|12|

103 18 1
                                    

.

“saya tidak tahu”

“kenapa tidak tahu, bukankah Helena bersama anda tadi?”

Vanessa tidak tahu harus bagaimana saat ini, ini memang benar benar kesalahan nya karena telah meninggalkan murid didiknya sendirian di luar pada saat masuk kedalam menerima telpon.

Pria yang ada di hadapan nya hanya menghentakan kaki kanan nya pelan berulang kali sembari menunggu penjelasan dari wanita yang ada di depan nya.

“maaf, anda siapanya Helena?” dia hanya memastikan, orang yang baru saja ia kenal menanyai nama  murid didiknya.

“saya paman nya, saya menjemputnya karena papa nya telat datang”

Pria yang bernama Lukas itu menghela nafasnya, mendengar kabar tentang pria bernama Robert menculik kakaknya membuat dia begitu sangat khawatir apalagi dengan keponakan nya.

“maaf atas kelalaian saya” Vanessa membungkukkan badan nya hormat sebagai bentuk kesalahan nya akan kelalaian nya.

Lukas mengangguk dan mencoba mengatur nafasnya, dia berusaha untuk tenang. Wanita yang ada di depan nya ini memang salah tapi memarahi dan menyalahkan terus terusan juga bukan solusi agar bisa keponakan dan kakaknya bisa ketemu. 

Dia mungkin ada berbagai urusan makanya masuk ke dalam dan meninggalkan Helena jadi Vanessa sebetulnya tidak sepenuhnya bersalah dalam kejadian ini.

Sekarang, dia ingin meminta penjelasan guru walikelas yang sempat menelpon kakak nya. Mungkin ada sesuatu baginya yang mencurigakan dan detik-detik sebelum hilang.

Sebelum Vanessa menjelaskan nya dia meminta Lukas untuk masuk kedalam kelas yang sudah sepi, ketimbang ruang guru Vanessa mengajak pria itu untuk berduaan di dalam kelas yang sudah sepi akan murid TK yang belajar disini.

Entah apa maksud dari Vanessa itu, dia mengajak pria itu untuk masuk ke dalam kelas. Duduk di lantai dengan pintu kelas yang sedikit tertutup separuh.

“pada saat saya menelpon tuan Haneishi saya mendengar sebuah kalimat ancaman yang di tuturkan oleh suara pria lain yang tak dikenal” Vanessa mulai menjelaskan apa adanya, “kurang lebih seperti ini kalimatnya, 'jangan ikut campur atau ku bunuh kau'”

“lalu kenapa kau masuk ke dalam?” pertanyaan itu lagi lagi membuat rasa bersalahnya kambuh lagi.

“setelah telpon itu mati berikutnya saya di telpon oleh guru senior disini yang kebetulan dia sedang pergi keluar, dia meminta saya untuk memberitahu Pak Theo guna mengirim berkas penting untuk di fotocopy jadi itu sebabnya itulah mengapa saya masuk dan lama tidak memperhatikan Helena apakah dia sudah benar benar di jemput atau tidak”

Wanita yang berprofesi sebagai seorang guru itu menggigit bibirnya, rasa bersalahnya masih menghantuinya. Dia takut karena masalah ini dirinya akan di jebloskan ke dalam penjara, pikiran buruknya yang terus terbayang-bayang oleh karena hal ini dialah harus bertanggung jawab.

Lukas menatap Vanessa sembari menggeleng gelengkan kepalanya, dia tidak lagi menyalahkan Vanessa akan kehilangan keponakan nya.

“jangan menggigit bibir mu Bu, bibir mu akan berdarah nanti”

Wajah Vanessa memerah seketika, kenapa pria yang baru saja di kenal selama setengah jam itu bisa berkata seperti ini. Itu membuatnya tersipu malu.

“Anda kenapa?”

Buru-buru Vanessa menggeleng-gelengkan kepalanya, “tidak ada, saya hanya memikirkan jalan keluarnya”

Lukas menghela nafasnya,“saya tidak akan menyalahkan anda atas kejadian hal ini”

PAPA {HANEISHI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang