12

1.8K 153 19
                                    

   "Adel.. " Bisik chika yg berusaha membangunkan sang adik. Sungguh chika tak menyangka akan sepanas ini.

  "Dek bangun " Ucap chika masih berusaha membangunkan adel. Namun tak ada jawaban sama sekali yg membuat chika sangat panik.

Kau membuat ku takut"ucap chika dengan suara bergetar sembari terus menggoyangkan tubuh sang adik, dan tangisnya pun pecah

  "Ci! Teriak chika berkali-kali yg langsung di dengar oleh cici sulungnya. Shani yg mendengar teriak kan adik nya itu langsung bergegas menuju ke sumber suara.

  " Ada apa? Tanya shani di ambang pintu

"Ci cepat siapkan mobil! " Teriak chika panik yg langsung mendapatkan tatapan heran dari sang cicinya. Kenapa adiknya terlihat sepanik itu.

"Tenang chika, ucap shani sembari menghampiri sang adik. Namun kini shani membulat kan matanya takkala melihat pemandangan yg snagat menyeksakan hati. Tubuh adik bungsunya sedang berbaring dengan wajah yg sangat pucat dan suhu tubuh yg sangat tinggi. Kini shani baru menyadari alasan adiknya sepanik itu.

" Tunggu aku akan menyiapkan mobil "ucap shani sembari berlalu keluar dari kamar sang adik.

  Kini zee melangkahkan kakinya menuju kamar yg ia tuju. Namun zee terdiam saat kamar sang adiknya kosong. Zee pun memutuskan untuk menayakan pada bibik yg ada di rumah nya.

  " Dimana adel bik? "tanya zee
" Barusan non adel di bawa ke rumah sakit non"ucap sang bibik yg langsung mendapatkan tatapan terkejut dari zee. Apa tadi ia tak salah dengar! Zee dengan buru-buru melangkah kan kakinya keluar dari rumah nya.

   Kini chika terduduk di depan ruangan icu di temani dengan shani yg berusaha menenangkan sang adik. Entah kenapa sangat menyakitkan bagi gadis bule itu takkala melihat sang adik dengan kondisi tidak berdaya. Begitu pula dengan shani, gadis itu sangat ingin menangis, tapi dia sadar harus bersikap dewasa. Siapa yg akan meneangkan adiknya jika ia mengeluarkan tangis nya saat ini.

  Tiba-tiba dokter keluar dari ruangan icu membuat kedua gadis itu menghampiri sang dokter

"Keluarga saudari adel? Tanya sang dokter yg membuat shani dan chika mengangguk.

" Kondisi pasien sudah stabil, kami akan memindahkan nya ke ruang inap. Namun kedepannya kami akan melakukan beberapa tes"ucap sang dokter dan berlalu pergi.

"Apa yg terjadi kak, ci? Tanya zee yg tiba-tiba muncul membuat chika reflek mengenalkan kedua tangannya.

" Apa peduli mu zee"tanya chika yg berusaha meredam emosinya. Zee yg melihat wajah merah sang kakak mulai berfikir yg tidak-tidak.

"Apa maksudnya kak? Tanya zee heran. Shani yg menyadari kemarahan adiknya sontak langsung menenangkan nya.

" Adel masuk icu, tapi kondisinya sudah stabil"jawab shani yg mampu membuat zee kaget. "A-ku duluan" Saut zee yg langsung pergi

Saat ini chika tengah terlelap dengan kepala yg bersandar pada ranjang adiknya. Shani sudah menyuruh sang adik untuk pulang ke rumah dan beristirahat, Namun gadis bule itu sangat keras kepala dan tetap ingin menunggu adiknya hingga bangun.

   Namun saat chika terlelap. Adel perlahan mulai membuka matanya. Kini gadis itu di sambut dengan dinding putih yg membuat adel mengerutkan dahinya bingung, sebenernya ia ada dimana? Namun ia tersentak karna menyadari sang kakak tertidur di sebelah nya dalam kondisi tidur dan menggenggam  tangan nya. Beberpaa detik kemudian adel membulat kan matanya sempurna takkala menyadari peralatan medis tertancap di tubuhnya.

"Adel kau bangun! Pekik chika yg tiba-tiba terbangun dari tidur nyenyak nya. Kini gadis itu memeluk sang adiknya sangat erat setelah memastikan ia sedang tak bermimpi.

" Jangan begitu del, kau membuat ku takut"gumam chika lirih bahkan tangisnya kembali pecah, adel yg melihat kakanya seperti itu sangat kebingungan, sebenernya apa yg terjadi padanya.

"Kenapa" Ucap adel dengan suara seraknya yg membuat chika makin larut dalam isak tangis nya. Sungguh adel ingin berbicara panjang untuk memenangkan sang kakak namun masker di wajahnya sangat mengganggu. Namun beberapa saat chika tersadar dan segera memanggil sang perawat dengan menekan tombol khusu yg ada di ruangan inap sang adik.

"Mah del" Kakak sampai lupa memanggil dokter saking bahagianya liat kamu sudah sadar , tak lama dokter pun sudah di ruangan dan memeriksa adel.

"Baiklah kondisi mu sudah lebih baik. Jika besok kondisi mu sudah benar-benar stabil, kita bisa melepas masker oksigen mu" Ucap sang dokter menjelaskan. Kini adel berdecak sebal mengetahui bahwa masker oksigen nya baru bisa di lepas besok. Dan sang dokter pun pergi dari ruangan rawat adel.

"Aku akan menelepon ci shani dulu" Ucap chika yg langsung mendapatkan cekalan dri adel.

"Besok saja" Ucap adel yg langsung mendapatkan anggukan dari chika, adel hanya tidak ingin menggagu waktu istirahat sang cici. Chika pun menuruti sang adik, lagipula cukup menghawatirkan bagi cicinya untuk menyetir di malam hari. Awalnya shani menyuruh chika yg pulang dan beristirahat. Namun melihat sikap keras kepalanya sang adik yg kekeh dengan kemauan nya, alhasil shani lah yg memutuskan mengalah dan kembali ke rumah.

"Kak chika kenapa adel ada disni? " Tanya adel penasaran yg hanya di balas hembusan nafas dari chika, entah kenapa sangat meyakitkan bagi chika hanya untuk sekedar mengingat kondisi adiknya yg sedang tidak berdaya saat itu.

  "Kau demam dan disinilah kau sekarang" Ucap chika yg tidak ingin menjelaskan lebih detail. Entah kenapa bayangan kondisi tak berdaya adiknya.

Jangan lupa vote dan komen






dibenci keluargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang