|16|

103 19 1
                                    

Satu minggu kemudian telah berlalu Papa sudah di perbolehkan pulang kerumah begitupula juga dengan ku, namun yang berbeda adalah aku yang sudah di perbolehkan pulang oleh dokter lebih dulu namun aku tidur di rumah sakit menunggu Papa bersama dengan paman. Hari hari dirumah sakit juga begitu menyenangkan sesungguhnya, bukan senang melihat Papa sakit tapi suasana nya.

Setelah kejadian itu membuat kami sama-sama untuk belajar. Hubungan Papa dan Kak Lukas semakin mendekat, di balik musibah yang menimpa terjadi ada hikmah yang bisa kami ambil dari kejadian itu. Kami mengambil hikmahnya.

Papa sudah bisa bekerja seperti biasanya namun saran dokter tidak boleh terlalu lelah, aku juga yang sudah kembali bersekolah dan bertemu kembali dengan teman-teman. Terkadang kalau Papa sibuk kini gantian Kak Lukas yang menjemput ku. Kalau bukan Papa ya kak Lukas.

Kak Lukas masih belum mendapatkan pekerjaan nya yang katanya dia di pecat. Di pecat karena izin beberapahari melebihi syarat ketentuan, demi Papa dia rela di pecat dan menganggur beberapahari. Padahal Papa sudah menawarinya pekerjaan namun dia menolaknya, katanya dia tidak mau merepotkan kakaknya dan akan berusaha mencari pekerjaan lain.

Sementara ini kak Lukas tinggal dirumah Papa, sempat membuat Papa kembali marah ketika kak Lukas ingin tidur di kamar bawah yang dekat gudang. Aku takut dan langsung perlahan menjauh tapi begitu melihat wajah Papa yang kembali lega nan tersenyum sembari menepuk pundak kak Lukas.

Aku menghela nafas lega, melihat Papa menepuk pundak kak Lukas, senyum dan perasaan nya penuh dengan ketulusan. Papa mengantar nya menuju kamar yang bersebelahan dengan kamar kami berdua. Papa dan juga aku.

Semenjak itu juga kata Papa aku diminta untuk menemani kak Lukas, kak Lukas berada di rumah dan terkadang dia juga pergi untuk mengirim lamaran pekerjaan lain. Kak Lukas memang begitu, dia memang sering mengirim lamaran pekerjaan agar ia bisa secepatnya bekerja.

Kadang kami jalan jalan menaiki motor kak Lukas, menggenakan motor bebek yang mengingatkan ku pada ayah disana.

Bagaimana kabar Ayah dan Ibu disana ya? Aku jadi kepikiran mereka berdua di sana.

Menggunakan motor bebek nya dan kami pergi ke toko-toko untuk membeli ice cream atau jajanan yang kami minati. Atau di rumah berdua menonton Stand Up Comedy kesukaan kami berdua, main tebak-tebakan, eksperimen-eksperimen aneh yang membuat Papa terkejut sehabis pulang kerja.

Papa mengelus dada ketika melihat kami membuat eksperimen-eksperimen aneh di dapur. Kami berdua yang sama sama tidak bisa masak dan ingin membuat sesuatu berdasarkan dari ide tiba tiba.

Tapi itu tidak membuat Papa marah, Papa justru tertawa dan membantu kami untuk melengkapi eksperimen gagal itu menjadi berhasil. Ini yang aku harapkan, selain dengan Papa aku juga begitu akrab dengan kak Lukas. Kami di ruang makan mendengarkan mereka mengobrol sesekali aku yang bercerita tentang seharian ini.

Dan kabar baiknya adalah dimana ketika kak Lukas di terima kerja namun lokasinya di luar kota. Itu membuat ku sedih, Pada hari Minggu Papa bersedia untuk mengantarkan kak Lukas menuju ke luar kota yaitu lokasi kota untuk kerja barunya. Sekalian jalan-jalan katanya disana dan kami menginap di hotel. 

Setelah beberapa hari menemani kak Lukas disana membuat ku tak ingin berpisah dengan nya, menangis memegangi lutut jenjangnya yang mana membuat Papa harus membujuku agar aku mau pergi.

Tentu aku bukan anak kecil lagi, walau berat aku pasti bisa merelakan nya. Waktu yang menyenangkan sementara bersama paman harus terhenti dan kembali aku menemani Papa di kantor selepas pulang sekolah.

Tapi tenang saja, setiap enam bulan sekali atau tanggal merah yang berdempetan kak Lukas akan datang menghampiri mansion kami. Dan rencana Papa nanti ketika kami libur yaitu kami akan pergi keluar negri.

PAPA {HANEISHI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang