papa membawa pakaian itu keluar kamar dan diletakkan nya diatas ruang televisi.

Aku sedang melompat-lompat saking bingungnya mau melakukan apa. Ketika ku melihat Papa yang tampaknya sedang terburu-buru itu segera ku meminta izin untuk bermain. Siapa tahu aku bisa punya teman di perumahan sini.

Memberanikan diri untuk izin pada Papa dalam keadaan terburu-buru, “Papa, boleh tidak Helena main kerumah teman” izin ku padanya. Berharap Papa akan mengizinkan ku untuk pergi bermain.

PAPA {HANEISHI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang